Sutra ini merupakan salah satu ajaran Hyang Buddha yang menerangkan tentang hukum karma. Tentang sebab musabab semua perbuatan kita yang berlaku, baik dulu, sekarang maupun yang akan datang di dalam kehidupan kita masing-masing.

Ketika Hyang Buddha berada di kota Rajagaha, 1.250 orang Arahat datang berkumpul bersama para makhluk lainnya. Pertemuan para Arahat tersebut di namakan Caturangasannipata. Mereka berkumpul di Veluvanarama (Vihara Hutan Bambu) dan waktu itu tengah hari pada saat Purnama-sidhi di bulan Magha. Waktu itu Yang Mulia Ananda datang mendekati Hyang Bhagava, Ia memberi hormat dengan beranjali dan mengelilingi Hyang Buddha tiga kali (berpradaksina). Setelah memberi hormat, Ia dengan sopan duduk di satu sisi, kemudian Yang Mulia Ananda berkata kepada Hyang Bhagava:

“Guru, mengapa semua makhluk yang dilahirkan selalu dicengkram oleh dukkha (derita) seperti lobha (keserakahan), dosa (kebencian), moha (ketidaktahuan), tidak menghormati Buddha Dharma, tidak berbakti kepada orang-tua, tidak bermoral, tidak menjalankan Sila”. Generasi ini menjadi kacau seperti benang kusut, rumput munja dan gelabah, sehingga tidak dapat terbebas dari apaya (alam neraka), duggati (alam binatang), vinipata (alam keruntuhan) dan samsara (lingkaran tumimbal lahir).

Banyak di antara makhluk itu terlahir tuli, buta, bisu, idiot, cacat dan lainnya, saling bersaing, saling merugikan, saling memusuhi, saling membenci, saling membunuh, saling berbuat jahat dan tidak adil. Bagaimana kita dapat mengerti rahasia Kesunyataan (Hukum Realita) apa yang tersembunyi di balik kenyataan hidup ini. Dan apakah akibat buruk dari setiap perbuatan jahat yang dilakukan oleh manusia?

Semoga Guru berkenan menjelaskan kepada kami sebab-musabab dari semua perbedaan-perbedaan ini yang menyebabkan timbulnya keragu-raguan terhadap keadilan dan kebenaran?”

Hyang Buddha Bersabda: “Ananda, perhatikan dengan baik, Aku akan menerangkan tentang Hukum Karma. Sebenarnya, segala sesuatu yang terjadi di dalam kehidupan ini dikarenakan akibat dari karma lampau yang berbuah, yang diwariskan dari perbuatan pada kehidupan yang lampau. Karma-lah yang menyebabkan perbedaan-perbedaan dalam alam kehidupan ini: ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang bahagia, ada yang menderita, ada yang sempurna, ada yang cacat, ada yang dipuji dan ada yang terhina”.

Kemudian Hyang Bhagava melanjutkan dengan mengucapkan syair di bawah ini:

