Mukjizat Buddha Gotama

Buddha Gautama berdasarkan penuturan kitab-kitab yang ada dianggap memiliki kemampuan dan kekuatan mokjizat melebihi manusia biasa. Tetapi menurut pandangan dia sendiri, dia berulang kali menolak permohonan dari umat biasa untuk mempertunjukkan kemampuan dan kekuatan mukjizat nya tersebut. Dia memperoleh kekuatan mukjizat tersebut melalui meditasi mendalam setelah dia melepas kehidupannya sebagai seorang putra mahkota dan menjalani kehidupan sebagai seorang pertapa. Dia beranggapan bahwa mukjizat-mukjizat itu seharusnya membawa manfaat bagi banyak makhluk dan dia memperingatkan kepada murid-muridnya bahwa mereka harus belajar Dharma (ajaran Buddha) bukan demi memperoleh kemampuan dan kekuatan tersebut. Mujizat terbaik adalah membuka pandangan orang-orang akan kebenaran Dharma dan memperoleh kebijaksanaan.

Lukisan Khotbah Pertama yang terdapat pada Wat Chedi Liem di Thailand.

Kelahiran

sunting

Diceritakan bahwa segera setelah kelahiran Pangeran Siddhartha Gautama, bayi kecil tersebut langsung dapat berdiri, berjalan tujuh langkah ke arah utara dan menyatakan: "Akulah pemimpin dunia ini, Yang tertua di dunia ini, Yang terkemuka di dunia ini. Ini adalah kelahiran terakhir bagiku. Tidak akan ada lagi kelahiran selanjutnya bagiku."

Ini adalah mukjizat pertama dimana seorang bayi sudah dapat berdiri, berjalan dan berbicara sesaat setelah dilahirkan. Ditambah lagi, menurut cerita, pada setiap jejak yang dilalui oleh Pangeran kecil ini, sekuntum bunga teratai muncul berkembang.

Mukjizat Ganda

sunting

Setelah Buddha kembali mengunjungi kerajaan ayahnya, keluarga dan rakyatnya masih tidak mempercayai sepenuhnya bahwa Buddha Gautama telah mencapai pencerahan atau belum. Untuk merespon hal ini, Buddha memperlihatkan kekuatan gaibnya yang disebut Yamaka-pātihāriya atau Mukjizat Ganda. Disebut demikian karena fenomena yang saling bertentangan muncul secara terus-menerus dari tubuh Buddha; dalam kasus ini adalah munculnya api dan air.

Mukjizat Ganda ini berupa munculnya api dari paruh atas tubuh Buddha dan air dari paruh bawah tubuh dia. Demikian pula pada sisi kanan dan kiri dia. Setelah itu, Buddha mengambil tiga langkah besar, mencapai Tavatimsa. Disana dia membabarkan Abhidharma kepada ibunya yang telah terlahir kembali menjadi seorang dewa bernama Santussita.

Brahma

sunting

Pada suatu kesempatan, Buddha terbang menuju alam Brahma, dan menjelaskan kepada Brahma bahwa semua hal yang berkondisi adalah tidak kekal dan selalu berubah. Setelah meyakini ucapan Buddha, Brahma memutuskan untuk mengikuti ajaran Buddha.

Kemudian Brahma memohon sebuah pertandingan unjuk kebolehan di antara mereka berdua. Dimanapun Brahma bersembunyi, Buddha dapat menemukan lokasinya berada. Kemudian giliran Buddha bersembunyi dalam kesunyataan dan meditasi, tetapi Brahma tidak dapat menemukan dia. Keyakinan Brahma terhadap Buddha meningkat akibat kejadian ini.

Menjinakkan Gajah

sunting

Devadatta adalah sepupu Buddha. Devadatta tersiksa oleh kecemburuannya terhadap Buddha. Setelah merencanakan siasat untuk membunuh Buddha Gautama, Devadatta melepaskan seekor gajah yang dibuat mabuk terlebih dahulu. Gajah ini bernama Nalagiri atau Dhanapala. Ketika gajah yang mabuk ini berlari menuju kota tempat Buddha berdiam, seorang wanita yang ketakutan secara tidak sengaja melepaskan bayinya di hadapan kaki Buddha. Tepat ketika gajah itu hendak menginjak anak tersebut, Buddha dengan tenang meraih dan menyentuh kening gajah itu. Gajah itu menjadi tenang dan diam, kemudian bersujud di hadapan Buddha.

Air Bersih

sunting

Buddha Gautama meminta muridnya Ananda untuk mengambilkan air minum dari sumur. Ananda berulang kali mengatakan kepada Buddha bahwa sumur itu kotor dan dipenuhi rumput dan tanah, dan oleh karenanya tidak dapat diminum. Meskipun demikian, Buddha terus meminta Ananda untuk mengambil air dari sumur tersebut. Ananda pun kemudian pergi mengambil air dari sumur itu. Ketika Ananda berjalan menuju sumur itu, Buddha melenyapkan rumput dan tanah di sumur tersebut sehingga air di dalam sumur itu pun menjadi bersih dan jernih.

Kekuatan Mengendalikan Alam

sunting

Fajri J.P menuturkan sebah mukjizat yang tercatat dalam bab pertama dari Mahavagga, dimana Budha menunjukkan kemampuannya mengendalikan alam. Di sebuah daerah yang sedang dilanda banjir, Buddha memerintahkan air bah itu untuk menepi sehingga dia dapat berjalan di antara kedua sisi air di atas tanah yang kering.[1]

Kekuatan Ajaib

sunting

Mahajima Nikaya menyebutkan bahwa Buddha memiliki kekuatan super yang melebihi makhluk apapun, termasuk kemampuan berjalan di atas air (terdapat dalam Angutara Nikaya). Buddha dapat melipat gandakan dirinya sendiri hingga satu juta, dapat menuju luar angkasa dan mengunjungi alam surga, dapat membuat dirinya sebesar raksasa dan sekecil semut, dapat berjalan menembus gunung, dapat menembus perut bumi.

Kekuatan ajaib lainnya sama seperti kemampuan yang dimiliki oleh para Arahat, hal ini termasuk Iddhi, telepati, telinga dewa (mampu mendengar dengan jelas dari bermil-mil jauhnya), mata dewa, dan kemampuan melihat kehidupan-kehidupan masa lampau. Kemampuan ini dijelaskan dalam "Mahasihanada Sutta" dan sutta-sutta lain dalam kitab Pali.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ Jesus' walking on the sea: an investigation of the origin of the narrative
  2. ^ Maha-sihanada Sutta

Pranala luar

sunting