Kathāvatthu

(Dialihkan dari Kathavatthu)

Kitab Kathāvatthu (Pāli; disingkat Kv atau Kvu) adalah suatu kitab suci Buddhisme Theravāda sebagai bagian dari Abhidhammapiṭaka dalam Tripitaka Pali. Kitab ini berisi perbandingan posisi terkait sejumlah isu antara Theravāda ortodoks dan pandangan heterodoks dari berbagai narasumber; pemilik pandangan heterodoks tersebut tidak disertakan dalam teks sumber utama, namun diidentifikasi sebagai aliran pemikiran Buddhis tertentu dalam kitab-kitab komentar (yang secara historis muncul belakangan). Secara historis, teks aslinya diperkirakan berasal dari masa pemerintahan Raja Asoka (sekitar 240 SM), namun hal ini juga masih bisa diperdebatkan.[1] Meskipun inti teks dari kitab ini mungkin sudah mulai terbentuk selama masa pemerintahan Asoka, Bhikkhu Sujato mencatat bahwa "karya tersebut secara keseluruhan tidak mungkin disusun pada saat itu, karena merupakan hasil dari periode penyusunan yang panjang, dan membahas banyak pandangan aliran-aliran Buddhis yang baru muncul setelah masa Aśoka."[2]

Kathāvatthu
JenisKitab kanonis
IndukAbhidhammapiṭaka
AtribusiMoggaliputtatissa; Bhāṇaka
KomentarKathāvatthu-aṭṭhakathā (Pañcapakaraṇa-aṭṭhakathā)
PengomentarBuddhaghosa
SubkomentarPañcapakaraṇamūlaṭīkā; Pañcapakaraṇa-anuṭīkā
SingkatanKv
Sastra Pāli
Manuskrip Burma yang berisi Kathāvatthu dengan sazigyo (pita) sepanjang lebih dari 4 m yang dibuat dengan teknik tenun tablet/kartu pada alat tenun tali belakang (backstrap loom) dengan prasasti persembahan dalam bahasa Burma, abad ke-19. British Library.

Susunan

sunting

Kitab Kathāvatthu mendokumentasikan lebih dari 200 poin pertentangan.[3] Pokok-pokok yang diperdebatkan dibagi dalam empat paṇṇāsaka (secara harfiah berarti "kelompok 50"). Setiap paṇṇāsaka dibagi lagi menjadi 20 bab (vagga). Selain itu, ada tiga vagga lagi setelah keempat paṇṇāsaka.[4]

Setiap bab berisi pertanyaan dan jawaban yang dengannya berbagai pandangan aliran Buddhis lain disajikan, dibantah, dan ditolak. Susunan perdebatan tidak menyertakan identitas peserta debat, dan tidak keluar dari perdebatan untuk menyatakan secara eksplisit pihak mana yang benar (meskipun umumnya secara implisit mendukung pendirian pihak Theravāda dengan ditolaknya pandangan yang dibahas).

Pandangan yang dianggap tidak sesat oleh penafsiran kitab komentar terhadap Kathāvatthu diterima oleh aliran Theravāda. Menurut kitab komentar, pandangan yang ditolak termasuk pandangan-pandangan aliran Sarvāstivāda.[5]

Pendirian doktrinal

sunting

Kitab ini berfokus pada sanggahan terhadap pandangan berbagai aliran Buddhis lain selain Theravāda, termasuk:[1]