  1. “Segala sesuatu sudah ditentukan oleh karma lampau. Percaya dan tekun mengamalkan Sutra ini akan membawa kebahagiaan dan keberhasilan yang tiada taranya”.
  2. O, para bhikkhu, Aku akan membuat syair contoh untukmu, karena dengan contoh maka orang-orang pintar akan dapat mengerti makna dari apa yang dikatakan.
  3. Membangun vihara, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri dan sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “membangun vihara” membuat ia mendapat kedudukan terhormat (tinggi).
  4. Membangun jalan dan jembatan, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat. akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam brahma. Bahkan sekurang-kurangnya; akibat dari “membangun jalan dan jembatan” membuat ia dapat keselamatan dalam perjalanan serta memiliki kendaraan yang bagus.
  5. Berdana jubah, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri dan sering diperbuat akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “memberi jubah untuk bhikkhu” membuat Ia memiliki cukup sandang serta berpakaian bagus.
  6. Berdana makanan dan minuman, O bhikkhu. menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “memberi makan dan minuman untuk orang miskin” membuat ia kaya.
  7. Kikir dan tidak mau berdana, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang; atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “kikir dan tidak mau berdana” membuat ia miskin.
  8. Berdana untuk bhikkhu, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “memberi untuk keperluan bhikkhu” membuat Ia memiliki rumah mewah.
  9. Membangun sekolah dan rumah sakit, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “membangun sekolah dan rumah sakit” membuat la hidup sukses dan bahagia.
  10. Memuja Hyang Buddha, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri dan sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa atau ke alam brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “memuja Hyang Buddha dengan bunga” membuat ia memiliki wajah yang rupawan.
  11. Tekun membaca paritta (sutra/mantra) dan melaksanakan Sila, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, Akibat dari “tekun membaca paritta (sutra/mantra) dan melaksanakan Sila” membuat Ia cerdas dan bijaksana.
  12. Membabarkan Dharma, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “menyebarkan Dharma dalam Dharmasala” membuat ia mendapatkan isteri yang cantik dan berbudi.
  13. Menghias altar, O bhikkhu. Menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “menghias altar Hyang Buddha dengan macam-macam dekorasi, hiasan yang bagus dan pantas” membuat Ia sukses dalam perkawinan.
  14. Menolong orang sebatang kara, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “menghormati dan menolong orang sebatang kara” membuat Ia memiliki orang-tua yang baik.
  15. Bergossip, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “sering menceritakan orang lain” membuat ia ditinggalkan oleh kawan-kawannya.
  16. Berkata kasar, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “berkata kasar” membuat ia sering menerima kata-kata yang tidak menyenangkan.
  17. Mengobrol kosong, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “mengobrol kosong” membuat ia tidak dapat berbicara dengan jelas.
  18. Berburu, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “berburu binatang” membuat ia menjadi yatim-piatu.
  19. Membunuh makhluk hidup, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “membunuh makhluk hidup” membuat Ia pendek umur.
  20. Mencuri, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “mengambil barang milik orang lain” membuat Ia akan kehilangan barang-barangnya.
  21. Berzina, O bhikkhu, menganjurkan. melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “melakukan hubungan seks yang tidak diperkenankan” membuat Ia dimusuhi lingkungannya.
  22. Berdusta, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “berdusta” membuat Ia sering mendapat tuduhan palsu.
  23. Melepas binatang, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “membebaskan binatang yang tertangkap orang” membuat ia memiliki anak yang sukses.
  24. Merusak lingkungan, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya; akibat dari “merusak hutan, tanaman, tumbuhan bunga” membuat ia tidak mempunyai keturunan.
  25. Memperkosa, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang. atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “memperkosa anak isteri orang lain” membuat Ia hidup sengsara dan kesepian.
  26. Meniup Lilin altar, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “tidak mengenal rasa hormat dan dengan sengaja meniup lilin atau lampu altar Hyang Buddha” membuat mulutnya menjadi cacat.
  27. Menghina suami, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “menghina dan memukul suami” membuat Ia menjadi janda.
  28. Menolong hidup makhluk lain, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “menyelamatkan nyawa makhluk lain” membuat ia panjang umur dan bahagia.
  29. Lupa budi, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “melupakan budi dan jasa orang lain” membuat Ia menjadi budak (kuli).
  30. Menyeleweng/Selingkuh, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “menyeleweng/selingkuh dengan isteri atau suami orang” membuat ia hidup kesepian.
  31. Menyesatkan orang, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “menyesatkan orang dengan bacaan porno” membuat matanya jadi buta.
  32. Berdana minyak lampu, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “berdana minyak lampu untuk altar Hyang Buddha” membuat Ia dikaruniai mata yang indah dan terang.
  33. Mencaci orang tua, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “mencaci maki orang tua” membuat Ia menjadi bisu dan tuli.
  34. Memukul orang tua, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “memukul orang tua” membuat tangannya cacat.
  35. Menodong dan merampok, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya. akibat dari “menodong dan merampok” membuat Ia berkaki cacat.
  36. Menertawakan siswa Hyang Buddha, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari menertawakan siswa Hyang Buddha dan tidak menghormati Buddha Dharma” membuat punggungnya bongkok.
  37. Tidak membayar hutang, O bhikkhu. menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “tidak membayar hutang” membuat Ia terlahir kembali menjadi kerbau atau kuda.
  38. Menipu, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “menipu dan mencelakakan orang lain”, membuat Ia terlahir kembali menjadi babi atau anjing.
  39. Berbuat kejam dan sadis, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “berbuat kejam dan sadis” membuat Ia hidup lama di penjara.
  40. Menolong orang sakit, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “memberi obat menolong orang sakit atau luka” membuat Ia selalu sehat.
  41. Meracuni makhluk lain, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “meracuni makhluk lain” membuat Ia mati keracunan.
  42. Memfitnah, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “memfitnah dan mengadu domba” membuat ia muntah darah.
  43. Minum minuman keras, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “minum minuman keras” membuat Ia mabuk, ketagihan dan tidak dihormati orang.
  44. Membuat makhluk lain mati kelaparan, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “membuat makhluk lain mati kelaparan” membuat ia mati kelaparan.
  45. Menghina orang miskin, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “menghina orang miskin” membuat ia berbadan cebol dan jelek.
  46. Tidak setia, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “tidak setia dan berkhianat” membuat ia hidup sengsara dan menyedihkan.
  47. Mendengarkan Dharma dengan kurang perhatian, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya akibat dari “mendengarkan Dharma dengan kurang perhatian” membuat ia menjadi tuli.
  48. Menyiksa binatang, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “menyiksa binatang” membuat badannya korengan dan bisulan
  49. Sumpah palsu, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “sumpah palsu” membuat ia mati disambar geledek, petir atau api.
  50. Iri hati, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “iri hati dan cemburu akan sukses dan kebahagiaan orang lain” membuat ia kesepian, bau busuk dan korengan.
  51. Memuja Hyang Buddha dengan daging, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “memuja Hyang Buddha dengan daging” membuat ia menderita penyakit kulit.
  52. Berdagang dengan tidak jujur, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “berdagang dengan tidak jujur” membuat Ia menderita penyakit korengan.
  53. Berburu dengan tali atau jala, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “berburu binatang dengan tali atau jala” membuat Ia mati tergantung.
  54. Bermusuhan, benci dan dendam, O bhikku, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “bermusuhan, benci dan dendam” membuat ia mati digigit binatang (Jelmaan dari musuhnya).
  55. Menggugurkan kandungan, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “menggugurkan kandungan” membuat Ia tidak dapat melahirkan.
  56. Bagi orang yang mencatat dan mencetak Sutra ini, kehidupannya akan berhasil dan dihormati.
  57. Bagi orang yang menyimpan Sutra ini akan terlindung dari malapetaka”.
  58. Bagi orang yang mengkhotbahkan ajaran Dharma ini, dalam kehidupannya akan berhasil dan bertambah kebijaksanaannya. Bagi orang yang membacakan Sutra ini kepada orang lain, akan dihormati dan dicintai orang banyak. Bagi orang yang menyebarluaskan Sutra ini, akan menjadi maju dan jaya”.
  59. Apa pun yang kita lakukan akan kembali kepada kita, jadi terimalah segala pahala maupun pembalasan terhadap diri kita. Jangan mengira kejahatan yang kita lakukan tidak akan ada akibatnya, akan terbukti dan di alami sendiri dalam kehidupan ini atau kehidupan mendatang.
  60. Kalau tidak percaya berkah dari melaksanakan Buddha-Dharma, lihatlah kebahagiaan yang dinikmati oleh para siswa Hyang Buddha.
  61. Karma kehidupan lalu menentukan pahala kehidupan sekarang. Karma kehidupan sekarang akan menentukan kehidupan mendatang.


