Kebuddhaan

keadaan atau tingkat kesadaran penuh
(Dialihkan dari Buddhahood)

Kebuddhaan (Pali: Buddhatta, Buddhabhāva; Sanskerta: Buddhatva) adalah kondisi dan peringkat seorang Buddha "yang telah terbangun".[1] Keadaan spiritual tertinggi ini juga disebut sammā-sambodhi (Pāli; Sanskerta: samyaksaṃbodhi) yang berarti "Kecerahan Lengkap Penuh".

Sang Buddha, dalam gaya Greko-Buddhis, abad pertama-kedua, Gandhara (sekarang Pakistan). (Buddha Berdiri).

Dalam Buddhisme, Buddha (/ˈbdə, ˈbʊdə/; Pali, Sanskerta: 𑀩𑀼𑀤𑁆𑀥, "Yang Sadar")[2] adalah gelar bagi makhluk yang sadar, telah mencapai Nibbāna melalui usaha dan pandangan terang mereka sendiri (Sanskerta: 𑀥𑀭𑁆𑀫; Pali: dhamma; "cara hidup yang benar"). Gelar ini paling sering digunakan untuk Siddhattha Gotama, pendiri agama Buddha, yang sering hanya dikenal sebagai "Sang Buddha". Gelar ini juga digunakan untuk makhluk lain selain Buddha Gotama yang telah mencapai bodhi (kecerahan) dan vimutti (pelepasan dari nafsu-keinginan), seperti 28 Sammāsambuddha lainnya yang telah mencapai kecerahan sebelum Buddha Gotama dan Lima Buddha Kebijaksanaan bagi aliran Mahāyāna.

Definisi

sunting

Kebuddhaan adalah keadaan makhluk yang sadar, yang, setelah menemukan jalan lenyapnya dukkha[3] ("penderitaan", yang diciptakan oleh kemelekatan pada keinginan dan persepsi serta pemikiran yang menyimpang) berada dalam keadaan "tidak belajar lagi".[4][5][6]

Umat Buddha tidak menganggap Siddhattha Gotama sebagai satu-satunya Buddha. Tripitaka Pāli merujuk pada banyak Buddha sebelumnya (lihat daftar Buddha di bawah), sedangkan tradisi Mahayana mengenal banyak Buddha dari berbagai sistem dunia.

Ada spektrum pendapat yang luas tentang universalitas dan metode pencapaian Kebuddhaan, tergantung pada ajaran yang ditekankan oleh tiap aliran Buddhis. Kitab-kitab dari aliran Theravāda menguraikan tiga jenis kecerahan (bodhi) sebagai berikut:

  1. Sammāsambuddha, seseorang yang tercerahkan sendiri (tanpa guru) dan mengajarkan Dhamma yang telah ditemukan-Nya. Calon sammāsambuddha disebut sebagai bodhisatta (Pāli) atau bodhisatwa (Sanskerta).
  2. Paccekabuddha, seseorang yang tercerahkan sendiri (tanpa guru), tetapi tidak mengajarkan Dhamma yang telah ditemukan-Nya.
  3. Sāvakabuddha, seseorang yang tercerahkan dengan bertumpu pada Dhamma yang telah ditemukan dan diajarkan oleh Sammāsambuddha.

Istilah Kebuddhaan hanya merujuk pada keadaan kecerahan sammāsambuddha yang disebut juga sebagai sammāsambodhi, yaitu keadaan kecerahan pada mereka yang tercerahkan sendiri (tanpa guru) dan mengajarkan Dhamma yang telah ditemukan-Nya.[7][8]

Aliran Mahāyāna, dengan Jalan Bodhisatwa-nya, bertujuan untuk mencapai Kebuddhaan yang sempurna (Buddhatva), sebagai sammāsambuddha, sehingga seseorang dapat memberi manfaat bagi semua makhluk dengan mengajari mereka jalan lenyapnya dukkha.[9] Teori Mahāyāna mengontraskan hal ini dengan tujuan jalan Theravāda yang tujuan paling umumnya adalah kecerahan individu,[9] sebagai sāvakabudha, dengan menjalani Dhamma. Meskipun demikian, aliran Theravāda juga mengenal Jalan Bodhisatta.[10][11]

