Hamba Allah Mgr. Gabriel Yohanes Wilhelmus Manek, S.V.D. (Lay Tjong Sie) (18 Agustus 1913 – 30 November 1989) adalah seorang imam dan juga uskup Indonesia. Ia menjadi Uskup pribumi kedua di Indonesia setelah Mgr. Albertus Soegijapranata, S.J. Ia menjabat sebagai Uskup Larantuka sebelum kemudian menjadi Uskup Agung Ende, hingga ia mengundurkan diri dan menjadi Uskup Agung Emeritus.


Gabriel Manek

Uskup Agung Emeritus Endeh
GerejaGereja Katolik Roma
Keuskupan agung
Ende
Penunjukan3 Januari 1961
(47 tahun, 138 hari)
Masa jabatan berakhir
19 Desember 1968
(55 tahun, 123 hari)
PendahuluAntonius Hubertus Thijssen, S.V.D.
PenerusDonatus Djagom, S.V.D.
Jabatan lain
  • Uskup Agung Tituler Bavagaliana (1968–1976)
Imamat
Tahbisan imam
28 Januari 1941[1]
(27 tahun, 163 hari)
oleh Heinrich Leven, S.V.D.
Tahbisan uskup
25 April 1951
(37 tahun, 250 hari)
oleh Heinrich Leven, S.V.D.
Informasi pribadi
Nama lahirLay Tjong Sie
Lahir(1913-08-18)18 Agustus 1913
Ailomea, Lahurus, Belu, Pulau Timor, Hindia Belanda
Meninggal30 November 1989(1989-11-30) (umur 76)
Denver, Colorado, Amerika Serikat
MakamTaman Biara Pusat Puteri-Puteri Reinha Rosari, Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Indonesia
KewarganegaraanIndonesia
DenominasiKatolik Roma
Orang tua
  • Ayah: Yohanes Leki (Yohanes Lay Phiang Sioe)
  • Ibu: Lioe Kioe Moy
Jabatan sebelumnya
  • Vikaris Apostolik Larantuka (1951–1961)
  • Uskup Tituler Alinda (1951–1961)

Ia dikenal sebagai Uskup kaum miskin (bishop of the poor).[2]

Latar belakang

sunting

Gabriel Manek dilahirkan sebagai anak laki-laki bungsu dari pasangan Yohanes Leki (Lay Phiang Sioe) dan Lioe Kioe Moy yang berdarah campuran Tionghoa.[3] Pada keesokan hari setelah kelahirannya, ia dipermandikan dengan nama Gabriel Yohanes Wilhelmus Manek oleh R.P. Arnold Verstraelen, S.V.D. Pada waktu ini, ayahnya berada di Tiongkok sementara tidak lama kemudian ibunya meninggal dunia. Ia kemudian diadopsi oleh Maria Belak, istri Don Kaitanus Da Costa, raja Kerajaan Tasifeto, yang berbasis di bagian utara Belu.

Pada tahun 1920, Gabriel mulai menjalani pendidikan dasar (normalschool) di Halilulik, Standard School di Ndona dan dilanjutkan di schakelschool Ndao, Ende, Flores, lalu di Seminari Sikka tahun 1927. Ia kemudian pindah ke Seminari Todabelu, Matoloko, Flores pada Juli 1928. Ia masuk novisiat S.V.D. pada 16 Oktober 1932 (ada yang menulis tahun 1933) dan sejak 17 Januari 1937 (ada juga yang menulis tahun 1936) ia berkuliah di Seminari Tinggi Ledalero, dan lulus sebagai angkatan pertama setelah mengucapkan kaul pertamanya.[4] Pada 15 Agustus 1940, ia mengucapkan kaul kekal sebagai anggota SVD di Seminari Tinggi SVD.[5][6] Tepat satu bulan kemudian pada 15 September 1940, ia menerima tahbisan diakonat. Ia ditahbiskan sebagai imam pada 28 Januari 1941 oleh Mgr. Hendrikus Leven di Gereja Nita, Maumere.[7] Ia menjadi imam pribumi pertama di Nusa Tenggara Timur bersama dengan R.P. Carolus Kale Bale, S.V.D.[8]

