Visuddhimagga
Kitab Visuddhimagga (Pali untuk "Jalan Pemurnian") adalah 'ringkasan besar' tentang praktik Buddhis Theravāda dengan pendekatan metode akademis Abhidhamma Theravāda yang ditulis oleh Buddhaghosa sekitar abad ke-5 di Sri Lanka. Kitab ini adalah kitab panduan yang meringkas dan mensistematisasikan pemahaman dan penafsiran abad ke-5 tentang jalan Buddhis sebagaimana yang dipertahankan oleh para sesepuh Mahāvihāra di Anuradhapura, Sri Lanka.
Visuddhimagga | |
---|---|
Jenis | Kitab ringkasan |
Induk | Sastra Pāli |
Meringkas | Suttapiṭaka |
Komposisi | ca abad ke-5 M |
Atribusi | Buddhaghosa |
Komentar | Visuddhimaggamahāṭīkā; Visuddhimagganidānakathā; Paramatthamañjūsā |
Singkatan | Vism |
Sastra Pāli |

Bagian dari seri tentang |
Buddhisme Theravāda |
---|
![]() |
Buddhisme |
Kitab ini dianggap sebagai kitab Theravāda yang paling penting di luar kitab-kitab suci dalam Tipitaka Pali yang kanonis,[note 1] dan dijelaskan sebagai "pusat metode penafsiran Tipitaka yang lengkap dan koheren."[1]
Latar belakang
suntingStruktur
suntingStruktur kitab Visuddhimagga didasarkan pada Rathavinīta Sutta ("Diskursus tentang Barisan Kereta," MN 24),[2] yang menggambarkan perkembangan dari kemurnian disiplin menuju tujuan akhir Nirwana dalam tujuh tahapan.[note 2] Materi Visuddhimagga juga sangat mirip dengan materi yang ditemukan dalam kitab pedoman yang disusun sebelumnya, yaitu kitab Vimuttimagga (sekitar abad ke-1 atau ke-2).[3]
“ | “Teman, ketika ditanya: ‘Tetapi, teman, apakah demi pemurnian moralitas maka kehidupan suci dijalani di bawah Sang Bhagavā?’ engkau menjawab: ‘Bukan, teman.’ Ketika ditanya: ‘Kalau begitu apakah demi pemurnian batin… pemurnian pandangan … pemurnian dengan mengatasi keragu-raguan … pemurnian melalui pengetahuan dan penglihatan atas apa yang merupakan jalan dan apa yang bukan jalan … pemurnian melalui pengetahuan dan penglihatan terhadap sang jalan … pemurnian melalui pengetahuan dan penglihatan maka kehidupan suci dijalani di bawah Sang Bhagavā?’ engkau menjawab: ‘Bukan, teman.’ Kalau begitu demi apakah, teman, kehidupan suci dijalani di bawah Sang Bhagavā?” “Teman, adalah demi Nibbāna akhir yang tanpa kemelekatan maka kehidupan suci dijalani di bawah Sang Bhagavā.” |
” |
— Rathavinīta Sutta, MN 24 |
Perkembangan selanjutnya
suntingAjaran-ajaran dalam kitab Visuddhimagga mencerminkan tradisi akademis Abhidhamma Theravāda, yang mencakup beberapa inovasi dan penafsiran yang tidak ditemukan dalam diskursus (sutta) paling awal dari Sang Buddha.[4][5] Kitab Visuddhimagga karya Buddhaghosa mencakup instruksi nonkanonis tentang meditasi Theravāda, seperti "cara menjaga citra batin (nimitta)," yang mengarah pada perkembangan selanjutnya dalam tradisi meditasi Theravāda.[6]
