Sanjaya Belatthiputta
Sañjaya Belatthiputra (Pali: Sañjaya Belaṭṭhiputta; Sanskrit: Sañjaya Vairatiputra; secara harfiah, "Sañjaya dari klan Belattha"), adalah seorang filsuf pertapa India yang hidup sekitar abad ke-7 ― abad ke-6 SM di wilayah Magadha. Dia sezaman dengan Mahavira, Makkhali Gosala, Ajita Kesakambali, dan Sang Buddha, dan merupakan seorang pendukung aliran pemikiran ajñana.[3]
Sanjaya Belatthiputta | |
---|---|
Informasi pribadi | |
Agama | Ajñana |
Berkembang | abad ke-6 SM |
Pandangan enam guru sesat | |
---|---|
Pandangan dari enam samaṇa dalam Tripitaka Pali, juga dikenal sebagai enam guru sesat, sesuai Sāmaññaphala Sutta (DN 2).[1] | |
Pūraṇa Kassapa | |
Amoralisme (akiriyavāda; natthikavāda) | Tidak ada pahala atau hukuman atas perbuatan baik maupun buruk. |
Makkhali Gosāla (Ājīvika) | |
Fatalisme (ahetukavāda; niyativāda) | Kita tak berdaya; penderitaan sudah ditakdirkan. |
Ajita Kesakambalī (Carwaka) | |
Materialisme (ucchedavāda; natthikavāda) | Hiduplah bersenang-senang; dengan kematian, semuanya akan musnah. |
Pakudha Kaccāyana | |
Eternalisme dan kategorialisme (sassatavāda; sattakāyavāda) | Empat unsur, kesenangan, kesakitan, dan jiwa adalah abadi dan tidak berinteraksi. |
Nigantha Nātaputta (Jainisme) | |
Brata (mahāvrata) | Diberkahi, dibersihkan oleh, dan dipenuhi [hanya] dengan penghindaran terhadap segala kejahatan.[2] |
Sañjaya Belaṭṭhiputta (Ajñana) | |
Agnostisisme (amarāvikkhepavāda) | "Aku tak berpikir begitu. Aku tak berpikir demikian pula atau sebaliknya. Aku tak berpikir tidak atau bukan-tidak." Penundaan penilaian. |
Guru
suntingSanjaya diyakini merupakan guru pertama dari dua tokoh yang kelak menjadi murid agung Buddha, yaitu Mahamoggallana dan Sariputta. Keduanya adalah pengikut seseorang yang bernama Sanjaya Parabajjaka (Sanjaya sang pengembara). Secara historis, Sanjaya Parabajjaka dianggap sama dengan Sanjaya Belatthiputta oleh banyak cendekiawan. Kedua calon arahat ini akhirnya meninggalkan ajaran Sanjaya karena tidak menjawab keinginan mereka yang belum terselesaikan untuk mengakhiri penderitaan yang sesungguhnya.[4] Sanjaya Parabajjaka juga memiliki seorang pengikut bernama Suppiya, begitu pula Tattvalabdha, seorang menteri di istana Raja Ajatashatru.
Referensi
sunting- ^ "DN 2 Sāmaññaphala Sutta; The Fruits of the Contemplative Life". www.dhammatalks.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 10 July 2024.
- ^ Bhikku, Ñāṇamoli; Bhikku, Bodhi (9 November 1995). The Middle Length Discourses of the Buddha: A Translation of the Majjhima Nikaya (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-Fourth). Simon and Schuster. hlm. 1258–59. ISBN 978-0-86171-072-0. Diakses tanggal 10 July 2024.
- ^ Chakravarty (2021).
- ^ Hecker (1994).
Sumber
sunting- Bhaskar, Bhagchandra Jain (1972). Jainism in Buddhist Literature. Alok Prakashan: Nagpur. Available on-line at http://jainfriends.tripod.com/books/jiblcontents.html.
- Chakravarty, Anish (2021). Sañjaya’s Ajñānavāda and Mahāvīra’s Anekāntavāda: From Agnosticism to Pluralism in K.M. Pathak (ed.) Quietism, Agnosticism and Mysticism: Mapping the Philosophical Discourse of the East and the West. Singapore: Springer Nature. ISBN 978-981-16-3222-8.
- Hecker, Hellmuth (1994). Maha-Moggallana (BPS Wheel 263). Available on-line at http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/hecker/wheel263.html.
- Ñāṇamoli, Bhikkhu (trans.) and Bodhi, Bhikkhu (ed.) (2001). The Middle-Length Discourses of the Buddha: A Translation of the Majjhima Nikāya. Boston: Wisdom Publications. ISBN 0-86171-072-X.
- Thanissaro Bhikkhu (trans.) (1997). Samaññaphala Sutta: The Fruits of the Contemplative Life (DN 2). Available on-line at http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/dn/dn.02.0.than.html.
- Walshe, Maurice O'Connell (trans.) (1995). The Long Discourses of the Buddha: A Translation of the Dīgha Nikāya. Somerville: Wisdom Publications. ISBN 0-86171-103-3.