Bahasa Minangkabau

bahasa Minangkabauik yang mayoritas dituturkan oleh suku Minangkabau
(Dialihkan dari Rumpun bahasa Minangkabauik)
Ini adalah versi stabil, terperiksa pada tanggal 26 November 2024.

Bahasa Minangkabau (Baso Minangkabau; aksara Jawi: باسومينڠكابو) adalah suatu bahasa Austronesia yang dituturkan oleh Suku Minangkabau.[5] Melalui diaspora masyarakat bersuku Minangkabau, bahasa ini juga dituturkan di beberapa wilayah lain di Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, sebagian Aceh, sebagian Riau, serta di wilayah luar negeri meliputi Negeri Sembilan.

Bahasa Minangkabau
BPS: 0028 4
Baso Minangkabau
باسو مينڠكابو
Dituturkan diIndonesia dan Malaysia
WilayahMencakup Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Riau, Aceh, serta Negeri Sembilan
Etnis Minangkabau
Penutur
± 6.5 juta[1]
Dialek
  • Dialek dalam bahasa Minangkabau
    • Agam - Tanah Datar
    • Aneuk Jamee
    • Lima Puluh Kota
    • Orang Mamak
    • Sakai
    • Bonai
    • Pancung Soal/Indojati
    • Penghulu
    • Ulu
    • Limapuluh kota
    • Pasaman
Modern:

Historis:

SumberPedoman Umum Ejaan Bahasa Minangkabau[2]
Status resmi
Diakui sebagai
bahasa minoritas di
Diatur olehBadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kode bahasa
ISO 639-2min
ISO 639-3min
Glottologmina1268[3]
IETFmin
BPS (2010)0028 4
Informasi penggunaan templat
Status pemertahanan
C10
Kategori 10
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa telah punah (Extinct)
C9
Kategori 9
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sudah ditinggalkan dan hanya segelintir yang menuturkannya (Dormant)
C8b
Kategori 8b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa hampir punah (Nearly extinct)
C8a
Kategori 8a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sangat sedikit dituturkan dan terancam berat untuk punah (Moribund)
C7
Kategori 7
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai mengalami penurunan ataupun penutur mulai berpindah menggunakan bahasa lain (Shifting)
C6b
Kategori 6b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai terancam (Threatened)
C6a
Kategori 6a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa masih cukup banyak dituturkan (Vigorous)
C5
Kategori 5
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mengalami pertumbuhan populasi penutur (Developing)
C4
Kategori 4
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan dalam institusi pendidikan (Educational)
C3
Kategori 3
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan cukup luas (Wider Communication)
C2
Kategori 2
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan di berbagai wilayah (Provincial)
C1
Kategori 1
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa nasional maupun bahasa resmi dari suatu negara (National)
C0
Kategori 0
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan bahasa pengantar internasional ataupun bahasa yang digunakan pada kancah antar bangsa (International)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
EGIDS SIL EthnologueC5 Developing
Bahasa Minangkabau dikategorikan sebagai C5 Developing menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini mengalami peningkatan jumlah penutur dari waktu ke waktu
Referensi: [4]

Lokasi penuturan
The Minangkabau origin place
Wilayah di mana bahasa Minangkabau dituturkan secara dominan (pulau Sumatra bagian Barat; mencakup wilayah Sumatera Barat, sebagian Sumatera Utara, serta sebagian wilayah Bengkulu dan Aceh). Penuturan Bahasa Minangkabau juga mencakup beberapa wilayah di Malaysia, khususnya Negeri Sembilan
Peta
Peta
Perkiraan persebaran penuturan bahasa ini.
Koordinat: 0°54′0″S 100°26′24″E / 0.90000°S 100.44000°E / -0.90000; 100.44000 Sunting ini di Wikidata
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Bahasa Minangkabau merupakan salah satu bahasa yang terdapat dalam rumpun bahasa Minangkabauik yang bercabang dari rumpun Melayu-Sumbawa (alias 'rumpun bahasa Indonesia Barat') yang diturunkan dari rumpun Melayu-Polinesia yang merupakan cabang dari rumpun bahasa Austronesia.[6][7]