Metode kasiṇa
suntingKitab Visuddhimagga berkenaan dengan meditasi metode kasiṇa, suatu bentuk meditasi konsentrasi ketika batin difokuskan pada suatu objek (batiniah).[7] Menurut Bhikkhu Ṭhānissaro, "[kitab] ini kemudian mencoba untuk memasukkan semua metode meditasi lain ke dalam 'cetakan' praktik kasiṇa sehingga mereka juga memunculkan tanda-tanda tandingan, tetapi bahkan dengan pengakuannya sendiri, meditasi napas tidak cocok dengan cetakan tersebut."[7] Menurutnya, dalam penekanannya pada meditasi kasiṇa, kitab Visuddhimagga dianggap tidak selaras dengan Kanon Pali, yang di dalamnya jhāna dianggap sebagai suatu praktik meditasi sentral, yang menunjukkan bahwa apa yang "dimaksud dengan jhāna dalam kitab ini adalah sesuatu yang sangat berbeda dari apa yang dimaksud dalam Kanon."[7]
Pengaruh non-Theravāda
suntingKalupahana mencatat bahwa kitab Visuddhimagga mengandung "beberapa spekulasi metafisik, seperti spekulasi aliran Sarvāstivāda, Sautrāntika, dan bahkan Yogācāra".[8] Kalupahana menyatakan:
Buddhaghosa sangat berhati-hati dalam memperkenalkan ide-ide baru ke dalam tradisi Mahāvihāra dengan cara yang terlalu kentara. Tampaknya tidak diragukan lagi bahwa kitab Visuddhimagga dan komentar-komentarnya merupakan kesaksian atas kemampuan seorang penyelaras hebat yang memadukan ide-ide lama dan baru tanpa menimbulkan kecurigaan di benak mereka yang meneliti karyanya.[9]
Gambaran umum
suntingSusunan
suntingKitab Visuddhimagga terdiri dari tiga bagian, yang membahas: 1) Sīla (moralitas); 2) Samādhi (konsentrasi meditatif); 3) Paññā (kebijaksanaan atau pemahaman).
- Bagian pertama (bagian 1) menjelaskan aturan-aturan disiplin, dan metode untuk menemukan tempat suci yang tepat untuk berlatih, atau cara bertemu dengan guru yang baik.
- Bagian kedua (bagian 2) menjelaskan praktik samatha, objek demi objek (lihat Kammaṭṭhāna untuk daftar empat puluh objek tradisional). Disebutkan berbagai tahap konsentrasi.
- Bagian ketiga (bagian 3-7) adalah uraian tentang lima khandha (gugusan/agregat), āyatana (landasan indra), Empat Kebenaran Mulia, Kemunculan Bersebab (paṭiccasamuppāda), dan praktik vipassanā melalui pengembangan kebijaksanaan. Ini menekankan berbagai bentuk kebijaksanaan yang muncul karena praktik meditasi. Bagian ini menunjukkan upaya analitis hebat yang khusus pada filsafat Buddhis.
Tujuh Tahapan Pemurnian
suntingPerbandingan antara praktik dan "tujuh barisan kereta" ini menunjuk pada tujuannya. Setiap kemurnian dibutuhkan untuk mencapai kemurnian berikutnya.
