Wikipedia:Daftar artikel hoaks di Wikipedia/Mandala Sunda Sambawa



Mandala Sunda Sambawa adalah tempat suci sekaligus kawasan perdikan dan pemerintahan masa Sunda kuno. Kabuyutan ini berada di wilayah Kerajaan Tarumanagara. Lokasinya diperkirakan di Muara Sungai Citarum, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang sekitar Situs Cibuaya dan Situs Batujaya. Setelah berubah menjadi Kerajaan Sunda, lokasi ibu kota dipindahkan ke hulu Sungai Cipakancilan dimana di daerah tersebut sungai Ciliwung dan sungai Cisadane berdekatan dan berjajar, dekat Bogor saat ini.[1]

Mandala Sunda Sambawa ini salah satu Mandala yang mendapatkan jaminan keamanan dari Tohaan di Majaya, Setelah tidak menentunya keadaan negar dalam masa kepemimpinan Raja Prebu Ratudewa (1535-1567) dan Sang Rayusakti (1543-1551).[2] Mandala lainnya adalah Mandala Jayagiri.

Asal-usul

sunting

Dalam Kropak 406 (yang dianggap sebagai “fragmen” Carita Parahyangan), Maharaja Tarusbawa mendirikan keraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati di Pakuan. Tarusbawa yang asalnya dari Kerajaan Sunda Sembawa ini memerintah hingga 723 M. Diperkirakan salah seorang pemimpin Mandala Sunda Sembawa adalah Rajaresi (Guru Resi) Tarusbawa.[3] Tarusbawa sendiri dinobatkan pada tanggal 9 bagian-terang bulan Jesta tahun 591 Saka (18 Mei 669 M).

Nama Tarusbawa sendiri terdapat dalam Naskah Wangsakerta II: Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara, Pustaka Carita Parahyangan I Bhumi Jawa Kulwan, dan Sarwakrama Rajyarajya Galuh-Pajajaran.[4]

Ajaran tri Tangtu Sunda diajarkan di Kamandalan Sunda Sembawa. Tri Tangtu (Rama, Resi, Ratu) merupakan tiga kekuataan Purbatisti Purbajati i Bhumi Pertiwi yang menghasilkan Uga (perilaku) Ungkara (nasihat) Tangara (tanda alam), sebagai sistem polaperilaku dalam berbangsa dan bernegara yang telah dipergunakan oleh para Pangagung mwah Pangluhung i Sunda Sembawa Sunda Mandala.

Panyca Pasagi (Sir Budi Cipta Rasa Adeg) adalah lima kekuatan dalam diri manusia (Raga Sukma Lelembutan) yang merupakan dasar kekuatan untuk menimbulkan serta menentukan Tekad Ucap Lampah Paripolah Diri manusia yang akan dan harus berinteraksi dengan Sang Pencipta, Bangsa dan Negara, Ibu Bapak Leluhur, Sesama makluk hidup, dan alam kehidupan jagar raya (Buana Pancer Sabuder Awun).

Berubah bentuk menjadi Kerajaan

sunting

Mandala Sunda Sambawa berubah menjadi kerajaan Sunda Sambawa. Kerajaan ini bawahan Tarumanegara, dengan ibu kotanya Sunda Purwa, didirikan oleh Maharaja Purnawarman, penguasa Tarumanegara ketiga dan sebagai penguasa pertama diangkat putra sulungnya yang berstatus putra mahkota Tarumanegara.

Awalnya Sunda Sambawa menguasai beberapa daerah atau wilayah meliputi yang sekarang menjadi DKI Jakarta, kota Bogor dan kabupaten Bogor, sebagian Sukabumi dan sebagian kabupaten Cianjur. Namun dalam masalah kebijakan pemerintah maupun pelaksanaannya masih sepenuhnya ditangan penguasa Tarumanegara.

Tugas penguasa Sunda Sambawa hanyalah sebagai pengawas jalannya pemerintahan, yang dilaksanakan oleh para pejabat yang diangkat oleh penguasa Tarumanegara. Secara langsung, status penguasa Sunda Sambawa ini sebagai wakl penguasa Tarumanegara berlangsung di masa pemerintahan Wisnuwarman sebagai penguasa Tarumanegara keempat dan Indrawarman penguasa Tarumanegara kelima.