Dialek

sunting

Bahasa Minang memiliki banyak dialek, bahkan antarkampung yang dipisahkan oleh sungai sekali pun dapat mempunyai dialek yang berbeda. Menurut Nadra, di wilayah Sumatera Barat bahasa Minang dapat dibagi dalam 8 dialek, yaitu:[8]

  1. Dialek Rao Mapat
  2. Dialek Muara Lolo
  3. Dialek Lubuak Alai
  4. Dialek Payakumbuh
  5. Dialek Agam
  6. Dialek Pancung Soal
  7. Dialek Koto Baru
  8. Dialek Pekal
  9. Dialek Lintau

Selain itu, masing-masing dialek Payakumbuh, Agam, dan Pancung Soal masih dapat dibagi lagi ke dalam sub-dialek.[9].[10][11]

Dialek bahasa Minangkabau yang dituturkan di Singkil, Simeulue, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Nagan Raya dan Aceh Barat juga disebut dengan bahasa Aneuk Jamee.[12]

Sedangkan di Tapanuli Tengah, Sibolga, pantai Tapanuli Selatan dan Pantai Mandailing Natal disebut bahasa Pesisir.

Bahasa Minangkabau yang ada di Provinsi Riau terdiri dari 4 dialek,[13] di antaranya:

  1. Dialek Rokan, dipakai di Kabupaten Rokan Hilir dan Rokan Hulu
  2. Dialek Kampar juga disebut sebagai bahaso Ocu, dipakai di Kabupaten Rokan Hilir, Rokan Hulu, Kampar, Kota Pekanbaru, Pelalawan, Kuantan Singingi (Kuansing), dan Indragiri Hulu
  3. Dialek Basilam, dipakai di Kabupaten Rokan Hilir
  4. Dialek Indragiri, dipakai di Kabupaten Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir

Dialek-dialek bahasa Minangkabau yang berada di Provinsi Riau dalam perkembangannya mendapat pengaruh dari bahasa Melayu di sekitarnya. Oleh sebagian masyarakat pengguna dialek tersebut mengganggapnya sebagai bahasa tersendiri.[14][15][16] Bahasa Minangkabau Umum ini juga disebut sebagai dialek Padang yang biasa disebut Bahaso Padang atau Bahaso Urang Awak.[17]

Karya sastra

sunting

Karya sastra tradisional berbahasa Minang memiliki persamaan bentuk dengan karya sastra tradisional berbahasa Melayu pada umumnya, yaitu berbentuk prosa, cerita rakyat, dan hikayat. Penyampaiannya biasa dilakukan dalam bentuk cerita (kaba) atau dinyanyikan (dendang). Adapula karya sastra yang digunakan untuk prosesi adat Minang, seperti pepatah-petitih dan persembahan (pasambahan). Pepatah-petitih dan persembahan banyak menggunakan kata-kata kiasan. Agar tidak kehilangan makna, karya sastra jenis ini tidak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa lain. Oleh karenanya sangat sedikit sekali orang yang menguasai karya sastra ini, yang hanya terbatas pada ninik mamak dan pemuka adat.[18]

Fonologi

sunting

Berikut merupakan kotak fonem suara dari bahasa Minangkabau.[19]

Konsonan

sunting
Dwi-
bibir
Rongga-
gigi
langit-
langit
lang.
bel.
Celah-
suara
Sengau m m n n ɲ ny ŋ ng
Letup/
Gesek
nirsuara p p t t c k k ʔ '
bersuara b b d d j ɡ g
Geser s s h h
Sisian l l
Getar r r
Semivokal w w j y
Monoftong
Depan Madya Belakang
Tertutup i i u u
Tengah e e o o
Terbuka a a
Diftong
Depan Belakang
Tertutup iə̯⁓ie̯ ia uə̯⁓uo̯ ua, ui̯ ui
Tengah eə̯ ea oə̯ oa
Terbuka ai̯ ai, au̯ au