“ | “Demikian pula, teman, pemurnian moralitas adalah demi untuk mencapai pemurnian batin; pemurnian batin adalah demi untuk mencapai pemurnian pandangan; pemurnian pandangan adalah demi untuk mencapai pemurnian dengan mengatasi keragu-raguan; pemurnian dengan mengatasi keragu-raguan adalah demi untuk mencapai pemurnian melalui pengetahuan dan penglihatan atas apa yang merupakan jalan dan apa yang bukan jalan; pemurnian melalui pengetahuan dan penglihatan atas apa yang merupakan jalan dan apa yang bukan jalan adalah demi untuk mencapai pemurnian melalui pengetahuan dan penglihatan terhadap sang jalan; pemurnian melalui pengetahuan dan penglihatan terhadap sang jalan adalah demi untuk mencapai pemurnian melalui pengetahuan dan penglihatan; pemurnian melalui pengetahuan dan penglihatan adalah demi untuk mencapai Nibbāna akhir tanpa kemelekatan. Adalah demi untuk mencapai Nibbāna akhir tanpa kemelekatan inilah kehidupan suci dijalani di bawah Sang Bhagavā.” | ” |
— Rathavinīta Sutta, MN 24 |
Kemurnian-kemurnian tersebut sering disebut sebagai "Tujuh Tahap Pemurnian" (satta-visuddhi):[10]
- Pemurnian Moralitas (sīla-visuddhi)
- Pemurnian Batin (citta-visuddhi)
- Pemurnian Pandangan (diṭṭhi-visuddhi)
- Pemurnian dengan Mengatasi Keraguan (kaṅkhā-vitaraṇa-visuddhi)
- Pemurnian melalui Pengetahuan dan Penglihatan atas Apa yang Merupakan Jalan dan yang Bukan Jalan (maggāmagga-ñāṇa-dassana-visuddhi)
- Pemurnian melalui Pengetahuan dan Penglihatan terhadap Arah (paṭipadā-ñāṇa-dassana-visuddhi)
- Pengetahuan tentang timbul dan tenggelam (udayabbaya-ñāṇa)
- Pengetahuan tentang penghentian (bhaṅga-ñāṇa)
- Pengetahuan tentang ketakutan (bhaya-ñāṇa)
- Pengetahuan tentang penderitaan (ādīnava-ñāṇa)
- Pengetahuan tentang perenungan tentang ketidakpuasan (nibbidā-ñāṇa)
- Pengetahuan tentang keinginan untuk pembebasan (munccitukamyata-ñāṇa)
- Pengetahuan tentang pengamatan ulang (paṭisaṅkhā-ñāṇa)
- Pengetahuan tentang ketenang-seimbangan atas formasi (saṅkhārupekkhā-ñāṇa)
- Pengetahuan tentang adaptasi (anuloma-ñāṇa)
- Pemurnian melalui Pengetahuan dan Penglihatan (ñāṇa-dassana-visuddhi)
- Perubahan garis silsilah (gotrabhu-ñāṇa)
- Jalan pertama dan buahnya
- Jalan dan buah kedua
- Jalan dan buah ketiga
- Jalan dan buah keempat
“Pemurnian melalui Pengetahuan dan Penglihatan” merupakan puncak praktik, dalam empat tingkat kemuliaan menuju pembebasan dan Nirwana. Penekanan dalam sistem ini adalah pada pemahaman tiga tanda keberadaan, yaitu anicca (ketidakkekalan), dukkha (penderitaan), dan anatta (tanpa-atma). Penekanan ini terlihat dari nilai lebih yang diberikan kepada meditasi vipassanā dibandingkan samatha dalam Gerakan Vipassanā kontemporer.
Kemampuan supernormal
suntingMenurut para cendekiawan, kitab Visuddhimagga adalah salah satu kitab yang sangat langka dalam kepustakaan besar berbagai aliran Jainisme, Buddhisme, dan Hinduisme yang memberikan rincian eksplisit tentang bagaimana guru spiritual dianggap benar-benar menunjukkan kemampuan supernormal.[11] Kemampuan seperti terbang di udara, berjalan melewati rintangan padat, menyelam ke dalam tanah, berjalan di atas air, dan sebagainya dilakukan dengan mengubah satu unsur, seperti tanah, menjadi unsur lain, seperti udara.[12] Untuk mendapatkan kemampuan seperti itu, seseorang harus menguasai meditasi kasiṇa.[12] Dipa Ma, yang berlatih sesuai kitab Visuddhimagga, dikatakan menunjukkan kemampuan-kemampuan ini.[13]
Pengaruh
suntingTheravāda tradisional
suntingKitab Visuddhimagga dianggap sebagai kitab Theravāda yang paling penting di luar kitab-kitab suci dalam Tipitaka Pali yang kanonis,[note 1] bersama dengan Milindapañha.[14] Menurut Bhikkhu Ñāṇamoli, kitab Visuddhimagga adalah "pusat metode penafsiran Tipitaka yang lengkap dan koheren, dengan menggunakan 'metode Abhidhamma' sebagaimana disebutkan. Dan kitab tersebut menetapkan instruksi praktis yang terperinci untuk mengembangkan pemurnian batin."[1]
Theravāda kontemporer
suntingKitab Visuddhimagga adalah salah satu kitab utama yang menjadi dasar metode vipassanā kontemporer (dan Gerakan Vipassanā itu sendiri), bersama dengan Satipaṭṭhāna Sutta. Akan tetapi, penekanannya pada meditasi kasiṇa dan klaimnya tentang kemungkinan "pandangan-terang (vipassanā) kering" juga telah dikritik dan ditolak oleh beberapa cendekiawan Theravāda dan guru vipassanā kontemporer.
