Melayu Cocos
Melayu Cocos adalah sekelompok masyarakat asli/lokal yang berbudaya Melayu yang membentuk mayoritas penduduk Kepulauan Cocos (Keeling), yang sekarang merupakan bagian wilayah/teritori dari negara Australia. Meskipun mereka telah berasimilasi dalam budaya Melayu, sebagian nenek-moyang mereka sesungguhnya berasal dari tempat yang berbeda-beda.[2]
Daerah dengan populasi signifikan | |
---|---|
Malaysia 4.000[1] Kepulauan Cocos (Keeling) 400 | |
Bahasa | |
Melayu Cocos, Inggris, Malaysia | |
Agama | |
Islam | |
Kelompok etnik terkait | |
Melayu, Betawi |
Pada tahun 1950-an, Inggris membawa sebagian Melayu Cocos untuk pindah dan menetap di Sabah, Malaysia, dan kini jumlah keturunan mereka di sana lebih besar daripada yang terdapat di Kepulauan Cocos.[1]
Umumnya, Melayu Cocos menganut agama Islam, dan khususnya berpaham Sunni.[3]
Sejarah
suntingOrang Melayu pertama diperkirakan tiba dan menetap di Kepulauan Cocos pada tahun 1826, yaitu ketika Alexander Hare, seorang petualang Inggris membawa gundik dan budak Melayunya ke sana.[3] Pada tahun 1827, John Clunies-Ross mengubah kehidupan para budak Melayu ketika ia dan keluarganya memutuskan untuk menetap pula di kepulauan tersebut. Orang Melayu setempat dan sejumlah besar pendatang Melayu baru yang dibawa oleh Clunies-Ross dipekerjakannya untuk membantu memanen kelapa untuk dibuat kopra.[3] Pada bulan September 1978, keluarga Clunies-Ross menjual Kepulauan Cocos kepada pemerintah Australia. Sejak saat itu, Ratu Elizabeth II menjadi Kepala Negara wilayah itu, yang diwakili oleh seorang Gubernur Jenderal-Administrator, yang saat ini dijabat oleh Brian Lacy. Sedangkan yang mewakili masyarakat sebagai Ketua Dewan Kepulauan adalah Haji Wahin bin Bynie.
Perpindahan
suntingPada tahun 1950-an, Inggris membawa sebagian Melayu Cocos untuk pindah dan menetap di Sabah, yang sekarang bagian dari Malaysia.[4] Jumlah yang ikut pindah untuk pertama kalinya diperkirakan hanya sekitar dua puluh orang, tetapi kemudian meningkat ketika pemukiman mereka diperluas. Melayu Cocos terutama tinggal di Kampung Cocos, tak jauh dari kota Lahad Datu, Bahagian Tawau, Sabah.[5] Populasi mereka saat ini di Sabah mencapai sekitar 4.000 jiwa, lebih besar daripada populasi yang tersisa di Kepulauan Cocos.[1] Budaya Melayu Cocos saat ini berkaitan erat dan tak jauh berbeda dengan orang-orang Melayu Malaysia lainnya,[6] dan mereka juga dianggap berstatus bumiputra oleh pemerintah Malaysia. Bahasa mereka, yang merupakan varian dari bahasa Melayu standar, memiliki kode ISO 639-3 coa.
Bahasa
suntingMalayu Cocos mempunyai variasi bahasanya sendiri, yang disebut Basa Pulu Kokos. Bahasa ini dianggap non formal dan kurang berkelas, karena memakai kosakata tak baku (slang) serta adabta arti kata yang berubah. Bahasa ini merupakan percampuran antara bahasa Indonesia dan Melayu, dengan pengucapan lokal serta berbagai elemen bahasa Inggris dan Scots di dalamnya.
Melayu Cocos | Inggris | Indonesia | Catatan penggunaan |
---|---|---|---|
Selamat ténggah hari | Good afternoon | Selamat siang | |
Kerangkeng | Food closet | Lemari makanan | |
Ke kaca | Cute | Gagah/tampan | |
Kenes | Cute | Cantik/manis | |
Jumpa lagi | See you later/see you again | Sampai jumpa | |
Korsi | Chair | Kursi | |
Dostor | Doctor | Dokter | |
Esbok | Fridge | Lemari es | |
Bok | Box | Kotak | |
Epel | Apple | Apel | |
Jukong | Cocos Malay boat | Jongkong/sampan | Sebutan junk ship dalam bahasa Inggris berasal dari sebutan perahu ini |
Gua/Loh | Me/You | Saya/Kamu | Ini merupakan kata-kata serapan dari bahasa Hokkien, yang dalam bahasa Indonesia dianggap informal (slang) namun dalam Melayu Cocos dianggap formal |
Cimni | Chimney | Cerobong | |
Kot | Coat | Jas | |
Hiju/Hijo | Green | Hijau | |
Kalo | If | Kalau | |
Emak/Mak | Mother | Ibu | Digunakan untuk memanggil wanita yang memiliki anak |
Pak/Ayah | Father | Bapak/Ayah | Kata pertama digunakan untuk memanggil laki-laki yang memiliki anak. Kata kedua artinya ayah |
Paman/Man | Uncle | Paman | Digunakan untuk memanggil laki-laki yang tidak memiliki anak |
Bibik | Aunty | Bibi/Tante | Wanita yang lebih muda dari orang tua |
Nek/Nenek | Grandma | Kakek/Nenek | Digunakan untuk memanggil baik kakek ataupun nenek |
Wak | Aunty | Uak | Panggilan hormat untuk wanita yang memiliki anak usia remaja |
Referensi
sunting- ^ a b c Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaLee1965
- ^ Mission Atlas Project: Cocos (Keeling) Islands SnapShot Diarsipkan 2013-12-25 di Wayback Machine., www.worldmap.org.
- ^ a b c "Cocos Malays". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-02-09. Diakses tanggal 2015-04-17. Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "hare" didefinisikan berulang dengan isi berbeda - ^ Sabah: history and society. Malaysian Historical Society. 1981.
- ^ "RTM documenting unique culture of Sabah Cocos community". The Borneo Post. 7 March 2011. Diakses tanggal 5 April 2015.
- ^ Frans Welman. Borneo Trilogy Volume 1: Sabah. Booksmango. hlm. 168–. ISBN 978-616-245-078-5.