Hubungan dengan bahasa lain

sunting

Orang Minangkabau umumnya berpendapat banyak persamaan antara Bahasa Minangkabau dengan Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia. Marah Roesli dalam Peladjaran Bahasa Minangkabau menyebutkan pada umumnya perbedaan antara Bahasa Minangkabau dan Bahasa Indonesia adalah pada perbedaan lafal, selain perbedaan beberapa kata. Namun itu lebih merujuk pada Bahasa Minang pada suatu dialek di wilayah pasisia yang Bahasa Minang-nya tidak semurni yang ada di wilayah darek yang terfokus pada Luhak Nan Tigo yang kosa katanya begitu kompleks, dan itu juga digunakan secara umum sebagai komunikasi yang lebih mudah dipahami pada masyarakat Minangkabau yang dalam bahasanya terdiri dari berbagai dialek yang terkadang juga agak sulit untuk dipahami antara satu dengan yang lainnya. Dan faktanya Bahasa Indonesia juga banyak menyerap kosa kata dari Bahasa Minang, sehingga anggapan bahwa perbedaannya tidak jauh berbeda tentu tidak tepat.

Perbedaan antara Bahasa Minang dengan Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia benar-benar cukup dirasakan perbedaannya bagi masyarakat Minang di wilayah darek, karena wilayah darek sebagai wilayah yang kecil peluangnya mendapatkan pengaruh dari budaya luar yang pada dasarnya akan terjadi suatu akulturasi atau bahkan asimilasi, dan hal itu disebabkan karena wilayah darek merupakan kawasan agraris, sedangkan wilayah pasisia merupakan kawasan maritim yang biasanya terdapat suatu persinggahan dari bangsa luar baik itu pedagang ataupun lainnya, terlebih pada masa dahulunya Bahasa Melayu adalah bahasa lingua franca sehingga bisa saja terdapat pengaruh pergeseran ataupun percampuran terhadap kosa kata Bahasa Minang itu sendiri.

Bahasa Melayu dan Indonesia

sunting

Bahasa Minangkabau merupakan salah satu bahasa daerah yang banyak memberikan sumbangan terhadap kosakata Bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan karena banyaknya sarjana Minang yang berkontribusi dalam pembentukan Bahasa Melayu baku yang kelak menjadi Bahasa Indonesia.[20] Selain itu, peran para sastrawan Minang yang banyak menulis karya-karya sastra terkemuka pada masa awal kemerdekaan, juga menjadi faktor besarnya interferensi Bahasa Minangkabau terhadap Bahasa Indonesia. Mereka banyak memasukkan kosakata Minang ke dalam Bahasa Indonesia baku, terutama kosakata yang tidak memiliki padanannya di dalam Bahasa Indonesia.[21][22]

Pada tahun 1966, dari semua kosakata non-Melayu dalam Kamus Bahasa Indonesia, Bahasa Minangkabau mencakup 38% dari keseluruhannya. Angka ini merupakan yang tertinggi dibanding bahasa daerah lain, seperti Bahasa Jawa (27,5%) dan Bahasa Sunda (2,5%). Meskipun dalam perkembangannya, jumlah kosakata Minangkabau cenderung menurun dibandingkan interferensi kedua bahasa daerah tersebut.[23]

Abdul Gaffar Ruskhan dalam makalah yang disampaikannya di Sarasehan Bahasa Minangkabau menyampaikan pola perubahan kata dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Minangkabau sebagai berikut:

  1. Bunyi akhir BI -ul > -ua: bandul > bandua
  2. Bunyi akhir BI -ut > -uik: rumput > rumpuik
  3. Bunyi akhir BI -us > -uih: putus > putuih
  4. Bunyi akhir BI -is > -ih: baris > barih
  5. Bunyi akhir BI -it > -ik: sakit > sakik
  6. Bunyi akhir BI -as > -eh: batas > bateh
  7. Bunyi akhir BI -ap > -ok: atap > atok
  8. Bunyi akhir BI -at > -ek: rapat > rapek
  9. Bunyi akhir BI -at (dari Arab) > -aik: adat > adaik
  10. Bunyi akhir BI -al/-ar > -a: jual > jua, kabar > kaba
  11. Bunyi akhir BI -a > -o: kuda > kudo
  12. Bunyi -e (pepet) > -a: beban > baban
  13. Awalan ter-, ber-, per- > ta-, ba-, pa-: berlari, termakan, perdalam > balari, tamakan, padalam[24]

