Dominatus
Artikel ini adalah bagian dari seri Politik dan Ketatanegaraan Romawi Kuno |
Zaman |
|
Konstitusi Romawi |
Preseden dan Hukum |
|
Sidang-Sidang Rakyat |
Magistratus |
Magistratus Luar Biasa |
Gelar dan Pangkat |
Dominatus adalah bentuk pemerintahan yang berkembang pada Kekaisaran Romawi dari akhir abad ke-3 hingga kejatuhan Kekaisaran Romawi Barat pada abad ke-5 dan berlanjut dalam Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) hingga akhir abad ke-6 M – awal abad ke-7 M. Sistem ini merupakan kelanjutan dari prinsip kekuasaan absolut yang sudah ada dalam Kekaisaran Romawi, namun di bawah dominatus, kekuasaan kaisar menjadi semakin otoriter, dengan sedikit, jika ada, batasan konstitusional. Dominatus menggantikan sistem pemerintahan principatus, yang sebelumnya diterapkan oleh Augustus dan para penerus awalnya.
Latar Belakang
suntingDominatus muncul sebagai respons terhadap krisis dan ketidakstabilan yang melanda Kekaisaran Romawi pada abad ke-3 M, sebuah periode yang dikenal sebagai Krisis Abad Ketiga. Krisis ini ditandai dengan invasi barbar, perang saudara, bencana alam, serta penurunan ekonomi dan sosial yang signifikan. Kekacauan ini menyebabkan berakhirnya Principatus, yang telah menjadi dasar kekuasaan kekaisaran sejak Augustus.
Sejarawan sering menganggap pemerintahan Kaisar Diokletianus (284–305 M) sebagai awal dari Dominatus. Diocletianus mengambil langkah-langkah drastis untuk menstabilkan kekaisaran, termasuk reformasi administratif, militer, dan ekonomi yang memperkuat kekuasaan kaisar dan mengurangi pengaruh Senat dan lembaga-lembaga lainnya.
Karakteristik Utama Dominatus
suntingKekuasaan Absolut Kaisar
suntingSalah satu ciri utama Dominatus adalah penguatan kekuasaan kaisar yang hampir absolut. Berbeda dengan masa Principatus, di mana kaisar sering kali mempertahankan fasad sebagai "princeps" atau "orang pertama di antara yang setara," pada masa Dominatus, kaisar secara terbuka dianggap sebagai penguasa mutlak dengan gelar Dominus (Tuan atau Penguasa). Gelar ini menegaskan status kaisar sebagai otokrat dan menghapus ilusi republik yang masih ada pada masa Principatus.
Pembagian Kekuasaan dan Tetrarki
suntingDiokletianus memperkenalkan sistem Tetrarki pada tahun 293 M, membagi kekuasaan antara empat penguasa untuk mengelola kekaisaran yang luas. Tetrarki terdiri dari dua Augusti (kaisar senior) dan dua Caesares (kaisar junior) yang bertanggung jawab atas wilayah yang berbeda dalam kekaisaran. Sistem ini dimaksudkan untuk memastikan pengelolaan yang lebih efektif dan mengurangi ancaman pemberontakan. Meskipun Tetrarki pada akhirnya gagal dan memicu perang saudara, itu merupakan upaya signifikan untuk menanggulangi masalah suksesi dan administrasi dalam kekaisaran.
Reformasi Administratif
suntingDiokletianus juga melakukan reformasi besar dalam struktur administratif kekaisaran. Ia membagi kekaisaran menjadi lebih banyak provinsi yang lebih kecil, yang kemudian dikelompokkan dalam Dioeceses, dan dibawah administrasi Vicarius. Sistem administrasi ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemerintahan dan mengurangi potensi pemberontakan dari gubernur provinsi yang terlalu kuat. Selain itu, Diocletianus memperkenalkan pengawasan yang lebih ketat terhadap pejabat-pejabat lokal, memastikan bahwa mereka tetap setia kepada kaisar.
Reformasi Militer
suntingMiliter memainkan peran penting dalam Dominatus. Diokletianus dan penerusnya meningkatkan ukuran dan kekuatan angkatan bersenjata Romawi, membagi mereka menjadi dua kategori utama: Limitanei (pasukan perbatasan) yang bertugas menjaga perbatasan kekaisaran, dan Comitatenses (pasukan lapangan) yang lebih mobile dan digunakan untuk menghadapi ancaman internal dan eksternal. Reformasi militer ini mencerminkan kebutuhan untuk menghadapi invasi barbar yang semakin meningkat dan pemberontakan internal yang sering terjadi.
Kebijakan Ekonomi dan Pajak
suntingMasa Dominatus juga ditandai oleh kebijakan ekonomi yang lebih ketat. Diokletianus memperkenalkan reformasi pajak yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan negara, termasuk pajak tanah dan pajak kepala (capitatio). Selain itu, untuk mengatasi inflasi yang melanda kekaisaran, Diocletianus mengeluarkan Edict on Maximum Prices pada tahun 301 M, yang mencoba menetapkan harga maksimum untuk barang-barang dan jasa-jasa esensial. Meskipun dekret ini tidak berhasil secara luas, itu mencerminkan upaya keras pemerintah untuk mengendalikan ekonomi.
Penyebaran Agama Kristen
suntingSelama masa Dominatus, Kekristenan mulai menyebar luas di seluruh kekaisaran. Pada awalnya, Diokletianus melakukan penganiayaan terhadap umat Kristen dalam usaha untuk memulihkan agama-agama tradisional Romawi. Namun, pada pemerintahan Konstantinus Agung, Kekristenan diakui dan akhirnya menjadi agama resmi kekaisaran melalui Edict of Milan pada tahun 313 M. Penyebaran agama Kristen membawa perubahan besar dalam kehidupan sosial dan budaya Romawi, serta mengubah karakter kekaisaran itu sendiri.
Akhir Dominatus dan Kejatuhan Kekaisaran Barat
suntingDominatus terus berlangsung selama hampir dua abad, tetapi ketidakstabilan internal dan ancaman eksternal terus meningkat. Kekaisaran Romawi Barat semakin melemah oleh invasi barbar yang berulang kali dan oleh ketidakmampuan pemerintah pusat untuk mempertahankan kontrol yang efektif. Pada tahun 476 M, Romulus Augustus, kaisar Romawi Barat terakhir, digulingkan oleh Odoacer, seorang panglima barbar, yang menandai akhir Kekaisaran Romawi Barat. Namun, Yulius Nepos, kaisar Romawi Barat terakhir yang diakui oleh kaisar Romawi Timur sebagai kaisar Barat yang sah tetap mengklaim gelar kaisar Barat dari Dalmasia hingga pembunuhannya pada 480 M.
Terdapat perbedaan pendapat mengenai kapan berakhirnya periode Dominatus di Kekaisaran Romawi Timur. Beberapa pendapat menempatkan akhir Dominatus pada transisi dari Dinasti Yustinianus ke Dinasti Heraklius. Meskipun Kekaisaran Romawi Timur, yang dikenal sebagai Kekaisaran Bizantium, bertahan hingga jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453, sistem pemerintahan Dominatus memberikan dampak yang signifikan terhadap pemerintahan dan budaya Eropa selama Abad Pertengahan.
Lihat pula
sunting