Dalam aliran Mahāyāna, seorang Buddha dipandang sebagai makhluk transenden yang memiliki kekuatan luas, seperti kemahatahuan, kemahakuasaan, dan kebijaksanaan yang telah sadar (buddha-jñana) yang meresap ke mana-mana.[12][13] Pandangan ini dapat ditemukan dalam berbagai sumber Mahāyāna, seperti Sutra Avatamkasa.[13]

Mahāyāna memahami Buddha melalui kerangka "tiga tubuh" (trikaya).[14] Dalam kerangka ini, Buddha historis atau Buddha lain yang berwujud manusia dipahami secara doketis sebagai "tubuh transformasi" magis (nirmanakaya). Sedangkan Buddha yang sejati atau hakiki adalah "tubuh realitas hakiki" (Dharmakaya). Oleh karena itu, Ratnagotravibhāga (Analisis Silsilah Permata), sebuah kitab Mahāyāna, mendefinisikan Buddha sebagai "Dharmakaya yang tidak terbentuk (asamskrta), dan spontan (anabhoga)" dan sebagai "kebijaksanaan yang tercerahkan dengan sendirinya dan muncul dengan sendirinya (jñana), kasih sayang dan kekuatan untuk kepentingan orang lain."[15] Ajaran ini dipahami dan ditafsirkan dengan berbagai cara oleh berbagai aliran Mahāyāna.

Daftar Buddha

sunting

Tujuh Buddha

sunting

Pada teks-teks Buddhis masa awal, dijabarkan secara eksplisit tujuh nama Buddha:[16]

  1. Vipassī (hidup 91 kalpa yang lalu)
  2. Sikhī (hidup 31 kalpa yang lalu)
  3. Vessabhū (hidup 31 kalpa yang lalu pada kalpa yang sama dengan Sikhī)
  4. Kakusandha (Buddha pertama pada kalpa baik saat ini)
  5. Koṇāgamana (Buddha kedua pada kalpa saat ini)
  6. Kassapa (Buddha ketiga pada kalpa saat ini)
  7. Gotama (Buddha keempat pada kalpa saat ini)

Salah satu sutta bernama Chakkavatti-Sīhanāda Sutta dari teks Buddhis awal bagian Digha Nikaya juga menyebutkan bahwa setelah Tujuh Buddha, terdapat seorang calon Buddha bernama Metteyya (Pāli; Sanskerta: Maitreya) yang diperkirakan akan muncul di dunia.[17]

28 Buddha dan 1 Bodhisatta

sunting

Literatur Pali dari aliran Theravāda mencakup kisah-kisah 28 Buddha sebelumnya. Di negara-negara dengan mayoritas penduduk yang menganut agama Buddha Theravāda, seperti Sri Lanka, Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, merupakan kebiasaan bagi umat Buddha untuk mengadakan perayaan khusus, terutama selama musim cuaca cerah, untuk memberi penghormatan kepada 28 Buddha sebelumnya. Daftar Buddha ini dijelaskan pada kitab Buddhavaṁsa. Buddhavaṁsa adalah kitab yang menggambarkan kehidupan Buddha Gotama dan 27 Buddha yang mendahuluinya, serta calon Buddha Metteyya. Buddhavaṁsa adalah bagian dari Khuddaka Nikāya, yang selanjutnya merupakan bagian dari Sutta Piṭaka. Sutta Piṭaka adalah salah satu dari tiga bagian utama Tripitaka Pāli.

