Korosif

(Dialihkan dari Zat korosif)

Suatu zat dikatakan korosif apabila zat tersebut dapat merusak atau menghancurkan zat lain secara kontak langsung melalui reaksi kimia .

Simbol internasional bahan kimia korosif.
Simbol internasional untuk pengangkutan zat korosif.

Etimologi

sunting

Kata korosif berasal dari kata dalam bahasa Latin corrodere, yang berarti "menggerogoti", maksudnya bahwa zat ini mampu "menggerogoti" daging atau bahan lain.

Istilah kimia

sunting

Korosif mengacu pada apapun zat kimia yang mampu melarutkan struktur benda target. Zat ini dapat bersifat asam, oksidator, atau basa. Saat zat ini diteteskan pada permukaan, permukaan tersebut akan menyusut. Bahkan kerusakan ini mampu diciptakan hanya dalam beberapa menit, misalnya saat asam klorida pekat mengenai kulit; atau bahkan perlahan-lahan seperti besi jembatan yang karatan.

Istilah kaustik sering dimaknai sebagai zat yang korosif pada jaringan hidup. Zat ini disebut iritan bila konsentrasinya rendah, dan pengaruhnya pada jaringan hidup disebut iritasi. Saat konsentrasinya tinggi, zat korosif dapat menyebabkan luka bakar kimia, suatu kerusakan jaringan hidup yang berbeda. Zat korosif berbeda daripada zat beracun karena sifat korosif dapat terjadi secara langsung, sedangkan racun mungkin memiliki pengaruh racun sistemik yang dapat terjadi dalam jangka waktu tertentu. Awam sering menyebut korosif sebagai zat beracun tetapi konsepnya berbeda secara teknis. Namun; ada zat yang bersifat korosif sekaligus beracun.

Hal ini akan berbeda dengan korosi pada permukaan benda tak hidup. Misalnya, air dapat menyebabkan korosi besi besi sebagai karat, tembaga sebagai patina, dan perak atau dan logam lainnya membentuk noda .

Pada simbol kimia internasional, korosi logam maupun korosi kulit dapat menggunakan simbol korosif.

Efek pada jaringan hidup

sunting

Zat yang bersifat korosif umumnya adalah asam kuat, basa kuat, atau larutan asam lemah atau basa lemah yang pekat. Terdapat zat korosif dalam berbagai wujud, seperti cair, padat, gas, kabut, atau uap.

Aksi pada jaringan hidup (seperti kulit, daging, dan kornea) banyak dikaji menurut reaksi asam-basa hidrolisis amida dan ester serta denaturasi protein. Protein (dengan ikatan amida) hancur melalui hidrolisis amida sedangkan lipida (dengan ikatan ester) hancur melalui hidrolisis ester. Reaksi ini menyebabkan luka bakar kimiawi sebagai indikasinya.

Ada zat korosif yang memiliki sifat kimia yang turut memperpanjang korosivitasnya. Misalnya, asam sulfat (H2SO4 ) pada konsentrasi adalah agen pendehidrasi yang kuat,[1] dapat mendehidrasi karbohidrat dan melepaskan kalor. Ini dapat menimbulkan luka bakar termal sekunder selain luka bakar kimiawi dan dapat mempercepat reaksi dekomposisi pada permukaan yang bersentuhan. Korosif lainnya seperti asam nitrat dan asam sulfat pekat, merupakan pengoksidasi kuat, yang dapat menimbulkan kerusakan tambahan. Asam hidrofluorat tidak selalu memberikan kerusakan yang dapat diamati, tetapi dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan keracunan setelah diserap tanpa adanya rasa sakit. Larutan seng klorida dapat menghancurkan selulosa; merusak kertas dan sutra karena kation seng dapat menyerang gugus hidroksil, selaku asam Lewis. Tidak hanya asam yang bisa berlaku seperti itu; basa kuat seperti kalsium oksida, dengan afinitasnya yang kuat terhadap air (membentuk kalsium hidroksida, yang merupakan basa kuat korosif), juga melepaskan kalor yang mampu menyebabkan luka bakar termal serta memberikan pengaruh korosi basa kuat pada daging segar.[2]

Zat asam seperti asam klorida dan asam nitrat, mudah menguap dan menimbulkan asap yang korosif ke udara. Menghirupnya dapat merusak saluran pernapasan.

Korosif juga berbahaya bagi indra penglihatan. Satu tetes zat saja dapat menimbulkan kebutaan dalam 2–10 detik melalui keruhnya lensa atau kerusakan langsung pada kornea.

Menelannya pun dapat menyebabkan kerusakan serius saluran pencernaan, yang dapat menyebabkan muntah, sakit perut yang parah,[3] dan akhirnya, kematian.

Jenis-jenis bahan kimia korosif antara lain:

Alat pelindung diri

sunting

Mengenakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, celemek, pakaian asam, kacamata/pelindung wajah, atau sepatu keselamatan, diwajibkan saat menggunakan zat tersebut. Penggunanya harus membaca lembar data keselamatan terkait rekomendasi tertentu terkait zat korosif tersebut. Bahan-bahannya pun harus diperhatikan. Misalnya, meski sarung tangan maupun celemek dapat dibuat dari elastomer yang tahan bahan kimia seperti karet nitril, neoprena, atau karet butil, bahan-bahannya memiliki ketahanan yang berbeda terhadap korosi dan tidak dapat diganti.

Kegunaan

sunting

Zat korosif dalam kehidupan sehari-hari banyak digunakan sebagai bahan pembersih rumah tangga. Contohnya, pembersih saluran pembuangan dibuat dari suatu asam atau basa yang mampu melarutkan lemak, protein, atau mineral seperti kerak dalam sistem perpipaan.[5]

Dalam penggunaan kimia, reaktivitas tinggi justru diinginkan, karena laju reaksinya bergantung pada aktivitas spesinya. Misalnya, katalis asam sulfat digunakan dalamproses alkilasi di kilang minyak: aktivitas karbokation, intermediat reaktif, tinggi berkait tingkat keasaman yang lebih kuat, sehingga reaksi berlangsung lebih cepat. Korosif ini dapat didaur ulang atau dinetralkan. Namun, perlu diketahui bahwa ada masalah lingkungan terkait limbah korosif yang tidak diolah atau pembuangan yang tak disengaja.

Referensi

sunting
  1. ^ "Sulfuric acid – uses". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-09. 
  2. ^ "CALCIUM OXIDE". hazard.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-01. Diakses tanggal 2015-12-18. 
  3. ^ "Acid ingestion survivors recall ordeal". The Hindu (dalam bahasa Inggris). Special Correspondent. 2018-09-10. ISSN 0971-751X. Diakses tanggal 2018-09-11. 
  4. ^ "International Chemical Safety Card for Chloramine-T". Cdc.gov. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-06. Diakses tanggal 2013-07-07. 
  5. ^ "Drain and Waste systems cleaners". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-02-20. Diakses tanggal 2013-01-01.