Sebagai imam muda, ia bekerja sebagai pastor pembantu di Paroki Nita, Flores. Pada masa penjajahan Jepang, ia bekerja sebagai imam di seluruh daerah Flores Timur, Pulau Alor dan Pantar, karena kebanyakan imam diinternir. Ia kemudian bertugas di Lahurus dan terlibat dalam dunia politik atas izin Gereja. Saat itu, Manek bertugas sebagai Anggota Pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS) yang berkedudukan di Kefamenanu. Ia bertugas di Timor pada periode 1946 hingga 1951. Kunci yang menjadi pokok perhatiannya adalah menyapa setiap umat secara personal, mengenal mereka; memperhatikan persoalan yang sedang dihadapi dan mencari upaya untuk meningkatkan kualitas iman umat. Sebagai pastor pribumi pertama di Nusa Tenggara itu, Manek dikenal dermawan dan penuh perhatian kepada kaum papa. Dia kerap menggunakan sampan kecil untuk menyeberang ke pulau-pulau di luar Larantuka guna menyapa umatnya.[9] Dari Flores, ia kembali ke Timor dengan tugas khusus membuka dan memimpin Seminari Menengah St Maria Immakulata Lalian pada tahun 1950 bersama dengan Pastor Heinrich Janssen S.V.D. Ia diberi tugas sebagai Direktur Seminari, sementara Janssen menjadi Prefek Seminari. Ia sempat menjabat sebagai anggota parlemen Negara Indonesia Timur.

Penunjukkan sebagai Uskup

sunting

Pada 8 Maret 1951 bersamaan dengan pendirian Vikariat Apostolik Larantuka, ia ditunjuk sebagai Vikaris Apostolik Larantuka dengan gelar Uskup Tituler Alinda. Hal ini membuat Manek sebagai uskup pribumi kedua setelah Albertus Soegijapranata, S.J. yang menjadi Vikaris Apostolik Semarang bergelar Uskup Tituler Danaba. Vikariat Larantuka dibentuk sebagai pemekaran dari Vikariat Apostolik Kepulauan Sunda Kecil. Ia ditahbiskan sebagai uskup pada 25 April 1951 oleh Penahbis Utama Mgr. Henricus Leven, Vikaris Apostolik Emeritus Kepulauan Sunda Kecil bergelar Uskup Tituler Arca di Armenia. Jacques Franciscus Maria Pessers, S.V.D. yang merupakan Vikaris Apostolik Atambua bergelar Uskup Tituler Candyba bersama dengan Soegijapranata, S.J. yang merupakan Vikaris Apostolik Semarang bergelar Uskup Tituler Danaba menjadi Uskup Penahbis Pendamping.

Pada 1954, Manek mengadakan upacara penyerahan Keuskupan Larantuka kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda. Pada 15 Agustus 1958, ia mendirikan Tarekat Puteri Reinha Rosari (PRR), bersama dengan Sr. Anfrida SSpS. Pada 4 Juni 1959 bersama dengan Isabella Diaz Gonzales, Manek menjajaki kemungkinan berdirinya Rumah Sakit Kusta Lewoleba di Lembata, Nusa Tenggara Timur. Hal ini disusul dengan ditempatinya rumah Bernardus Weka Lejab yang dijadikan poliklinik sekaligus Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) empat hari berselang. Rumah Sakit tersebut kini dikenal sebagai Rumah Sakit Lepra Beato Damian Lewoleba.[10]