Nama Pāli Nama Sanskerta Tempat lahir Orang tua (ayah - ibu) Bodhirukka (pohon kecerahan) Kelahiran Buddha Gotama
1 Taṇhaṅkara[18] Tṛṣṇaṃkara Sunanda - Sunandā Rukkaththana
2 Medhaṅkara[19] Medhaṃkara Yaghara Sudeva - Yasodharā Kaela
3 Saraṇaṅkara[20] Śaraṇaṃkara Vipula Sumaṅgala - Yasavatī Pulila
4 Dīpaṃkara[21] Dīpaṃkara Rammavatī Sudeva - Sumedhā Pipphala Sumedha (juga Sumati atau Megha Mānava, seorang Brahman yang kaya)
5 Koṇḍañña[22] Kauṇḍinya Rammavatī Sunanda - Sujātā Salakalyana Vijitawi (seorang Chakravarti dari Chandawatinagara, Majjhimadesa)
6 Maṅgala[23] Maṃgala Uttara (Majhimmadesa) Uttara - Uttarā Nāga (Mesua ferrea) Suruchi (di Siribrahmano)
7 Sumana[24] Sumanas Mekhala Sudassana - Sirimā Nāga (Mesua ferrea) Raja Atulo, sesosok Naga
8 Revata[25] Raivata Sudhaññavatī Vipula - Vipulā Nāga (Mesua ferrea) Seorang brahmana ahli Weda
9 Sobhita[26] Śobhita Sudhamma Sudhamma - Sudhammā Nāga (Mesua ferrea) Sujata, seorang brahmana (di Rammavati)
10 Anomadassi[27] Anavamadarśin Candavatī Yasava - Yasodharā Ajjuna Seorang raja Yakkha
11 Paduma[28] Padma Campaka Asama - Asamā Salala Seekor singa
12 Nārada[29] Nārada Dhaññavatī Raja Sudeva - Anomā Sonaka Seorang tapaso di Himalaya
13 Padumuttara[30] Padmottara Haṁsavatī Ānanda - Sujātā Salala Seorang petapa bernama Jatilo
14 Sumedha[31] Sumedha Sudassana Sumedha - Sumedhā Nipa Penduduk asli dari Uttaro
15 Sujāta[32] Sujāta Sumaṅgala Uggata - Pabhāvatī Welu Seorang cakkavatti
16 Piyadassi[33] Priyadarśin Sudhañña Sudinna/Sudatta - Sucandā Kakudha Kassapa, seorang brahmana (di Siriwattanagara)
17 Atthadassi[34] Arthadarśin Sobhana Sāgara - Sudassanā Champa Susino, seorang brahmana
18 Dhammadassī[35] Dharmadarśin Saraṇa Saraṇa - Sunandā Bimbajala Indra, pemimpin para dewa
19 Siddhattha[36] Siddhārtha Vebhāra Udena - Suphassā Kanihani Mangal, seorang brahmana
20 Tissa[37] Tiṣya Khemaka Janasandha - Padumā Assana Raja Sujata dari Yasawatinagara
21 Phussa[38] Puṣya Kāsika Jayasena - Sirimā Amalaka Vijitavi
22 Vipassī[39] Vipaśyin Bandhumatī Bandhumā - Bandhumatī Pāṭalī (Stereospermum chelonoides) Raja Atula
23 Sikhī[40] Śikhin Aruṇavatī Aruṇa - Pabhāvatī Puṇḍarīka (Mangifera indica) Arindamo (di Paribhuttanagara)
24 Vessabhū[41] Viśvabhū Anoma Suppatīta - Yasavatī Sāla (Shorea robusta) Sadassana (di Sarabhavatinagara)
25 Kakusandha[42] Krakucchanda Khemāvatī Aggidatta - Visākhā Sirīsa (Albizia lebbeck) Raja Khema
26 Koṇāgamana[43] Kanakamuni Sobhavatī Yaññadatta - Uttarā Udumbara (Ficus racemosa) Raja Pabbata dari daerah pegunungan di Mithila
27 Kassapa[44] Kāśyapa Bārāṇasī Brahmadatta - Dhanavatī Nigrodha (Ficus benghalensis) Jotipala (di Vappulla)
28 Gotama[45] Gautama (saat ini) Kapilavatthu Suddhodana - Māyā Assattha (Ficus religiosa) Buddha Gotama
29 Metteyya Maitreya (selanjutnya) Ketumatī (Bārāṇasi) Subrahmā -Brahmavatī Nāga (Mesua ferrea)

