Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara

Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara, adalah sebuah naskah yang ditulis dalam bahasa Jawa Pertengahan yang berasal dari Cirebon. Naskah ini merupakan bagian prosiding dari Naskah-naskah Wangsakerta yang dikumpulkan oleh panitia Pangeran Wangsakerta.

Sampul buku terbitan Departemen P dan K, Bandung.

Naskah-naskah yang dihasilkan oleh panitia Wangsakerta dibagi menjadi beberapa naskah, yang masing-masing berjudul:

1. Pustaka Nagarakretabhumi

2. Pustaka Dwipantaraparwa

3. Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa

4. Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara

5. Pustaka Carita Parahyangan i Bhumi Jawa Kulwan

6. Pustaka Samastabhuwana

Isi buku

sunting

Isi naskah ini terutama membahas mengenai kerajaan-kerajaan di Nusantara, seperti disebut dalam judulnya. Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara dibagi ke dalam lima "parwa" (bab), yang masing-masing berjudul tersendiri:

  1. Pustaka Kathosana Rajyarajya i Bhumi Nusantara
  2. Pustaka Rajyawarnana Rajyarajya i Bhumi Nusantara
  3. Pustaka Kertajaya Rajyarajya i Bhumi Nusantara
  4. Pustaka Rajakawasa Rajyarajya i Bhumi Nusantara
  5. Pustaka Nanaprakara Rajyarajya i Bhumi Nusantara

Kontroversi

sunting

Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara adalah salah satu naskah yang disusun oleh satu tim di bawah pimpinan Pangeran Wangsakerta. Beliau adalah salah seorang dari tiga putra Panembahan Ratu Carbon dari istrinya yang berasal dari Mataram.

Kelompok naskah yang sudah ditemukan hingga saat ini terdiri dari empat buah, semuanya dari parwa pertama. Tiga naskah pertama (sarga 1-3) merupakan kisah atau uraian mengenai sejumlah negara yang perneh berperan terutama di Pulau Jawa, sedangkan sarga keempat merupakan naskah panyangkep (pelengkap) dan isinya berupa keterangan mengenai sumber-sumber yang digunakan untuk menyusun kisah itu.

Seperti halnya naskah-naskah Pangeran Wangsakerta lainnya, naskah ini ditulis dengan menggunakan aksara Jawa yang jenis aksaranya mirip dengan yang disebut oleh Drewes (1969:3) quadrat script. Adapun bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa yang dibuat-buat seolah kuno. Karangannya berbentuk prosa, campuran antara paparan dan kisah.

Kritik isi dalam naskah Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara karena sangat maju melampaui zamannya, dan hal serupa juga terjadi pada Negarakertabhumi. Ahli Epigraf, Boechari menyebut, kedua naskah itu justru sangat mengikuti teori sejarah Nusantara menurut interpretasi sejarawan Belanda, J.G de Casparis.

Mengenai tulisan yang dipergunakan, menurut keterangan Tien Wartini, (peneliti yang ikut dalam proyek kajian filologis naskah ini), bentuk huruf yang dipergunakan dalam naskah ini adalah huruf Jawa Kuna yang kurang bagus.

Dalam satu jilid, peneliti ini menemukan beberapa huruf yang beda. Kertas yang dipergunakan juga ada dua, kuning dan coklat (lihat majalah Mangle No 1265). Selanjutnya menurut Buchori, arkeolog UI yang berspesialisasi dalam tulisan kuno, kertas yang dipergunakan untuk naskah ini adalah kertas manila yang dicelup.

Dalam satu jilid, peneliti ini menemukan beberapa huruf yang beda. Kertas yang dipergunakan juga ada dua, kuning dan coklat (lihat majalah Mangle No 1265). Selanjutnya menurut Buchori, arkeolog UI yang bers[pesialisasi dalam tulisan kuno, kertas yang dipergunakan untuk naskah ini adalah kertas manila yang dicelup.

Rujukan

sunting