Bersamaan dengan dipromulgasikannya Konstitusi Apostolik Qoud Christus Adorandus tentang berdirinya Hierarki Gereja Katolik di Indonesia secara mandiri oleh Paus Yohanes XXIII, ia "bertukar posisi" dengan Mgr. Antonius Hubertus Thijssen, S.V.D., di mana ia menjadi Uskup Agung Endeh, sementara Mgr. Thijssen menjadi Uskup Larantuka. Manek menghadiri tiga sesi pertama Konsili Vatikan II. Ia kemudian mengudurkan diri sebagai Uskup Agung Endeh pada 19 Desember 1968 dan mendapat gelar Uskup Agung Tituler Bavagaliana. Sebagai Uskup Emeritus sejak 1968, Gabriel hidup sebagai perantau di San Fransisco, Amerika Serikat dengan alasan menjalani pengobatan. Namun konon terjadi konflik yang begitu keras yang terjadi di Keuskupan Agung Endeh pada waktu itu, dan ia mendapat tekanan yang begitu berat. Setelah kesehatannya mulai membaik, ia melayani "Saint Francis Xavier Catholic Japanese Mission" dan juga komunitas kaum Negro di Gereja St. Patrick, Ouckland. Ia kemudian mengundurkan diri sebagai Uskup Agung Tituler Bavagaliana pada 15 Mei 1976.

Meninggal dunia

sunting

Manek meninggal pada 30 November 1989 di RS Sint John, Lakewood, Denver, Amerika Serikat. Jenazahnya dimakamkan di Techny, Amerika Serikat pada 5 Desember 1989. Upaya pengambilan jenazah almarhum Mgr. Manek telah dilakukan sejak 2005, dengan melakukan pendekatan kepada berbagai pihak terkait.[11] Makamnya kemudian digali kembali sejak 10 April 2007. Penggalian sempat dihentikan hingga akhirnya peti diangkat dan dibuka pada 14 April 2007. Jenazah (dan juga peti matinya) masih utuh meski sudah dikubur selama 17 tahun, walaupun tubuhnya tidak diawetkan. Jenazah tiba di Kupang pada 18 April 2007.[12] Pada 25 April, ulang tahun tahbisan uskup ke-56, jenazah uskup dimakamkan kembali di Biara PRR.[13] Hingga kini, jenazahnya disemayamkan dalam Kapela Induk di Biara Pusat tarekat PRR di Larantuka.[11] Kapel ini diberkati oleh Uskup Atambua, Dominikus Saku pada 15 Agustus 2012.[14] Makam ini menjadi objek wisata rohani di wilayah Larantuka.[2]

Beberapa lembaga dinamai menurutnya, seperti Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mgr. Gabriel Manek, Atambua.[15]

Referensi

sunting
  1. ^ "Catholic Hierarchy". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-24. Diakses tanggal 03 Juli 2019. 
  2. ^ a b "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-22. Diakses tanggal 2016-08-16. 
  3. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-01. Diakses tanggal 2017-11-27. 
  4. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-16. Diakses tanggal 2016-08-16. 
  5. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-29. Diakses tanggal 2016-08-16. 
  6. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-05-21. Diakses tanggal 2016-08-16. 
  7. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-10-10. Diakses tanggal 2016-08-17. 
  8. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-08. Diakses tanggal 2016-08-16. 
  9. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-09-19. Diakses tanggal 2016-08-16. 
  10. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-22. Diakses tanggal 2016-08-16. 
  11. ^ a b "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-08. Diakses tanggal 2016-08-16. 
  12. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-10. Diakses tanggal 2016-08-16. 
  13. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-17. Diakses tanggal 2016-08-17. 
  14. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-28. Diakses tanggal 2016-08-16. 
  15. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-10-12. Diakses tanggal 2016-08-16. 

Pranala luar

sunting
Jabatan Gereja Katolik
Pertama Vikaris Apostolik Larantuka
8 Maret 1951 – 3 Januari 1961
Diteruskan oleh:
Antoine Hubert Thijssen, S.V.D.
Didahului oleh:
Antoine Hubert Thijssen, S.V.D.
Uskup Agung Endeh
3 Januari 1961 – 19 Desember 1968
Diteruskan oleh:
Donatus Djagom, S.V.D.
Hanya gelar saja
Didahului oleh:
Eris Norman Michael O'Brien
— TITULER —
Uskup Alinda
8 Maret 1951 – 3 Januari 1961
Diteruskan oleh:
Charles Alexander Grant
Didahului oleh:
John Baptist Hubert Theunissen, S.M.M.
— TITULER —
Uskup Agung Bavagaliana
19 Desember 1968 – 15 Mei 1976
Diteruskan oleh:
László Pacifik Paskai, O.F.M.