Suku Melayu-Indonesia
Melayu Indonesia (abjad Jawi: ملايو ايندونيسيا) adalah suku Melayu yang tinggal di Indonesia.[3] Secara historis, bahasa Indonesia baku adalah standardisasi dari bahasa Melayu Riau.[4][5] Ada sejumlah kerajaan Melayu di Indonesia yang berada di pesisir timur Sumatra dan pesisir Kalimantan. Beberapa kerajaan Melayu yang terkenal di antaranya adalah Siak Sri Indrapura, Kesultanan Deli, Kesultanan Riau-Lingga, Kesultanan Jambi, Kesultanan Pontianak, Kesultanan Serdang, dan Kesultanan Palembang.
Jumlah populasi | |
---|---|
5.365.399 jiwa (2010)[1] | |
Daerah dengan populasi signifikan | |
Indonesia: | |
Riau | 1.828.815[1] |
Kalimantan Barat | 814.550[1] |
Sumatera Utara | 771.668[1] |
Sumatera Selatan | 602.741[1] |
Kepulauan Riau | 501.061[1] |
Jawa Barat | 190.224[1] |
Jambi | 164.979[1] |
DKI Jakarta | 92.088[1] |
Banten | 87.443[1] |
Kalimantan Tengah | 86.322[1] |
Bengkulu | 48.331[1] |
Sumatera Barat | 39.629[1] |
Bali | 22.926[1] |
Aceh | 22.198[1] |
Bahasa | |
Bahasa Melayu lokal • Bahasa Indonesia | |
Agama | |
Islam (98,77%) • Kekristenan (Protestan dan Katolik) (0,98%) • Buddha (0,22%) • Konghucu (0,014%) • Hindu (0,011%) • Lainnya (0,003%)[2] | |
Kelompok etnik terkait | |
Sejarah
Sumatra
Di pulau Sumatera terdapat berbagai kerajaan dan kesultanan Melayu, seperti Kerajaan Melayu, Sriwijaya, Dharmasraya, Kesultanan Deli, Kesultanan Siak Sri Indrapura, Kesultanan Asahan, Kesultanan Riau-Lingga, Kesultanan Jambi, Kesultanan Palembang, Kepaksian Sekala Bekhak, Keratuan Melinting, Keratuan Darah Putih dan Kesultanan Lingga, dan lainnya. Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, orang Melayu di Sumatra paling dominan berada di provinsi Riau, Kepulauan Riau, dan Sumatera Selatan.
Kalimantan
Terdapat berbagai kerajaan dan kesultanan Melayu yang berbasis di pulau Kalimantan, seperti Kerajaan Tanjungpura, Kerajaan Sanggau, Kerajaan Sintang, Kesultanan Sambas, Kesultanan Pontianak, dan lain-lainnya Dalam insiden Pontianak selama pendudukan Jepang di Hindia Belanda, Jepang membantai sebagian besar elit Melayu dan memenggal semua Sultan Melayu di Kalimantan. Tahun 2010, jumlah orang Melayu di Kalimantan Barat berjumlah 1.259.890 jiwa,[6] sementara pada Sensus Penduduk Indonesia 2020 berjumlah 814.550 jiwa.[1]
Bahasa
Pada masa prasejarah Bahasa Melayu berasal dari Kalimantan yang mana seiring dengan migrasi penutur Bahasa Melayu kemudian menyebar ke Sumatera dan semenanjung lalu berkembang dan menjangkau seluruh pelosok Asia Tenggara. Bahasa Indonesia, yang merupakan bahasa resmi negara dan lingua franca, didasarkan pada bahasa Melayu Riau. Bahasa Melayu memiliki sejarah panjang, yang memiliki catatan sastra hingga abad ke-7 Masehi. Prasasti Melayu awal yang terkenal, Prasasti Kedukan Bukit, ditemukan oleh orang Belanda M. Batenburg pada tanggal 29 November 1920, di Kedukan Bukit, Sumatera Selatan, di tepi sungai Tatang, anak sungai Musi. Ini adalah batu kecil berukuran 45 kali 80 cm. Ini ditulis dalam bahasa Melayu Kuno, kemungkinan nenek moyang bahasa Melayu saat ini dan variannya.
Sebagian besar bahasa dan dialek Melayu yang digunakan di Indonesia tidak dapat dipahami satu sama lain dengan Bahasa Indonesia Baku. Yang paling banyak digunakan adalah bahasa Melayu Palembang (3,2 juta), bahasa Melayu Jambi (1 juta), bahasa Melayu Bengkulu (1,6 juta) dan bahasa Banjar (4 juta) (meskipun tidak dianggap sebagai dialek Melayu oleh penuturnya; dialek minornya biasanya disebut Bukit Melayu). Selain bahasa melayu yang benar, ada beberapa bahasa yang berkerabat dekat dengan bahasa melayu seperti bahasa minangkabau, bahasa kerinci, bahasa kubu dan lain-lain. Bahasa-bahasa ini berkerabat dekat dengan bahasa Melayu, tetapi penuturnya tidak menganggap bahasa mereka sebagai bahasa Melayu. Ada banyak kreol berbasis bahasa Melayu yang digunakan di negara ini terutama di Indonesia bagian timur karena kontak dari bagian barat Indonesia dan selama pemerintahan kolonial di mana bahasa Melayu menggantikan bahasa Belanda sebagai lingua franca. Kreol Melayu yang paling terkenal di Indonesia adalah Melayu Ambon, Betawi, Manado, Melayu Kupang, dan Melayu Papua.