Bagi orang yang tidak percaya pada ajaran Karma, akan jatuh terlahir di alam rendah. Bagi orang yang menghayati dan mengamalkan ajaran Dharma ini, akan terlahir di alam-alam surga.

Jika karma tidak berakibat, mengapa Bhikkhu Moggallana bertekad menolong ibunya dari penderitaan neraka? “Begitulah Ananda, bila engkau ditanya: “Apakah umur pendek karena suatu sebab tertentu ‘?”. Engkau harus menjawab: “Ya”.

Dan tentang pertanyaan: “Apakah sebab umur pendek itu?”. Engkau harus menjawab: “Membunuh makhluk hidup, kejam dan gemar memukul dan membunuh, tanpa mempunyai rasa kasihan kepada makhluk hidup adalah sebab umur pendek. Orang yang melakukan dan melaksanakan perbuatan ini, ketika badan jasmaninnya hancur setelah mati, akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan penderitaan, atau neraka. Atau, apabila ia dilahirkan kembali sebagai manusia, di mana saja ia akan bertumimbal-lahir, maka umurnya akan pendek”.

“Ananda, bila engkau ditanya: “Apakah menderita banyak penyakit karena suatu sebab tertentu?”. Engkau harus menjawab: “Ya”.

Dan tentang pertanyaan: “Apakah sebab menderita banyak penyakit itu?” Engkau harus menjawab: “Menyakiti makhluk lain dengan menggunakan tinju, batu, tongkat atau senjata, gembira melihat makhluk lain menderita adalah sebab dari menderita banyak penyakit. Orang yang melakukan perbuatan ini, ketika badan jasmaninya hancur setelah mati, akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan penderitaan, atau neraka. Atau, apabila Ia dilahirkan kembali sebagai manusia, di mana saja ia bertumimbal-lahir, Ia akan menderita banyak penyakit”.