Menurut Bhikkhu Ṭhānissaro, "Visuddhimagga menggunakan paradigma yang sangat berbeda untuk konsentrasi, dari apa yang Anda temukan di dalam Kanon."[15] Bhante Henepola Gunaratana juga mencatat bahwa apa yang "dikatakan dalam sutta-sutta tidaklah sama dengan apa yang dikatakan oleh Visuddhimagga [...] keduanya sebenarnya berbeda," yang mengarah pada perbedaan antara pemahaman [tradisional] akademis dan pemahaman praktis berdasarkan pengalaman meditasi.[16] Gunaratana lebih lanjut mencatat bahwa Buddhaghosa menciptakan beberapa istilah meditasi kunci yang tidak ditemukan dalam sutta, seperti istilah "parikamma-samādhi (konsentrasi persiapan), upacāra-samādhi (konsentrasi akses), appanā-samādhi (konsentrasi pencerapan)."[17] Gunaratana juga mencatat bahwa penekanan Buddhaghosa pada meditasi kasiṇa tidak ditemukan dalam sutta karena pencapaian jhāna (penyerapan meditatif) selalu dikombinasikan dengan perhatian-penuh.[18][note 3]
Bhikkhu Sujato berpendapat bahwa pandangan tertentu mengenai meditasi Buddhis yang diuraikan dalam kitab Visuddhimagga adalah "distorsi Sutta" karena menyangkal perlunya pencapaian jhāna.[19] Shravasti Dhammika, seorang biksu Theravādin Australia, juga mengkritik praktik kontemporer berdasarkan karya ini. Beliau menyimpulkan bahwa Buddhaghosa sendiri tidak yakin bahwa dengan mengikuti praktik yang ditetapkan dalam kitab Visuddhimagga akan benar-benar membawanya ke Nirwana, mendasarkan dirinya pada catatan tambahan Visuddhimagga:
Bahkan Buddhaghosa tidak benar-benar yakin bahwa praktik Theravāda [sebagaimana dalam kitab Visuddhimagga] dapat menuntun ke Nirwana. Kitab Visuddhimagga-nya dianggap sebagai panduan terperinci dan langkah demi langkah menuju pencerahan. Akan tetapi, dalam catatan tambahan [...], dia mengatakan dia berharap bahwa pahala yang diperolehnya dengan menulis kitab Visuddhimagga akan memungkinkannya untuk terlahir kembali di surga, tinggal di sana hingga Buddha Metteyya muncul, mendengarkan ajaran-Nya, dan kemudian mencapai pencerahan.[20][note 4]
Akan tetapi, menurut cendekiawan Burma, Yang Mulia Pandita, catatan tambahan pada Visuddhimagga tersebut tidak ditulis oleh Buddhaghosa sendiri.[23]
Edisi
suntingEdisi cetak Pali
sunting- Caroline AF Rhys Davids, Visuddhimagga Pali Text Society, London, 1920 & 1921. (aksara Latin)
- Warren, HC & Kosambi, DD Visuddhimagga off Buddhaghosâcariya, Seri Harvard Oriental, Vol. 41, 1950.[24][25][26] (aksara Latin)
- Edisi Hewavitarne Bequest, Kolombo, Sri Lanka (aksara Sinhala)
Asia Tenggara