Masa pemerintahan Candrawarman, Maharaja ini memberikan kewenangan kepada penguasa Sunda Sambawa untuk mengatur pemerintah sendiri. Walaupun daerah-daerah tertentu masih tetap dibawah kendali penguasa Tarumanegara. Pada masa pemerintahan Suryawarman, kebijakan dan pelaksanaan pemerintah diserahkan sepenuhnya ketangan penguasa Sunda Sambawa, dan kemudian diserahkan kembali beberapa daerah diwilayah Sunda Sambawa ke tangan penguasanya wilayah Sunda Sambawa sendiri telah meluas dari mulai tepi pantai Banten sampai tepi barat Citarum.

Dalam masa pemerintahan Suryawarman, Sunda Sambawa telah mempuyai balatentara dalam jumlah yang besar, kuat dan para rajanya masih keturunan langsung Sri Maharaja Purnawarman sang Iswara Digwijaya Bhimaparakarman, putra kedua sang Maharaja Iswara Digwijaya Bhimaparakarma Suryamahapurusa Jagatpati, karena leluhurnya adalah cucu sang purnawarman, putra kedua sang Maharaja Wisnuwarman Iswara Digwijaya Tunggal Jagatpati dari permaisuri Suklawatidewi putri raja Kerajaan Indraprahasta.

Mengenai kerajaan Indraprahasta, kerajaan daerah ini merupakan bawahan Salakanagara yang didirikan oleh Maharesi Santanu dari India pada tahun 363 M, dan Suntanu penguasa Indraprahasta itu, mempunyai permaisuri yang bernama Indari Putri Dewawarman VIII, dan Indari adalah adik Aswawarman raja Kutai Bakulapura di Kalimantan. Santanu yang bergelar Praburesi Indraswara Sakalakretabuahana mempunyai putra sulung yang bernama Jayasatyanagara raja kedua Indraprahata yang menikah dengan Ratna Manik, putri Wisnubumi penguasa Kerajaan Malabar bawahan Tarumanegara. pernikahan Jayasatyanagara dengan Ratna Manik mempunyai putra bernama Wirabanyu dengan Nilem Sari Putri kerajaan Manukrawa menghasilkan beberapa orang putra dan putri, diantaranya Suklawatidewi istri Wisnuwarman penguasa Tarumanegara keempat. Dengan demikian, para raja sunda sambawa mempunyai kaitan keluarga dengan raja-raja Indraprahasta, Kutai Bakulapura, Malabar dan Manukrawa, selain keturunan langsung dari sang Purnawarman raja Tarumanegara.

Mandala Sunda Sembawa menjadi Kerajaan Sunda

sunting

Dalam Fragmen Carita Parahyang, tidak ada keterangan pula yang mengungkapkan, apakah Kerajaan Sunda Sambawa ini sama dengan Kerajaan Sunda yang pada abad ke-6 disebutkan dalam Prasasti Pasir Muara di Bogor. Namun, bila diteliti bahwa tempat prasasti tersebut ada di sekitar Bogor, bisa jadi Kerajaan Sunda yang dikuasai Tarusbawa merupakan kerajaan yang dulu diberi wilayah kekuasaannya kembali oleh Suryawarman melalui Rakeyan Juru Pangambat. Dan jarak dari masa Suryawarman ke masa Tarusbawa hanyalah seabad.

Mengenai peralihan dari Tarumanagara ke Sunda, ada kronik Tiongkok yang menyebutkan bahwa utusan Tarumanagara yang terakhir mengunjungi negeri Tiongkok adalah pada tahun 669 M.

Di Tiongkok sendiri ketika itu yang berkuasa adalah Dinasti Tang. Setelah tahun tersebut, tak ada lagi berita tertulis dari Tiongkok yang menyinggung Kerajaan “Tolomo” ini. Besar kemungkinan, pada masa tersebut memang kerajaan ini telah “berganti nama” menjadi Kerajaan Sunda.