Contoh-contoh perbedaan lafal Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia dengan Bahasa Minangkabau (umum) adalah sebagai berikut:

Akhiran Menjadi Contoh
a o nama—namo, kuda—kudo, cara—caro
al dan ar a jual—jua, kabar—kaba, kapal—kapa, tukar—tuka
ap ok lembap—lambok, tiap—tiok, kurap—kurok, atap—atok
as eh batas—bateh, alas—aleh, balas—baleh
at ek atau aik (diftong "ai") dapat—dapek, kawat—kawek, semangat—sumangaik, barat–baraik
eng eang (diftong "ea") kelereng—kalereang, loteng—loteang, beleng—beleang
ih iah (diftong "ia") kasih—kasiah, putih—putiah, pilih—piliah
ik iak (diftong "ia") adik—adiak, balik—baliak, itik—itiak, kubik—kubiak
il dan ir diftong "ia" labil—labia, adil—adia, pasir—pasia, lahir—lahia
ing iang (diftong "ia") kucing—kuciang, sanding—sandiang, gading—gadiang
is ih baris—barih, manis—manih, alis—alih
it ik sakit—sakik, kulit—kulik, jahit—jahik, pelit–pilik
ong oang (diftong "oa") sokong—sokoang, tolong—toloang, lorong—loroang
uh uah (diftong "ua") tujuh—tujuah, patuh—patuah, seluruh—saluruah
uk uak (diftong "ua") untuk—untuak, buruk—buruak, busuk—busuak
ul dan ur diftong "ua" unggul—unggua, bakul—bakua, kasur—kasua, angsur—ansua
ung uang (diftong "ua") langsung—lansuang, hidung—iduang, untung—untuang
up dan ut uik (diftong "ui") tutup–tutuik, letup–latuik, rumput—rumpuik, takut—takuik
us uih (diftong "ui") putus—putuih, halus—aluih, bungkus—bungkuih
  • Selain perbedaan akhiran, imbuhan awalan seperti me-, ber-, ter-, ke-, pe- dan se- dalam bahasa Minang (umum) menjadi ma-, ba-, ta-, ka-, pa-, dan sa-. Contohnya meminum, berlari, terlambat, kesalahan, penakut, dan setiap dalam bahasa Minang menjadi maminum, balari, talambek, kasalahan, panakuik, dan satiok.
  • Sementara itu, imbuhan akhiran seperti -kan dan -nya dalam bahasa Minang (umum) menjadi -an dan -nyo. Contohnya memusnahkan dan selamanya dalam bahasa Minang menjadi mamusnahan dan salamonyo.[25]
  • Perbedaan lainnya adalah setiap suku kata pertama yang mengandung huruf "e pepet" dalam bahasa Minang (umum) menjadi huruf "a" (terkadang "i" atau "u"). Contohnya selama, percaya dan semangat dalam bahasa Minang menjadi salamo, picayo dan sumangaik.

Kosa kata

sunting

Persamaan Bahasa Minangkabau dengan berbagai bahasa lain dari rumpun Melayu dapat dilihat misalnya dalam perbandingan kosakata berikut:

Bahasa Indonesia apa laut lihat kucing pergi ular keras manis lutut
Bahasa Minangkabau apo lauik liaik/caliak kuciang pai ula kareh manih lutuik
Bahasa Pekal apo lawik liek kucing lalui ulah kehas manis lutuik
Bahasa Urak Lawoi' nama lawoiʔ lihaiʔ mi'aw pi ulal kras maneh lutoiʔ
Bahasa Minangkabau: Sadang kayu di rimbo tak samo tinggi, kok kunun manusia (peribahasa)
Bahasa Indonesia: Sedangkan pohon di hutan tidak sama tinggi, apa lagi manusia
Bahasa Minangkabau: Co a koncek baranang co itu inyo (peribahasa)
Bahasa Indonesia: Bagaimana katak berenang, seperti itulah dia.
Bahasa Minangkabau: Indak buliah mambuang sarok di siko!
Bahasa Indonesia: Tidak boleh membuang sampah di sini!
Bahasa Minangkabau: Bungo indak satangkai, kumbang indak sa ikua (peribahasa)
Bahasa Indonesia: Bunga tidak setangkai, kumbang tidak seekor
Bahasa Minangkabau: A tu nan ang karajoan?
Bahasa Indonesia: Apa yang sedang kamu kerjakan?