Sebaran Melayu di Indonesia
Berdasarkan data resmi pemerintah Indonesia, melalui Sensus Penduduk Indonesia 2010, jumlah orang Melayu di Indonesia berjumlah 5.365.399 jiwa (2,27%) dari 136.728.739 jiwa penduduk Indonesia. Beberapa suku di Indonesia juga dipengaruhi oleh unsur Melayu, meskipun nyata terjadi perbedaan pendapat bahwa ada yang setuju disebut Melayu dan ada pula yang tidak setuju disebut Melayu, sehingga jumlahnya bisa lebih dari 5 juta jiwa. Jumlah bisa berbeda khususnya di Sumatra.[7][a] Meski demikian, data resmi hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010, bisa menjadi acuan jumlah penduduk orang Melayu di Indonesia.[1]
Berikut ini adalah sebaran orang Melayu di Indonesia berdasarkan data resmi pemerintah melalui Sensus Penduduk Indonesia 2010, menurut provinsi:[1]
No | Provinsi | Jumlah 2010 | % |
---|---|---|---|
1 | Riau | 1.828.815 | 34,09% |
2 | Kalimantan Barat | 814.550 | 15,18% |
3 | Sumatera Utara | 771.668 | 14,38% |
4 | Sumatera Selatan | 602.741 | 11,23% |
5 | Kepulauan Riau | 501.061 | 9,34% |
6 | Jawa Barat | 190.224 | 3,55% |
7 | Jambi | 164.979 | 3,07% |
8 | DKI Jakarta | 92.088 | 1,72% |
9 | Banten | 87.443 | 1,63% |
10 | Kalimantan Tengah | 86.322 | 1,61% |
11 | Bengkulu | 48.331 | 0,90% |
12 | Sumatera Barat | 39.629 | 0,74% |
13 | Bali | 22.926 | 0,43% |
14 | Aceh | 22.198 | 0,41% |
15 | Bangka Belitung | 18.585 | 0,35% |
16 | Lampung | 18.175 | 0,34% |
17 | DI Yogyakarta | 15.430 | 0,29% |
18 | Provinsi lain | 40.234 | 0,74% |
Indonesia | 5.365.399 | 100% |
Catatan : Pada sensus penduduk tahun 2010, suku Melayu di Provinsi Sumatera Selatan dikategorikan dalam kelompok Suku Asal Sumatera Selatan. Jika kelompok ini dimasukkan ke dalam kategori Suku Melayu, maka Provinsi Sumatera Selatan akan menjadi provinsi dengan populasi suku Melayu terbesar di Indonesia, dengan perkiraan jumlah penduduk suku Melayu antara 4 hingga 5 juta jiwa.
Tokoh Melayu Indonesia yang terkenal
Sila lihat Daftar tokoh Melayu Indonesia
Catatan
- ^ The figure is based on the ethnic classification presented in Ananta et al. 2015, which includes figures for every groups with "Malay" in their names as well as Jambi, Bengkulu, Serawai, Semendo peoples, but excludes figures for Palembang, Bangka, and Belitung peoples.[8]
Referensi
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r "Kewarganegaraan Suku Bangsa, Agama, Bahasa 2010" (PDF). demografi.bps.go.id. Badan Pusat Statistik. 2010. hlm. 23–41. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-07-12. Diakses tanggal 13 Februari 2022.
- ^ Aris Ananta, Evi Nurvidya Arifin, M Sairi Hasbullah, Nur Budi Handayani, Agus Pramono. Demography of Indonesia's Ethnicity. Singapore: ISEAS: Institute of Southeast Asian Studies, 2015. p. 273.
- ^ Melalatoa, M. Junus (1 Januari 1995). Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Jilid L-Z. Indonesia: Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 685.
- ^ Sneddon 2003, The Indonesian Language: Its History and Role in Modern Society, p. 70
- ^ Sneddon, James (2003). "Diglossia in Indonesian". Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde. 159 (4): 519–549. ISSN 0006-2294.
- ^ "Propinsi Kalimantan Barat - Dayakologi". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-09-05. Diakses tanggal 2012-09-07.
- ^ Ananta et al. 2015, hlm. 119.
- ^ Ananta et al. 2015, hlm. 35–36, 42–43.
Pranala luar
- Data resmi Sensus 2010
- MelayuOnline Diarsipkan 2009-03-04 di Wayback Machine.