Setelah selesainya pemberontakan yang berkepanjangan di Tarumanegara, dan Linggawarman penguasa Tarumanegara ke-12 tidak sanggup lagi meneruskan pemerintahannya, dikarenakan tidak adanya dukungan dari para raja mandala bawahan tarumanegara, akhirya menyerahkan kekuasaannya kepada Tarusbawa (mantunya), Penguasa sunda sambawa, suami Manasih Putri Linggawarman. Penyerahan ini berdasarkan bahwa Tarusbawa merupakan keturunan ke-7 dari sang Purnawarman, dari putra laki-laki, dan mempunyai kaitan keluarga dengan beberapa kerajaan daerah yang dianggap penting di Tarumanegara. Dengan diangkatnya Tarusbawa, diharapkanpara raja daerah kembali mendukung Tarumanegara dengan duduknya keturunan langsung Purnawarman ditampuk kekuasaan Tarumanegara.

Tarusbawa diangkat pada tanggal 9 bagian terang bulan yesta tahun 591 saka (669 M), belum genap satu taun pemerintahannya, kemudian mengubah nama Kerajaan Tarumanegara menjadi Kerajaan Sunda. Alasan Tarusbawa mengganti nama Tarumanegara adalah untuk mendapat dukungan penuh dari Rajamandala bawahan Sunda Sambawa dan para raja yang masih ada kaitan keluarga lainnya yang berada di bagian timur Tarumanegara.

Dilain pihak penguasa wilayah Galuh yang sangat setia kepada Tarumanegara dan mempunyai peranan besar dalam menumpas pemberontakan terhadap tarumanegara, merasa kecewa terhadap tarusbawa yang mengubah tarumanegara menjadi Sunda. Wretikandayun penguasa Galuh itu dengan dukungan hampir seluruh rajamandala di wilayah menyatakan memisahkan wilayahnya dari kerajaan Sunda. Kemudian Galuh menjadi kerajaan mandiri sederajat dengan Sunda di barat.

Kekecewaan Wretikandayun sangat beralasan disamping ia sebagai seorang raja yang sangat setia terhadap Tarumanegara, penguasa Galuh itu masih keturunan Purnawarman, karena Tirtakancana kakek Wretikandayun adalah putra Maharaja Suryawarman adik Kretawarman dan Sudhawarman. Dengan demikian, baik Tarusbawa maupun Wretikandayun merupakan keturunan ketujuh Purnawarman. Menyadari bahwa tindakan yang dilakukannya merupakan kekeliruan dan mengakibatkan perpecahan, Tarusbawa akhirnya merelakan separuh wilayah kekuasaannya menjadi negara mandiri mulai dari tepi timur Citarum sampai tepi barat Cipamali dan di selatannya Purwalingga yang merupakan perbatasan dengan kerajaan Kalingga (di jawa tengah sekarang).

Referensi

sunting
  1. ^ "Leluhur Suku Sunda dan "Salakanagara", Kerajaan Tertua Nusantara – Swarna Institute". swarnainstitute.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-04-04. 
  2. ^ Ghifarie, Ibn (2015-12-11). Risalah Agama Cinta. Elex Media Komputindo. ISBN 9786020276700. 
  3. ^ "Tarusbawa, Raja Sunda di Pakuan - WACANA". www.wacana.co (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-04-04. 
  4. ^ "Naskah Wangsakerta II (Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa)". www.historyofcirebon.id. Diakses tanggal 2018-04-04. 

Templat:Mandala dan Kabuyutan Sunda

[[Kategori:Kerajaan Sunda| ]]
[[Kategori:Naskah Wangsakerta]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Sunda]]
[[Kategori:Kerajaan di Jawa Barat|Sunda]]
[[Kategori:Kerajaan di Parahyangan]]
[[Kategori:Sunda]]
[[Kategori:Sejarah Sunda]]
[[Kategori:Kosmologi Sunda]]
[[Kategori:Kerajaan Sunda Galuh]]
[[Kategori:Kabuyutan]]