suntingBahasa Sinhala
sunting- Sinhala Visuddhimargaya, Pandita Matara Sri Dharmavamsa Sthavira, Matara, Sri Lanka, 1953 (Sinhala)
Bahasa Burma
sunting- Edisi Hanthawaddy Press, Rangoon, Myanmar (aksara Burma)
Bahasa Thai
sunting- Edisi Kerajaan Siam, Bangkok, Thailand (aksara Thai)
- คัมภีร์วิสุทธิมรรค (Khamphi Wisutthimak), Somdej Phra Buddhacarya (Ard Asabhamahathera), edisi keenam. Bangkok: Universitas Mahachulalongkornrajvidyalaya, BE 2548 (2005). ISBN 974-91641-5-6
Terjemahan lainnya
suntingBahasa Inggris
sunting- The Path of Purity, Pe Maung (penerjemah), Pali Text Society, London, 3 jilid, 1922–31 Part 1: Of Virtue, Part 2: Of Concentration & Part 3: Of Understanding
- Bhikkhu Nyanamoli (penerjemah), The Path of Purification, Visuddhimagga, Buddhist Publication Society, Kandy 2011,ISBN 955-24-0023-6.
- Terjemahan ini tersedia dalam beberapa format digital (PDF, HTML, ePub) di https://eudoxos.github.io/vism
- Buddhist Meditation, Edward Conze (penerjemah), NB: Terjemahan sebagian, 2002, ISBN 81-215-0781-2
Bahasa lainnya
sunting- Der Weg zur Reinheit, Nyanatiloka & Verlag Christiani (penerjemah), Konstanz, 1952 (Jerman)
- Le chemin de la pureté, Christian Maës, Fayard 2002 (Français), ISBN 978-2213607658
Lihat pula
suntingCatatan
sunting- ^ a b Lihat, misalnya, Kheminda Thera, dalam Ehara et al. 1995 hlm. xliii: "Kitab Visuddhimagga adalah kata yang umum di semua wilayah Theravāda. Tidak ada satu pun cendekiawan Buddhisme, baik dari Theravāda maupun Mahāyāna, yang tidak mengenalnya."
- ^ Lihat Thanissaro (1999) untuk terjemahan Rathavinīta Sutta. Lihat berbagai cetakan kitab Visuddhimagga yang tercantum di bawah ini untuk melihat cara sutta ini secara eksplisit diintegrasikan ke dalam karya tersebut.
- ^ Lihat pula Bronkhorst (1993), Two Traditions of Meditation in ancient India; Wynne (2007), The Origin of Buddhist Meditation; dan Polak (2011), Reexaming Jhana
- ^ Bakti kepada Metteya merupakan hal yang umum di Asia Selatan sejak awal era Buddhis, dan diyakini sangat populer selama era Buddhaghosa.[21][22]
Referensi
sunting- ^ a b Nyanamoli 2011, hlm. xxvii.
- ^ Shankman 2008, hlm. 53.
- ^ Vimuttimagga & Visuddhimagga - A Comparative Study. PV Bapat, lvii
- ^ Kalupahana, David J. (1994), A history of Buddhist philosophy, Delhi: Motilal Banarsidass Publishers Private Limited
- ^ Sujato 2012, hlm. 329.
- ^ Shaw 2006, hlm. 5.
- ^ a b c Bhikkhu Thanissaro, Concentration and Discernment
- ^ Kalupahana 1994, hlm. 206.
- ^ Kalupahana 1994, hlm. 207-208.
- ^ Gunaratana 1994, hlm. 143-174.