“Ananda. bila engkau ditanya: “Apakah rupa buruk karena suatu sebab tertentu?”. Engkau harus menjawab: “Ya”.

Dan tentang pertanyaan: “Apakah sebab rupa buruk itu?”. Engkau harus menjawab: “Cepat marah, lekas naik darah, untuk hal kecil saja yang diceritakan kepadanya, Ia sudah menjadi murka, marah berkeras kepala, memperlihatkan kegusarannya, kebenciannya dan kecurigaannya adalah sebab dari rupa buruk. Orang yang melakukan dan melaksanakan perbuatan ini, ketika badan jasmaninya hancur setelah mati, akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan penderitaan, atau neraka. Atau, apabila ia dilahirkan kembali sebagai manusia, di mana saja la akan bertumimbal-lahir, Ia akan mempunyai rupa yang buruk.

“Ananda, bila engkau ditanya: “Apakah mempunyai wibawa/pengaruh sedikit sekali karena suatu sebab tertentu?”. Engkau harus menjawab: “Ya”. Dan tentang pertanyaan: “Apakah sebab mempunyai pengaruh sedikit sekali itu ?”. Engkau harus menjawab: “Iri hati, penuh rasa dengki dan benci, mengiri kalau orang menerima hadiah, diberi tempat menginap, penghargaan, penghormatan, dimuliakan, dan diberi persembahan dengan sopan santun adalah sebab dari mempunyai pengaruh sedikit sekali. Orang yang melakukan dan melaksanakan perbuatan ini, ketika badan jasmaninya hancur setelah mati, akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan penderitaan, atau neraka. Atau, apabila Ia dilahirkan kembali sebagai manusia, di mana saja Ia akan bertumimbal-lahir, ia akan mempunyai pengaruh yang sedikit”.

“Ananda. bila engkau ditanya: “Apakah menjadi miskin karena suatu sebab tertentu?” Engkau harus menjawab: “Ya.” Dan tentang pertanyaan: “Apakah sebab miskin itu?”. Engkau harus menjawab: “Tak pernah memberikan makanan, minuman, jubah, pengangkutan, bunga, wangi-wangian, obat-obatan, tempat menginap, tempat tinggal, lampu dan sebagainya kepada bhikkhu dan pandita adalah sebab menjadi miskin. Orang yang tidak pernah melakukan perbuatan ini, ketika badan jasmaninya hancur setelah mati, akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan penderitaan, atau neraka. Atau, apabila Ia dilahirkan kembali sebagai manusia, di mana saja ia akan bertumimbal-lahir, Ia akan menjadi orang miskin”.

“Ananda apabila engkau ditanya: “Apakah orang menjadi rendah karena suatu sebab tertentu?”. Engkau harus menjawab: “Ya.” Dan tentang pertanyaan: “Apakah sebab orang menjadi rendah itu?” Engkau harus menjawab: “Tinggi hati dan penuh kesombongan, tak mau menghormat kepada orang yang patut dihormati, tak mau berdiri untuk siapa Ia patut berdiri, tak memberi tempat duduk kepada yang patut diberi tempa duduk, tak memberi kamar kepada yang patut diberi kamar, tidak menjamu kepada yg patut dijamu, tak memberi hormat dan penghargaan kepada yang patut diberi hormat dan penghargaan, dan juga tak memberikan persembahan kepada yang patut diberi persembahan adalah sebab menjadi orang rendah. Orang yang tidak pernah melakukan perbuatan ini, ketika badan jasmaninya hancur setelah mati, akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan penderitaan, atau neraka. Atau, apabila Ia dilahirkan kembali menjadi manusia, di mana saja Ia akan bertumimbal-lahir, akan dilahirkan sebagai orang rendah”.

“Ananda bila engkau ditanya: “Apakah orang menjadi dungu karena suatu sebab tertentu?”. Engkau harus menjawab: “Ya.” Dan tentang pertanyaan: “Apakah sebab orang menjadi dungu itu?” Engkai harus menjawab: “Tak mengunjungi para bhikkhu dan menanyakan kepada mereka: “Apakah yang dimaksud dengan karma baik, Guru? Apakah yang dimaksud dengan karma tidak baik ‘? Apa yang tercela? Apa yang terpuji? Apa yang patut dilakukan? Apa yang tidak patut dilakukan? Perbuatan apakah yang dapat mengakibatkan celaka dan penderitaan untuk waktu yang lama? Perbuatan mana yang dapat membawa berkah dan kebahagiaaan untuk waktu yang lama?” adalah sebab menjadi orang dungu. Orang yang tidak melakukan perbuatan ini, ketika badan jasmaninya hancur setelah mati akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan penderitaan, atau neraka. Atau, apabila Ia dilahirkan kembali menjadi manusia, di mana saja Ia akan bertumimbal-lahir, akan dilahirkan sebagai orang dungu”.