  • Pandangan aliran Pudgalavāda, yang menyatakan bahwa 'pribadi' ada sebagai realitas hakiki dan bahwa 'pribadi' tersebut berpindah dari satu kehidupan ke kehidupan berikutnya.
  • Bahwa makhluk yang telah sempurna (Arahat) dapat jatuh dari kesempurnaan.
  • Pandangan para pengikut aliran Sarvāstivāda, bahwa "semua [dhamma] (fenomena) ada" dalam tiga masa (masa lalu, masa kini, masa depan), suatu bentuk eternalisme temporal.
  • Seorang Arahat dapat mimpi basah di malam hari.
  • Seorang Arahat mungkin kurang pengetahuan, memiliki keraguan, atau diungguli oleh orang lain.
  • Durasi suatu peristiwa kesadaran dapat berlangsung sehari atau lebih.
  • Penetrasi dan pandangan terang ke dalam berbagai tingkatan kemuliaan dicapai secara bertahap.
  • Ucapan duniawi Sang Buddha entah bagaimana bersifat supramundane.
  • Semua kekuatan Sang Buddha juga dimiliki oleh para murid utama-Nya.
  • Seorang umat awam dapat menjadi seorang Arahat. Umumnya, Theravāda meyakini bahwa, jika seorang umat awam akan segera menjadi Arahat, ia akan langsung tergugah untuk bergabung dengan Saṅgha.
  • Seseorang dapat mencapai kecerahan pada saat momen kelahiran kembali.
  • Empat Kebenaran Mulia, alam-alam kehidupan nonmateri, ruang, dan Kemunculan Bersebab merupakan fenomena (dhamma) yang tidak terkondisi (asaṅkhāra).
  • Ada alam peralihan (bardo) dari keberadaan. Pandangan ini umum diyakini oleh pengikut Buddhisme Tibet.
  • Semua dhamma hanya berlangsung sesaat (khaṇa).
  • Semua hal itu terjadi [semata-mata] karena karma (lihat Niyāma).
  • Tidak boleh dikatakan bahwa ordo monastik menerima persembahan.
  • Sang Buddha sendiri tidak mengajarkan Dhamma, tetapi diajarkan oleh ciptaan gaibnya.
  • Orang yang telah mencapai jhana terus mendengar suara
  • Lima pelanggaran paling berat (pembunuhan ibu, pembunuhan ayah, dll.) mengakibatkan buah karma langsung, bahkan ketika dilakukan tanpa sengaja.
  • Pembebasan akhir dapat diperoleh tanpa menghilangkan belenggu tertentu.

Catatan

sunting
  1. ^ a b James P. McDermott, KATHAVATTHU; Encyclopedia of Indian Philosophies, Volume VII: Abhidharma Buddhism to 150 A.D.
  2. ^ Sujato, Bhante (2012), Sects & Sectarianism: The Origins of Buddhist Schools, Santipada, hlm. 108–109, ISBN 9781921842085 
  3. ^ Hinüber (2000), hlm. 72, mencatat: "A little more than 200 points were discussed in Kv [the Kathāvatthu], although it seems that the tradition assumes a larger number." Geiger & Ghosh (2004), hlm. 10, mencatat: "This book contains the refutation of 252 different wrong teachings...."
  4. ^ Hinüber (2000), hlm. 71, para. 145. Hinüber berkomentar: "This somewhat irregular structure [of the Kathāvatthu] seems to indicate that the text had been growing over a certain time, and whenever new controversies arose they were included."
  5. ^ Hinüber (2000), hlm. 73, mencatat:
    "A strong disadvantage of the presentation of the controversies in Kv [the Kathāvatthu] is the lack of any indication of the respective school to which the heretical views under discussion may belong. These are mentioned much later only in the commentary.... In this respect Kv differs from the Vijñānakāya [the parallel text of the Sarvastivada], where the interlocutors are named."

Daftar pustaka

sunting
  • Geiger, Wilhelm (terj. dr. Jerman oleh Batakrishna Ghosh) (2004). Pāli Literature and Language. New Delhi: Munshiram Manoharlal Publishers. ISBN 81-215-0716-2.
  • Hinüber, Oskar von (2000). A Handbook of Pāli Literature. Berlin: Walter de Gruyter. ISBN 3-11-016738-7.
  • McDermott, James P. (1975). "The Kathavatthu Kamma Debates" dalam Journal of the American Oriental Society, Vol. 95, No. 3 (Jul. - Sep., 1975), hlm. 424–433.

Pranala luar

sunting