- ^ Jacobsen, Knut A., ed. (2011). Yoga Powers . Leiden: Brill. hlm. 93. ISBN 9789004212145.
- ^ a b Jacobsen, Knut A., ed. (2011). Yoga Powers . Leiden: Brill. hlm. 83–86. ISBN 9789004212145.
- ^ Schmidt, Amy (2005). Dipa Ma. Windhorse Publications Ltd. hlm. Chapter 9 At Home in Strange Realms.
- ^ Coomaraswamy, Ananda (1999). Hinduism and Buddhism (dalam bahasa Inggris). New Delhi, India: Manohar. hlm. 48. ISBN 8173042276. "Of the extra-canonical literature the most important of the early books are the Milindapañha and Visuddhimagga."
- ^ Shankman 2008, hlm. 117.
- ^ Shankman 2008, hlm. 136.
- ^ Shankman 2008, hlm. 137.
- ^ Shankman 2008, hlm. 137-138.
- ^ Sujato 2012, hlm. 332.
- ^ The Broken Buddha oleh S. Dhammika, lihat hlm. 13 dari 80
- ^ Sponberg 2004, hlm. 737–738.
- ^ "Maitreya (Buddhism)". Britannica Online Encyclopedia.
- ^ Ven. Pandita (2018). The Authorship of the Vinaya and Abhidhamma Commentaries: A Response to von Hinüber. Journal of Buddhist ethics 25:269-332. University of Kelaniya.
- ^ Stede, W. (October 1951). "The Visuddhimagga of Buddhaghosācariya by Henry Clarke Warren; Dharmananda Kosambi". The Journal of the Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland (3/4): 210–211. doi:10.1017/S0035869X00104873. JSTOR 25222520.
- ^ Stede, D. A. L. (1953). "Visuddhimagga of Buddhaghosācariya by Henry Clarke Warren; Dharmananda Kosambi". Bulletin of the School of Oriental and African Studies, University of London. 15 (2): 415. doi:10.1017/s0041977x00111346. JSTOR 608574.
- ^ Edgerton, Franklin (Januari 1952). "Visuddhimagga of Buddhaghosācariya by Henry Clarke Warren; Dharmananda Kosambi". Philosophy East and West. 1 (4): 84–85. doi:10.2307/1397003. JSTOR 1397003.
Daftar pustaka
sunting- Gunaratana, Henepola (1994), The Path of Serenity and Insight, Delhi: Motilal Banarsidass Publishers Private Limited
- Kalupahana, David J. (1994), A history of Buddhist philosophy, Delhi: Motilal Banarsidass Publishers Private Limited
- Nyanamoli, Bhikkhu (2011), The Path of Purification, Visuddhimagga, Kandy: Buddhist Publication Society, ISBN 978-955-24-0023-0
- Shankman, Richard (2008), The Experience of Samadhi: An In-depth Exploration of Buddhist Meditation, Shambhala
- Shaw, Sarah (2006), Buddhist Meditation: An Anthology of Texts from the Pali Canon, Routledge
- Sponberg (2004), Maitreya, the Future Buddha
- Sujato, Bhante (2012), A History of Mindfulness (PDF), Santipada, ISBN 9781921842092. ISBN 9781921842108
- Thanissaro Bhikkhu (penerjemah) (1999). Ratha-vinita Sutta: Relay Chariots (MN 24).
Pranala luar
sunting- Mahasi Sayadaw, The Progress of Insight (Visuddhiñāṇakathā)
- Ven. Matara Sri Nanarama, The Seven Stages of Purification & The Insight Knowledges
- The entire Visuddhimagga: The Path of Purification oleh Bhadantācariya Buddhaghosa terjemahan oleh Ñānamoli Thera
- The Path of Purification (Visuddhimagga) oleh Bhadantācariya Buddhaghosa
- Guide through the Visuddhimagga oleh U Dhammaratana
- Vimuttimagga and Visuddhimagga oleh P. V. Bapat