Hubungan Indonesia dengan Laos

artikel daftar Wikimedia

Hubungan Indonesia dengan Laos adalah hubungan bilateral antara Indonesia dan Laos. hubungan diplomatik didirikan pada 1957. Indonesia memiliki kedutaan besar di Vientiane, Laos sementara memiliki kedutaan besar di Jakarta. Indonesia mendukung dan menyambut keanggotaan Laos dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) pada 23 Juli 1997. Laos dan Indonesia sepakat untuk meningkatkan hubungan dan fokus pada upaya mengeksplorasi potensi kerja sama kedua negara di bidang perdagangan dan investasi. Kedua negara menyatakan keinginannya untuk mencapai kesepakatan lebih lanjut terkait dengan sektor keamanan, pariwisata, olahraga, transportasi udara, dan pendidikan. Kedua belah pihak juga akan bekerja sama dalam kerjasama dengan negara-negara ASEAN lainnya untuk memastikan Komunitas ASEAN didirikan pada tahun 2015.[1]

Hubungan Indonesia–Laos
Peta memperlihatkan lokasiIndonesia and Laos

Indonesia

Laos

Sejarah

sunting

Hubungan antara Indonesia dan Laos telah tumbuh secara mengesankan sejak Laos bergabung menjadi anggota ASEAN pada tahun 1997. Indonesia merupakan salah satu negara anggota ASEAN yang mendukung masuknya Laos ke dalam ASEAN.

Perdagangan

sunting

Perdagangan antara Indonesia dan Laos meningkat tiga kali lipat (300 persen) hanya dalam kurun dua tahun; dari 9.900.000 dollar AS pada 2011 menjadi 27 juta dollar AS pada tahun 2012.[2]

Pendidikan dan Kebudayaan

sunting

Indonesia melalui kerjasama bilateral, membantu Laos pada pengembangan kapasitas di berbagai sektor, melalui beasiswa dan pelatihan bagi siswa Laos. Universitas Gadjah Mada di Indonesia dan Universitas Nasional Laos sepakat untuk menandatangani perjanjian pendidikan. Pemerintah Indonesia juga bekerja sama dengan Pemerintah Jepang (JICA), NAM Centre dan Departemen Pendidikan Nasional Indonesia, untuk mengatur berbagai pelatihan dan beasiswa. Ini termasuk Darmasiswa RI reguler/kursus singkat program beasiswa 2009/2010. Sebelas peserta dari Laos mendapatkan beasiswa Darmasiswa dengan 5 peserta untuk Bahasa Indonesia dan enam peserta untuk studi Budaya. Gelar Darmasiswa RI Master Program Beasiswa 2009/2010. Enam siswa Lao mendapatkan beasiswa bergelar master.

Pelatihan lainnya termasuk pelatihan kayu ukiran tingkat lanjut bagi pengukir Lao pada 28 Januari-28 Februari 2009. Lokakarya pelatihan internasional dalam pengembangan energi terbarukan, energi hidro produktivitas pengguna akhir mikro untuk pembangunan ekonomi pedesaan digelar 2–9 Juni 2009 di Bandung – Indonesia. Pelatihan kursus geo-informasi untuk Bahaya Bencana Alam dan Pengurangan Risiko Bencana digelar pada tanggal 8 Juni–27 Juli 2009, di Bogor dan Cibinong-Indonesia. TCTP pada pengembangan kapasitas untuk pengentasan kemiskinan digelar pada 8–19 Juni 2009. TCTP memberikan dukungan kepada pemerintah daerah dan mendukung kolaborasi antar-sektoral dalam program kesehatan ibu dan anak melalui penerbitan dan pembagian buku pegangan ibu dan anak, digelar di Padang pada 29 Juni–6 Juli 2009. Lokakarya Internasional tentang manajemen risiko bencana untuk negara Asia Pasifik dihadiri para ahli konsultasi, digelar di Jakarta pada 9–11 Juni 2009.

Kursus bahasa Indonesia untuk Rakyat Laos digelar setiap tahun di Kompleks Kedutaan Besar Republik Indonesia di Vientiane.[3]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Laos, Indonesia to focus relations on trade and investment". www.laopdr.gov.la. National Portal of Laos PDR. 2011-01-20. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-04. Diakses tanggal 30 May 2013. 
  2. ^ "Indonesia-Laos trade increasing by 300 percent in two years". Antara News.com. 11 July 2013. Diakses tanggal 9 November 2015. 
  3. ^ "Current Socio Culture Relations". Embassy of Republic of Indonesia, Vientiane, Laos. Embassy of Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-09-23. Diakses tanggal 30 May 2013. 

Pranala luar

sunting