“Ananda, pemilik dari perbuatan adalah makhluk, Ia adalah ahli-waris dari perbuatannya, perbuatannya adalah rahim dari mana ia lahir, kepada perbuatannya ia terikat, namun perbuatannya pula yang menjadi pelindungnya. Perbuatan apa pun yang Ia lakukan baik atau buruk, Ia juga kelak yang menjadi ahli-warisnya.

Terdapat orang yang gemar membunuh makhluk hidup, mengambil milik orang lain, melakukan perbuatan asusila dengan wanita; berbicara yang tidak benar, sering menggosip orang lain, menggunakan kata-kata kasar, suka mengobrol kosong; tamak, berhati kejam dan mengikuti pandangan yang keliru. Ia terikat erat-erat kepada perbuatannya yang dilakukan dengan jasmani, ucapan atau pikiran. Dengan sembunyi-sembunyi Ia melakukan perbuatan-perbuatan, mengucapkan kata-kata dan memikirkan sesuatu: dan sembunyi-sembunyi pula cara dan tujuannya. Tetapi Aku katakan kepadamu: “Bagaimana tersembunyinya pun cara dan tujuannya, orang itu pasti akan menerima salah satu dari kedua akibat ini, yaitu siksaan dari neraka atau terlahir sebagai binatang yang merangkak”.

Demikianlah tumimbal-lahir dari makhluk-makhluk: “Sesuai dengan karmanya, mereka akan bertumimbal-lahir dan dalam tumimbal-lahirnya itu mereka akan menerima akibat dari perbuatannya sendiri”. Karena itu, Aku menyatakan: “Pemilik dan ahli-waris perbuatan adalah makhluk, perbuatannya adalah rahim dari mana ia lahir, kepada perbuatannya ia terikat, namun perbuatannya juga merupakan pelindungnya. Perbuatan apa pun yang ia lakukan, baik atau buruk, ia juga kelak yang menjadi ahli-warisnya. Perbuatanlah yang membuat manusia menjadi mulia dan rendah, kaya dan miskin, bahagia dan menderita”.

Setelah membabarkan Ajaran Karma kepada Ananda dan para Arahat, lalu Hyang Bhagava menambahkan: “Contoh yang telah Aku berikan hanya sebanyak setetes air dibandingkan contoh yang belum diberikan sebanyak air yang ada di sungai Gangga.” Kemudian Hyang Bhagava mengucapkan Ovada Patimokkha:

“Jangan berbuat kejahatan. Perbanyaklah perbuatan baik, Sucikan hati dan pikiranmu. ltulah Ajaran semua Buddha”. Kesabaran adalah cara bertapa yang paling baik.

Hyang Buddha bersabda:

“Nibbanalah yang tertinggi dari semuanya

Mereka bukanlah pertapa jika masih menindas orang lain,

Mereka bukan pula pertapa yang masih menyebabkan kesusahan orang lain.

Tidak menghina, tidak melukai,

Mengendalikan diri sesuai dengan tata tertib,

Makan secukupnya,

Senang hidup menyepi,

Dan senantiasa berpikir luhur.

Itulah Ajaran semua Buddha”.

Kemudian Yang Mulia Ananda berkata: “Pada generasi yang kacau-balau ini, banyak manusia yang telah mengisi kehidupannya dengan perbuatan-perbuatan jahat dikarenakan ketidak-tahuan mereka akan ajaran dan Hukum Karma. Kami sangat senang dan gembira, Guru. Dengan panjang lebar dan penuh cinta kasih Guru telah menguraikan Dharma, menjelaskannya bagai orang yang menegakkan kembali apa yang roboh, atau memperlihatkan apa yang tersembunyi, atau menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat, atau membawa lampu di waktu gelap gulita, sambil berkata: itu Siapa yang punya mata, silakan melihat”.

Setelah Ananda berkata demikian, para Arahat, para bhikkhu, para upasaka, para dewa, para asura, para gandhaba, para makhluk halus lainnya menjadi gembira hatinya dengan kata-kata Hyang Bhagava. Mereka berjanji akan melaksanakan dengan sungguh-sungguh Ajaran Karma ini. *****

Itulah uraian dari Kitab Hukum Karma yang di kutip dari buku MENABUR SEBAB & MENUAI AKIBAT (Majalah Harmoni)

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting