Hubungan Afganistan dengan Indonesia

artikel daftar Wikimedia

Hubungan Afganistan dengan Indonesia adalah hubungan bilateral antara Afganistan dengan Indonesia. Hubungan kedua negara sebagian besar didasari oleh solidaritas keagamaan, karena Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia serta Afganistan juga merupakan negara dengan mayoritas Muslim. Indonesia telah mengekspresikan komitmennya untuk mendukung dan membantu pembangunan kembali Afganistan pasca Taliban dalam berbagai sektor, termasuk pelatihan teknis, infrastruktur, pemberdayaan wanita, edukasi yang lebih tinggi, dan pelatihan diplomat.[1] Indonesia memiliki sebuah kedutaan besar di Kabul, sedangkan Afganistan memiliki sebuah kedutaan besar di Jakarta. Kedua negara adalah anggota penuh Gerakan Non-Blok dan Organisasi Kerja Sama Islam.

Hubungan Hubungan Afganistan dengan Indonesia
Peta memperlihatkan lokasiAfghanistan and Indonesia

Afganistan

Indonesia

Sejarah

sunting

Afganistan adalah salah satu negara yang paling awal mengakui Republik Indonesia setelah revolusi berakhir pada tahun 1949. Afganistan dan Indonesia secara resmi membuka hubungan diplomatik kedua negara pada tahun 1954, pada tahun yang sama Afganistan membangun kedutaan besarnya di Jakarta.[2] Perjanjian persahabatan pertama antara Afganistan dan Indonesia ditanda-tangani pada 24 April 1955.

Sebagian besar rakyat Indonesia mengutuk invasi Soviet di Afganistan (1979-1989), sebagai bentuk kesolidaritasan Indonesia ikut serta dalam Pemboikotan Olimpiade Musim Panas 1980 memprotes Moskwa karena aksi militernya di negara tersebut.

Pada 10 November 2012, sebuah perjanjian persahabatan baru ditanda-tangani kedua negara untuk mempromosikan kerjasama dalam bidang politik, ekonomi dan perdagangan, akademik dan edukasi, serta kebudayaan. Untuk membantu Afganistan dalam sektor pendidikan dan kapasitas bangunan, Indonesia setuju untuk merekrut lebih banyak lagi pelajar Afganistan untuk belajar di Universitas di Indonesia, melatih guru-guru dan dosen-dosen Afganistan, dan memberi pelatihan polisi nasional Afganistan untuk ketertiban umum, manajemen lalu-lintas, dan investigasi kriminalitas.[3]

Kunjungan kenegaraan

sunting

Presiden pertama Indonesia, Sukarno, berkunjung ke Afganistan pada tahun 1961.[2]

Imigran gelap

sunting

Setelah perang di Afganistan yang dipimpin oleh Amerika Serikat, Indonesia menghadapi gelombang imigran gelap asal Afganistan. Pengungsi dari Afganistan melarikan diri dari kekacauan di negara mereka dan memakai Indonesia sebagai batu loncatan untuk usaha mereka mencapai Australia. Selama beberapa tahun sejumlah imigran gelap Afganistan ditangkap dan ditahan di Indonesia, beberapa dipulangkan kembali ke Afganistan.[4] Afganistan dimasukkan kedalam daftar merah imigrasi Indonesia. Karena alasan keamanan Afganistan ada di antara 13 negara dimana para penduduknya diharuskan memiliki dokumen spesifik untuk masuk ke wilayah Indonesia.[5]

Lihat pula

sunting

Pranala luar

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Desy Nurhayati (November 10, 2012). "Indonesia, Afghanistan invigorate relationship". The Jakarta Post. Diakses tanggal 12 June 2013. 
  2. ^ a b Ferida, Khairisa (15 August 2012). "Dubes Afghanistan: Hubungan RI-Afghanistan Penuh Sejarah". Okezone.com (dalam bahasa Indonesian). Okezone.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-06-15. Diakses tanggal 12 June 2013. 
  3. ^ "Afghanistan, Indonesia relations to be expanded". Bakhtar News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-03. Diakses tanggal 12 June 2013. 
  4. ^ "Indonesia: Gov't claims it is unable to stem tide of illegals". Illegal Immigration News. May 18, 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-01-13. Diakses tanggal 12 June 2013. 
  5. ^ Nani Afrida (December 15, 2011). "Afghanistan and Indonesia to strengthen relationship". The Jakarta Post. Diakses tanggal 12 June 2013.