Diaspora

Penduduk suatu bangsa/etnis yang mengabdikan diri di luar bangsa/etnis tersebut

Istilah diaspora (bahasa Yunani kuno: διασπορά, "penyebaran atau penaburan benih")[1] digunakan (tanpa huruf besar) untuk merujuk kepada bangsa atau penduduk etnis manapun yang terpaksa atau terdorong untuk meninggalkan tanah air etnis tradisional mereka; penyebaran mereka di berbagai bagian lain dunia, dan perkembangan yang dihasilkan karena penyebaran dan budaya mereka.[2][3]

Istilah

sunting

Mulanya, istilah Diaspora (dengan huruf besar) digunakan oleh orang-orang Yunani untuk merujuk kepada warga suatu kota kerajaan yang bermigrasi ke wilayah jajahan dengan maksud kolonisasi untuk mengasimilasikan wilayah itu ke dalam kerajaan.[4]

Asal usul kata itu sendiri diduga dari versi Septuaginta dari Kitab Ulangan 28:25, "sehingga engkau menjadi diaspora (bahasa Yunani untuk penyebaran) bagi segala kerajaan di bumi".[1] Istilah ini telah digunakan dalam pengertian modernnya sejak akhir abad ke-20.[butuh rujukan]

Makna aslinya terlepas dari maknanya yang sekarang ketika Perjanjian Lama diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, dan kata "diaspora" digunakan untuk merujuk secara khusus kepada penduduk Yahudi yang dibuang dari Yudea pada 586 SM oleh Babel, dan Yerusalem pada 135 M oleh Kekaisaran Romawi. Istilah ini digunakan berganti-ganti untuk merujuk kepada gerakan historis dari penduduk etnis Israel yang tersebar, perkembangan budaya penduduk itu, atau penduduk itu sendiri.[butuh rujukan]

Perkembangan

sunting

Bidang akademik dari studi diaspora terbentuk pada akhir abad ke-20, sehubungan dengan meluasnya arti 'diaspora'. Jacob Riis, seorang penulis yang tajam, menyimpulkan bahwa diaspora terbentuk pada pertengahan abad ke-20, namun pada kenyataannya makna diaspora yang diperluas baru diselidiki pada akhir abad ke-20.[butuh rujukan]

Pada abad ke-20 khususnya telah terjadi krisis pengungsi etnis besar-besaran, karena peperangan dan bangkitnya nasionalisme, fasisme, komunisme dan rasisme, serta karena berbagai bencana alam dan kehancuran ekonomi. Pada paruhan pertama dari abad ke-20 ratusan juta orang terpaksa mengungsi di seluruh Eropa, Asia, dan Afrika Utara. Banyak dari para pengungsi ini tidak meninggal karena kelaparan atau perang, pergi ke benua Amerika.[butuh rujukan]

Daftar diaspora yang penting

sunting

Daftar di atas tidaklah menyeluruh ataupun definitif. Hanya beberapa saja yang telah mendapatkan perhatian historis. Ada banyak pembicaraan baru-baru ini (setelah Badai Katrina pada 2005) tentang diaspora New Orleans atau Pantai Teluk AS, tetapi baru kelak kita dapat mengetahui seberapa signifikan jumlah pengungsi yang tidak akan kembali.

Pada masa Perang Dingin, sejumlah besar pengungsi keluar dari daerah-daerah peperangan, khususnya dari negara-negara Dunia Ketiga; dari seluruh Afrika, Amerika Selatan dan Tengah, Timur Tengah, dan Asia timur.

Lihat pula

sunting
  • Exodus adalah istilah alkitab untuk migrasi, tetapi dengan konotasi pengelompokan dan bukan penyebaran diaspora.

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting

Bibliografi

sunting
  • Tetlow, Elisabeth Meier (2005). Women, Crime, and Punishment in Ancient Law and Society. Continuum International Publishing Group. 

Pranala luar

sunting