Mahāyāna

sunting
 
Lukisan Adibuddha, Vajradhara, seorang tokoh tradisi Buddhis Indo-Tibet

Untuk daftar ribuan nama Buddha, lihat Tripitaka Taishō nomor 439–448. Daftar berikut ini adalah daftar nama makhluk-makhluk yang dianggap sebagai Buddha oleh setidaknya satu aliran Mahāyāna:

Sifat Sang Buddha

sunting

Berbagai aliran Buddhis memiliki beberapa interpretasi yang berbeda tentang sifat Buddha.

Pencapaian

sunting
 
Buddha Duduk, dari Seokguram, Korea.

Semua tradisi Buddhis berpendapat bahwa seorang Buddha sepenuhnya terbangun dan telah sepenuhnya memurnikan pikirannya dari tiga racun nafsu keinginan, kebencian dan ketidaktahuan. Seorang Buddha tidak lagi terikat oleh saṃsāra, dan telah mengakhiri penderitaan yang dialami orang-orang yang belum terbangun dalam hidup.

Sebagian besar aliran Buddhisme juga berpendapat bahwa Sang Buddha mahatahu. Namun, teks-teks awal berisi penolakan eksplisit membuat klaim Buddha ini.[46][47]

Penemu Dhamma

sunting

Dhamma bukanlah ciptaan para Buddha. Para Buddha adalah penemu Dhamma, bukan pencipta Dhamma.[48] Setelah menemukan Dhamma, Buddha mengajarkannya kepada semua makhluk agar mereka yang telah siap dapat memperoleh manfaatnya. Dengan demikian, ada atau tidak ada Buddha, hukum abadi tersebut akan tetap ada sepanjang zaman, sebagaimana disabdakan Buddha dalam Uppādā Sutta, Aṅguttara Nikāya 3.136.[49]

Sepuluh karakteristik

sunting

Beberapa umat Buddhis bermeditasi (atau merenungkan) Sang Buddha memiliki sepuluh karakteristik (Tionghoa dan Jepang: 十號). Karakteristik ini sering disebutkan dalam Kanon Pāli serta ajaran Mahāyāna, dan dilantunkan setiap hari di banyak wihara Buddhis:[50]

  1. Jadi pergi, demikian datang (Sanskerta: tathāgata)
  2. Yang layak (Sanskerta: arhat)
  3. Mencerahkan diri sendiri dengan sempurna (Sanskerta: samyak-saṃbuddha)
  4. Sempurna dalam pengetahuan dan perilaku (Sanskerta: vidyā-caraṇa-saṃpanna)
  5. Baik pergi (Sanskerta: sugata)
  6. Yang mengetahui dunia (Sanskerta: lokavida)
  7. Pemimpin orang yang tak tertandingi untuk dijinakkan (Sanskerta: anuttara-puruṣa-damya-sārathi)
  8. Guru para dewa dan manusia (Sanskerta: śāsta deva-manuṣyāṇaṃ)
  9. Yang Tercerahkan (Sanskerta: buddha)
  10. Yang Terberkahi atau yang beruntung (Sanskerta: bhagavat)[51]

Julukan kesepuluh kadang-kadang terdaftar sebagai "Yang Terhormat Dunia Tercerahkan" (Sanskerta: Buddha-Lokanatha) atau "Yang Terberkahi Tercerahkan" (Sanskerta: Buddha-Bhagavan).[52]

Tugas wajib

sunting

Menurut teks-teks Buddhis, setelah mencapai Kebuddhaan, setiap Buddha harus melakukan berbagai tindakan selama hidupnya untuk menyelesaikan tugasnya sebagai seorang Buddha.[53]

Teks-teks Buddhis Sanskerta mencantumkan sepuluh tindakan yang sangat diperlukan yang harus dilakukan Buddha.