kata Apa dalam Bahasa Minangkabau yaitu Apo tetapi lebih sering disingkat dengan kata A

Penamaan dokumen hukum

sunting

Sebagai contoh, perbedaan dapat dilihat dalam versi masing-masing dari Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia:

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Bahasa Melayu (Baku) Bahasa Minangkabau
Universal Declaration of Human Rights Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Perisytiharan Hak Asasi Manusia Sejagat Deklarasi Sadunia Hak-Hak Asasi Manusia
Article 1 Pasal 1 Perkara 1. Pasal 1
All human beings are born free and equal in dignity and rights. They are endowed with reason and conscience and should act towards one another in a spirit of brotherhood. Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan. Semua manusia dilahirkan bebas dan samarata dari segi kemuliaan dan hak-hak. Mereka mempunyai pemikiran dan perasaan hati dan hendaklah bertindak di antara satu sama lain dengan semangat persaudaraan. Sadoalah urang dilahiaan mardeka jo punyo martabaik sarato hak-hak nan samo. Inyo dikaruniai aka jo hati nurani, supayo nan ciek jo nan lain bagaua dalam samangaik badunsanak.

Kalimat positif dan kalimat negatif

sunting

Kalimat negatif seperti dibuat bahasa Prancis.

# Bahasa Indonesia Bahasa Minang Bahasa Prancis
kalimat positif Subjek + Predikat + Objek Subjek + Predikat + Objek Subjek + Kata Kerja + Objek/Pelengkap
kalimat negatif Subjek + tidak + Predikat + Objek Subjek + indak + Predikat + Objek + do Subjek + ne + Kata Kerja + pas + Objek/Pelengkap

Contoh:

  1. Iko lamak (ini enak)
    1. Iko indak lamak do
  2. Ba a (bagaimana)
    1. Ndak ba a do

Kalimat pertanyaan

sunting
Bahasa Indonesia Bahasa Minang
Apa Apo / A
Bagaimana Bagaimano / Ba'a
Berapa Barapo / Bara
Di mana Di mano / Di ma
Ke mana Ka mano / Ka ma
Dari mana Dari mano / Dari ma
Mana Mano / Ma
Siapa Siapo / Sia
Mengapa Mangapo / Manga / Dek a
Kapan Bilo

Kalimat petunjuk

sunting
Bahasa Indonesia Bahasa Minang
Ini Iko/Ko
Itu Itu/Tu
Sini Siko
Situ Situ
Sana Sinan

Kata pengganti

sunting
Saya Ambo, Denai, Awak, Aden
Kamu Sanak (Formal), Awak (Formal), Ang (Laki-laki)
Kau (Perempuan)
Dia Inyo

Bilangan

sunting
Bahasa Indonesia Bahasa Minang
Satu Ciek
Dua Duo
Tiga Tigo
Empat Ampek
Lima Limo
Enam Anam
Tujuh Tujuah
Delapan Salapan
Sembilan Sambilan
Sepuluh Sapuluah
Sebelas Sabaleh
Seratus Saratuih
Seribu Saribu

Silsilah keluarga

sunting
Bahasa Indonesia Bahasa Minang
Kakek Pak Gaek, Antan, Angku, Inyiak, Anduang, Gayiek, Datuak
Nenek Mak Gaek, Enek, Anduang, Inyiak, Niniak, Uwo
Ayah Apak, Abak
Ibu Amak, Mandeh, Biyai, Bundo
Paman Mamak, Mak Dang, Mak Ngah, Mak Uncu, Pak Tuo, Pak Angah, Pak Adang, Pak Etek, Pak Anjang
Bibi Etek, Uwo, Ande, Amay, Uncu
Kakak Laki-laki Uda, Ajo, Udo, Uwan
Kakak Perempuan Uni, Uniang, Akak

