Atensi (Buddhisme)
Dalam Buddhisme, atensi atau perhatian (Pali dan Sanskerta: manasikāra; Inggris: attention; bedakan dari sati) adalah sebuah faktor mental yang didefinisikan sebagai proses batin atau mental yang terpaku pada suatu objek.[1][2] Manasikāra diidentifikasi dalam ajaran Abhidharma sebagai berikut:
- Salah satu dari tujuh faktor mental universal dalam Abhidharma aliran Theravāda
- Salah satu dari lima faktor mental universal dalam Abhidharma aliran Mahayana
Terjemahan dari manasikāra | |
---|---|
Indonesia | perhatian, atensi |
Inggris | attention, mental advertence, 'taking on an object, making something one's rest or issue' |
Pali | manasikāra |
Sanskerta | manasikāra, manasikara |
Tionghoa | 作意 (T) / 作意 (S) |
Jepang | 作意 (rōmaji: sai) |
Korea | 작의 (RR: jakeui) |
Tibetan | ཡིད་བྱེད (Wylie: yid byed; THL: yi jé) |
Thai | มนสิการ (RTGS: manasikan) |
Daftar Istilah Buddhis |
Bagian dari seri tentang |
Buddhisme |
---|
Bagian dari Abhidhamma Theravāda |
52 Faktor Mental |
---|
Buddhisme Theravāda |
Definisi
suntingTheravāda
suntingBhikkhu Bodhi menyatakan:[3]
- Kata Pali-nya secara harfiah berarti making in the mind ("membuat dalam pikiran"). Perhatian adalah faktor mental yang bertanggung jawab atas perhatian batin atau mental pada objek, yang dengannya objek tersebut dihadirkan ke dalam kesadaran (viññāṇā). Karakteristiknya adalah penghantaran (sāraṇa) keadaan mental yang terkait ke arah objek. Fungsinya adalah untuk mengaitkan keadaan terkait ke objek. Ia terwujud sebagai konfrontasi dengan suatu objek, dan penyebab langsungnya adalah [adanya] objek. Perhatian seperti kemudi kapal, yang mengarahkannya ke tujuannya, atau seperti seorang kusir yang mengarahkan kuda-kuda yang terlatih dengan baik (yaitu keadaan terkait) ke tujuannya (objek). Manasikāra harus dibedakan dari vitakka: sementara manasikāra mengarahkan konkomitannya ke arah objek, vitakka menerapkannya ke objek. Manasikāra adalah faktor kognitif yang sangat diperlukan yang ada di semua keadaan kesadaran; vitakka adalah faktor khusus yang tidak sangat diperlukan untuk kognisi.
Kitab Atthasālinī (I, Bagian IV, Bab 1, 133) dan kitab Visuddhimagga (XIV, 152) mendefinisikan manasikāra sebagai berikut:
- ...Ia memiliki karakteristik untuk mengendalikan keadaan-keadaan terkait menuju objek, fungsi untuk menggabungkan (mengikat) keadaan-keadaan terkait ke objek, manifestasi dari menghadap pada objek. Ia termasuk dalam saṅkhārakkhandha, dan harus dianggap sebagai kusir dari keadaan-keadaan terkait karena ia mengatur objek.[4]
Mahayana
suntingKitab Abhidharma-samuccaya menyatakan:
- Apa itu manasikāra? Manasikāra adalah sebuah kontinuitas yang berfungsi untuk menjaga pikiran tetap pada apa yang menjadi acuannya.[1]
Herbert Guenther menyatakan:
- Ini adalah kognisi yang menjaga kompleks batin/mental dalam referensi objektif spesifiknya.[1]
Perbedaan antara cetanā dan manasikāra adalah bahwa cetanā membawa batin ke arah obyek dalam gerakan umum, sedangkan manasikāra membuat batin terpaku pada rujukan obyektif tertentu.[1]
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ a b c d Guenther (1975), Kindle Locations 406-410.
- ^ Kunsang (2004), p. 23.
- ^ Bhikkhu Bodhi 2012, Kindle Locations 2225-2232.
- ^ Gorkom (2010), Definition of jīvitindriya
Daftar pustaka
sunting- Bhikkhu Bodhi (2012), A Comprehensive Manual of Abhidhamma: The Abhidhammattha Sangaha (Vipassana Meditation and the Buddha's Teachings), Independent Publishers Group Kindle Edition
- Guenther, Herbert V. & Leslie S. Kawamura (1975), Mind in Buddhist Psychology: A Translation of Ye-shes rgyal-mtshan's "The Necklace of Clear Understanding" Dharma Publishing. Kindle Edition.
- Kunsang, Erik Pema (translator) (2004). Gateway to Knowledge, Vol. 1. North Atlantic Books.
- Nina van Gorkom (2010), Cetasikas, Zolag