  1. Seorang Buddha harus meramalkan bahwa orang lain akan mencapai Kebuddhaan di masa depan.
  2. Seorang Buddha harus menginspirasi orang lain untuk berjuang mencapai Kebuddhaan.
  3. Seorang Buddha harus mempertobatkan semua orang yang harus dia pertobatkan
  4. Seorang Buddha harus hidup setidaknya tiga perempat dari potensi umurnya.
  5. Seorang Buddha harus dengan jelas mendefinisikan apa itu perbuatan baik dan apa itu perbuatan jahat.
  6. Seorang Buddha harus menunjuk dua muridnya sebagai murid utamanya.
  7. Seorang Buddha harus turun dari Surga Tavatimsa setelah mengajar ibunya.
  8. Seorang Buddha harus mengadakan pertemuan di Danau Anavatapta.
  9. Seorang Buddha harus membawa orang tuanya ke Dhamma.
  10. Seorang Buddha pasti telah melakukan Keajaiban besar di Savatthi.

Teks Buddhis Tibet mencantumkan "Dua Belas Tindakan Besar" dari seorang Buddha.

  1. Seorang Buddha harus lahir di surga Tusita segera sebelum kelahirannya sebagai seorang Buddha.
  2. Seorang Buddha harus turun dari Tusita.
  3. Seorang Buddha harus memasuki rahim ibunya.
  4. Seorang Buddha harus dilahirkan.
  5. Seorang Buddha harus terampil dalam berbagai seni di masa mudanya.
  6. Seorang Buddha harus menjalani kehidupan di istana.
  7. Seorang Buddha harus melakukan keberangkatan besar dari istananya.
  8. Seorang Buddha harus mempraktikkan asketisme.
  9. Seorang Buddha harus mengalahkan Mara.
  10. Seorang Buddha harus mencerahkan.
  11. Seorang Buddha harus memberikan khotbah pertamanya.
  12. Seorang Buddha harus mati dan masuk ke Nirwana.

Teks Pali tidak memiliki daftar seperti itu tetapi tradisi komentar Pali mencantumkan 30 tindakan wajib.

