Konsonan desis atau frikatif adalah konsonan paru-paru dan juga salah satu kontinuan yang direalisasikan dengan mendorong udara dari paru-paru untuk keluar melewati celah kecil yang dibuat oleh dua organ artikulasi.[1][2] Oleh karena itu, suara yang diproduksi adalah hasil dari turbulensi aliran udara dari paru-paru yang dikarenakan oleh penyempitan celah (seperti pada, misalnya, [θ] atau [ð]) maupun gangguan aliran udara oleh anggota rongga mulut, misalnya gigi, yang disebut sibilan.[1][3] Dalam penelitian terbaru, sibilan dinilai sebagai subset dari striden,[4][5][6] yaitu penggolongan psikoakustik berdasarkan intensitas suara.[7]

Konsonan frikatif dihasilkan dengan memaksa udara ke luar melalui saluran sempit yang dibentuk dengan merapatkan dua artikulator, misalnya bibir bawah dan deretan gigi atas. Untuk konsonan [f], bagian belakang lidah dirapatkan ke palat lunak. Ini juga dilakukan untuk bahasa Jerman [x], bunyi konsonan akhir nama Bach. Juga dapat dilakukan dengan merapatkan bagian samping lidah ke arah gigi geraham, yaitu untuk bunyi bahasa Wales [ɬ], yang muncul dua kali dalam nama Llanelli. Aliran udara turbulen ini disebut frikasi (frication).

Satu subset khusus dari frikatif adalah "sibilan" (sibilant). Pada waktu membentuk sibilant, udara masih dipaksa ke luar melalui saluran sempit, tetapi lidah juga digulung memanjang untuk mengarahkan udara ke tepi deretan gigi. Suara [s], [z], [ʃ], dan [ʒ] (dipakai dalam bahasa Inggris) adalah contoh-contohnya.

Dua istilah lain adalah "spirant" dan "strident", tetapi penggunaan kurang distandardisasi. "Spirant" dalam dipakai sebagai sinonim dari "frikatif", atau (seperti misalnya dalam bahasa Uralik) merujuk hanya kepada frikatif yang bukan sibilan. "Strident" dapat digunakan sebagai sinonim untuk "sibilant", tetapi beberapa pengarang memasukkannya ke dalam jenis konsonan frikatif labiodental dan/atau uvular.

Daftar frikatif dalam fonologi bahasa Indonesia: /f/,/v/, /s/,/z/, /sy/,/kh/,/gh/.

Lihat pula

sunting

Pranala luar

sunting
  1. ^ a b Ladefoged, Peter (1996). The sounds of the world's languages. Oxford, OX, UK Cambridge, Mass., USA: Blackwell Publishers. ISBN 0-631-19815-6. OCLC 31867443. 
  2. ^ Ladefoged, Peter (2011). A course in phonetics. Boston, MA: Wadsworth/Cengage Learning. ISBN 978-1-4282-3126-9. OCLC 613523782. 
  3. ^ Istilah "sibilan" adalah istilah yang sangat tua dipakai untuk mewakili subset konsonan desis dan jauh ditemukan sejak Holder, 1669, Holder, William (1669). Elements of Speech. Scolar Press. 
  4. ^ Salah satu proponennya seperti pada Chomsky, 1991, Chomsky, Noam (1991). The sound pattern of English. Cambridge, Mass: MIT Press. ISBN 978-0-262-03179-0. OCLC 778785348. 
  5. ^ Stevens, Kenneth N.; Keyser, Samuel Jay (1989). "Primary Features and Their Enhancement in Consonants". Language. JSTOR. 65 (1): 81. doi:10.2307/414843. ISSN 0097-8507. 
  6. ^ Keating, Patricia A. (1991). "Coronal Places of Articulation". The Special Status of Coronals: Internal and External Evidence. Elsevier. hlm. 29–48. doi:10.1016/b978-0-12-544966-3.50008-7. ISBN 978-0-12-544966-3. 
  7. ^ "The Waveforms of Speech". Macquarie University. 13 July 2018. Diakses tanggal 31 May 2021.