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Moeliono, A.M., (2000), Kajian serba linguistik: untuk Anton Moeliono, pereksa bahasa, hal. 334, Jakarta: BPK Gunung Mulia, ISBN 979-687-004-5.
  2. ^ "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Minangkabau". Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 
  3. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Minangkabau". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  4. ^ "Bahasa Minangkabau". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue. 
  5. ^ Darrell T. Tryon, Comparative Austronesian Dictionary: An Introduction to Austronesian Studies, Walter de Gruyter & Co, Berlin, 1994
  6. ^ "Minangkabauic". The Southeast Asian Linguistics Society Special Publication (dalam bahasa Inggris). Honolulu, Hawai'i: University of Hawai'i Press. 2019. [Rumpun bahasa Minangkabauik] 
  7. ^ "Minangkabau language" [Bahasa Minangkabau]. Glottolog 4.4 (dalam bahasa Inggris). 
  8. ^ Nadra 2006.
  9. ^ Nadra 1997.
  10. ^ Medan, Tamsin, (1985), Bahasa Minangkabau dialek Kubuang Tigo Baleh, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
  11. ^ Nadra, (2006), Rekonstruksi bahasa Minangkabau, Andalas University Press, ISBN 979-3364-55-6.
  12. ^ "AZIZ, Zulfadli A.; AMERY, Robert. A survey on the status of the local languages of Pulau Simeulue and Pulau Banyak and their use within the community. In: Proceedings of English Education International Conference. 2016. p. 487-490". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-12-15. Diakses tanggal 2018-08-12. 
  13. ^ Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud RI. Bahasa Minangkabau di Provinsi Riau. Pada: Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. 2017 [1] Diarsipkan 2018-08-12 di Wayback Machine.
  14. ^ Saidat Dahlan, Saidat Dahlan and Anwar Syair, Anwar Syair and Abdullah Manan, Abdullah Manan and Amrin Sabrin, Amrin Sabrin (1985) Pemetaan Bahasa Daerah Riau dan Jambi (1985). Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta.[2]
  15. ^ Agus Sri Danardana, Agus Sri Danardana (2010) persebaran dan kekerabatan bahasa-bahasa di prov riau dan kep riau 149h. Balai Bahasa Provinsi Riau. ISBN 978-979-1104-46-3 [3]
  16. ^ Ayub A, Husin N, Muhardi M, Usman A H, & Yasin A. (1993). Tata Bahasa Minangkabau Diarsipkan 2019-04-13 di Wayback Machine.. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta. ISBN 979-459-294-3
  17. ^ Moussay 1998, hlm. 24.
  18. ^ Edwar Jamaris, Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau, Yayasan Obor Indonesia, 2001
  19. ^ Adelaar, K. Alexander (1992). Proto-Malayic: The Reconstruction of its Phonology and Parts of its Lexicon and Morphology. Pacific Linguistics, Series C, no. 119. Canberra: Dept. of Linguistics, Research School of Pacific Studies, the Australian National University. 
  20. ^ S. Budisantoso, Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya, 1986
  21. ^ Martin Haspelmath, Uri Tadmor; Loanwords in the World's Languages: A Comparative Handbook; De Gruyter Mouton, 2009
  22. ^ Alif Danya Munsyi, 9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia adalah Asing, KPG, 2003
  23. ^ Adeng Chaedar Alwasilah, Politik Bahasa dan Pendidikan, 1997
  24. ^ Ruskhan, Abdul Gaffar (2015). Penentuan Dialek Baku Bahasa Minangkabau Dalam Penulisan Daring. Bogor: Badan Bahasa. 
  25. ^ Edwar Djamaris, Beberapa masalah dalam penerjemahan naskah Sastra Minangkabau[pranala nonaktif permanen]

Bacaan lanjutan

sunting
  1. Moussay, Gérard (1998). Rahayu S. Hidayat, ed. Tata Bahasa Minangkabau (judul asli: La Langue Minangkabau) (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Kepustakaan Popular Gramedia. ISBN 979-9023-16-5. 
  2. Eberhard, David M.; Simons, Gary F.; Fennig, Charles D. (2021). "Ethnologue: Languages of the World" (dalam bahasa Inggris). Dallas: SIL International. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-04. Diakses tanggal 2021-09-18. 

Pranala luar

sunting