Referensi

sunting
  1. ^ buddhatva, बुद्धत्व. Spoken Sanskrit Dictionary. (accessed: January 10, 2016)
  2. ^ Buswell 2004, hlm. 71.
  3. ^ Gethin, Rupert (1998). The foundations of Buddhism (edisi ke-1. publ. paperback). Oxford [England]: Oxford University Press. hlm. 32. ISBN 0-19-289223-1. 
  4. ^ Damien Keown; Charles S. Prebish (2013). Encyclopedia of Buddhism. Routledge. hlm. 90. ISBN 978-1-136-98588-1. 
  5. ^ Rinpoche Karma-raṅ-byuṅ-kun-khyab-phrin-las (1986). The Dharma: That Illuminates All Beings Impartially Like the Light of the Sun and Moon. State University of New York Press. hlm. 32–33. ISBN 978-0-88706-156-1. ; Quote: "There are various ways of examining the Complete Path. For example, we can speak of Five Paths constituting its different levels: the Path of Accumulation, the Path of Application, the Path of Seeing, the Path of Meditation and the Path of No More Learning, or Buddhahood."
  6. ^ Robert E. Buswell; Robert M. Gimello (1990). Paths to liberation: the Mārga and its transformations in Buddhist thought. University of Hawaii Press. hlm. 204. ISBN 978-0-8248-1253-9. [pranala nonaktif permanen]
  7. ^ Snelling, John (1987), The Buddhist handbook. A Complete Guide to Buddhist Teaching and Practice. London: Century Paperbacks. p. 81
  8. ^ Udana Commentary. Translation Peter Masefield, volume I, 1994. Pali Text Society. p. 94.
  9. ^ a b Gethin, Rupert (1998). The foundations of Buddhism (edisi ke-1st publ. paperback). Oxford [England]: Oxford University Press. hlm. 224–234. ISBN 0-19-289223-1. 
  10. ^ Drewes, David, Mahāyāna Sūtras and Opening of the Bodhisattva Path, Paper presented at the XVIII the IABS Congress, Toronto 2017, Updated 2019.
  11. ^ Rhys Davids, T. W. (1880). The Introduction to the Jātaka Stories from Buddhist Birth Stories or Jātaka Tales, p. 98. A revised edition by Ānandajoti Bhikkhu November, 2021.
  12. ^ Williams, Paul (2008). Mahāyāna Buddhism: The Doctrinal Foundations. p. 122.
  13. ^ a b Hamar, Imre (2007). "The Manifestation of the Absolute in the Phenomenal World: Nature Origination in Huayan Exegesis". Bulletin de l'École Française d'Extrême-Orient. 94: 229–250. DOI:10.3406/befeo.2007.6070.
  14. ^ Snelling, John (1987), The Buddhist handbook. A Complete Guide to Buddhist Teaching and Practice, p. 100. London: Century Paperbacks
  15. ^ Hookham, S. K. (1991), The Buddha within : Tathagatagarbha doctrine according to the Shentong interpretation of the Ratnagotravibhaga, Albany, NY: State University of New York Press, pp. 186–190, ISBN 978-0-7914-0358-7.
  16. ^ Silk, von Hinüber; Eltschinger; Bowring (2019). Brill's encyclopedia of Buddhism Vol Two. Leiden, South Holland: Brill. hlm. 110–111. ISBN 978-90-04-29937-5. OCLC 909251257. 
  17. ^ "Cakkavatti Sutta: The Wheel-turning Emperor". Access To Insight. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-11-12. Diakses tanggal 2020-09-13. 
  18. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Taṇhaṅkara
  19. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Medhaṅkara
  20. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Saraṇaṅkara
  21. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Dīpankara
  22. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Koṇḍañña
  23. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Maṅgala
  24. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Sumana
  25. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Revata
  26. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Sobhita
  27. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Anomadassi
  28. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Paduma
  29. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Nārada
  30. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Padumuttara
  31. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Sumedha
  32. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Sujāta
  33. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Piyadassi
  34. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Atthadassi
  35. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Dhammadassī
  36. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Siddhattha
  37. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Tissa
  38. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Phussa
  39. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Vipassī
  40. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Sikhī
  41. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Vessabhū
  42. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Kakusandha
  43. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Koṇāgamana
  44. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Kassapa
  45. ^ Vipassana.info, Pali Proper Names Dictionary: Gotama
  46. ^ A. K. Warder, Indian Buddhism. Third edition published by Motilal Banarsidass Publ., 2000, pp. 132–133.
  47. ^ Kalupahana, David (1992). A History of Buddhist Philosophy: Continuities and Discontinuities. University of Hawaii Press. hlm. 43. ISBN 978-0-8248-1402-1. 
  48. ^ "Sutta reference for that Buddha discovered the Dhamma, not invented it". SuttaCentral Discuss & Discover. Diakses tanggal 2024-02-08. 
  49. ^ Anggara, Indra. "AN 3.136: Uppādāsutta". SuttaCentral. Diakses tanggal 2022-09-18. 
  50. ^ "In Theravada Buddhism's canonical Buddhavamsa[6] the Ten Perfections (dasa pāramiyo) are (original terms in Pali)". 
  51. ^ Japanese-English Buddhist Dictionary (Daitō shuppansha) 147a/163
  52. ^ [1] Diarsipkan 2012-05-30 di Wayback Machine., also see Thomas Cleary and J. C. Cleary The Blue Cliff Record, p. 553.
  53. ^ Strong, John (2009). The Buddha: a beginner's guide. Oxford: Oneworld Publications. hlm. 15–16. ISBN 978-1441634320. OCLC 527853452.