Taejo dari Joseon

Pendiri Kerajaan Joseon
(Dialihkan dari Yi Seong-gye)

Taejo dari Joseon (27 Oktober, 1335 – 24 Mei, 1408; bertakhta 1392-1398), lahir Yi Seong-gye, yang mengganti namanya menjadi Yi Dan, merupakan pendiri dan raja pertama Dinasti Joseon, Korea, dan figur utama di dalam peruntuhan Dinasti Goryeo. Ia secara anumerta dinaikkan rankingnya menjadi Kaisar pada tahun 1899 oleh Gojong, Kaisar Gwangmu, yang mengumumkan Kekaisaran Han Raya pada tahun 1897.

Taejo dari Joseon
Raja Joseon
Gambar Taejo dari Joseon
Berkuasa18 Juli, 1392 - 5 September, 1398
Penobatan18 Juli, 1392
PendahuluGongyang
PenerusJeongjong
KeturunanJeongjong,
Taejong
WangsaWangsa Yi
AyahYi Ja-chun
Korean name
Hangul
태조
Hanja
太祖
Alih AksaraTaejo
McCune–ReischauerT'aejo
Nama pena
Hangul
송헌
Hanja
松軒
Alih AksaraSongheon
McCune–ReischauerSonghŏn
Nama lahir
Hangul
이성계 later 이단
Hanja
李成桂 later 李旦
Alih AksaraI Seonggye later I Dan
McCune–ReischauerI Sŏngk'ye later I Tan
Nama kehormatan
Hangul
중결
Hanja
仲潔
Alih AksaraJunggyeol
McCune–ReischauerCh'ungk'yŏl

Ayahanda Taejo Yi Ja-chun adalah pejabat kecil Mongol, tetapi suku bangsanya adalah Korea. Taejo bergabung dengan pasukan Goryeo dan berangsur-angsur naik pangkat, sebelum akhirnya merebut takhta kerajaan pada tahun 1392. Ia menyerahkan tahtanya pada tahun 1398 ketika putra-putranya merebut warisan dan meninggal pada tahun 1408.

Konteks Sejarah Kenaikan Takhta

sunting

Pada akhir abad ke-14, 400 tahun Dinasti Goryeo yang didirikan oleh Wang Geon pada tahun 918 mulai goyah, fondasinya roboh semenjak tahun-tahun perang dan penjajahan de facto oleh kehancuran Kerajaan Mongol. Penyesahan Goryeo itu sendiri juga menjadi masalah sengketa di dalam istana, karena istana tidak hanya gagal memerintah di dalam kerajaan secara efektif, tapi juga dinodai oleh generasi-generasi yang memaksakan pernikahan anggota keluarga kerajaan Mongol Dinasti Yuan dan oleh saingan cabang-cabang keluarga kerajaan Goryeo (bahkan ibunda Raja U berasal dari golongan keluarga biasa, yang kemudian mengundang gosip yang memperdebatkan bibit bobotnya Gongmin).

Di antara kerajaan, para aristokrat yang berpengaruh, para jenderal dan bahkan perdana menteri bertikai untuk bersaing dan berkuasa di dalam istana, yang mengakibatkan perpecahan parah di antara berbagai faksi. Dengan jumlah serangan yang makin meningkat melawan Joseon yang dilakukan oleh bajak laut Jepang (wakō) dan Serangan Serban Merah Korea yang datang untuk menguasai istana kerajaan adalah mereka yang memiliki gagasan reformasi Bangsawan Sinjin dan menentang Bangsawan Gweonmun, juga para jenderal yang sebenarnya dapat memerangi ancaman asing-misalnya seorang jenderal berbakat yang bernama Yi Seong-gye dan saingannya Choe Yeong. Dengan naiknya pamor Dinasti Ming di bawah bekas biarawan, Zhu Yuanzhang Kaisar Hongwu, pasukan Mongol menjadi lebih rentan. Pada tahun 1350 Goryeo mendapatkan kemerdekaan penuh dari Kerajaan Mongol, meskipun sisa-sisa Mongol secara efektif menguasai wilayah-wilayah timur laut dengan sejumlah garnisun besar.

Karier Militer

sunting

Jenderal Yi Seong-gye mendapatkan kekuasaan dan hormat selama akhir tahun 1370 dan awal tahun 1380 dengan mendorong sisa-sisa Mongol keluar dari semenanjung dan juga mengusir bajak laut Jepang yang terorganisasi dengan baik di dalam serangkaian keterlibatan yang sukses. Ia juga berjasa mengalihkan Serban Merah ketika mereka bergerak ke arah Semenanjung Korea sebagai bagian dari pemberontakan mereka terhadap Dinasti Yuan. Diikuti dengan kemunculan Dinasti Ming di bawah pimpinan Zhu Yuanzhang, istana kerajaan di Goryeo dibagi menjadi 2 faksi yang bersaing: kelompok yang dipimpin oleh Jenderal Yi (mendukung Dinasti Ming) dan sebuah perkemahan yang dipimpin oleh saingannya Jenderal Choe (mendukung Dinasti Yuan).

Ketika utusan Ming datang ke Goryeo pada tahun 1388 (pada tahun ke-14 pada masa pemerintahan Raja U) untuk meminta pengembalian porsi wilayah sebelah utara Goryeo, Jenderal Choe menangkap peluang itu dan bermain di dalam suasana anti-Ming untuk memperebutkan serangan Semenanjung Liaodong (Goryeo menuntut sebagai ahli waris kerajaan kuno Goguryeo; yang dengan ini memulihkan Manchuria sebagai bagian dari wilayah Korea adalah prinsip kebijakan luar negeri di sepanjang sejarah).

Yi dengan kukuh menentang dipilih sebagai pemimpin serangan; namun di Pulau Wihwa, Sungai Amrok, ia membuat sebuah keputusan yang akan mengubah perjalanan sejarah Korea. Sadar akan ketenaran dan dukungan yang didapatnya dari pejabat tinggi, rakyat dan Kerajaan Ming di bawah pimpinan Kaisar Hongwu, ia memutuskan untuk memberontak dan kembali ke ibu kota, Gaesong, untuk merebut kekuasaan pemerintahan.

Revolusi

sunting

Jenderal Yi menyapu pasukannya dari Sungai Yalu langsung ke ibu kota, mengalahkan pasukan yang setia kepada raja (yang dipimpin oleh Jenderal Choe, yang kemudian dibinasakan) dan dengan paksa memecat Raja U di dalam sebuah de facto kudeta namun tidak segera naik tahkta. Sebaliknya, ia menempatkan putra Raja U ke atas takhta, Raja Chang, dan diikuti oleh pembaharuan bekas monarki yang gagal, mengeksekusi mati keduanya. Jenderal Yi, sekarang berada di dalam kekuasaan tahkta yang tak tertandingi, segera memaksa seorang bangsawan Goryeo yang bernama Yo, sekarang Raja Gongyang (공양왕; 恭讓王), dimahkotai sebagai raja. Setelah secara tidak langsung mengeratkan genggamannya atas istana kerajaan lewat seorang raja boneka, Yi sendiri kemudian berhubungan dengan aristokrat Sinjin seperti Jeong Do-jeon dan Jo Jun. Pada tahun 1392 (Pada tahun ke-4 Raja Gongyang), Yi memecat Raja Gongyang, mengasingkannya ke Wonju (dimana ia dan keluarganya secara rahasia dibunuh), dan naik tahkta. Dinasti Goryeo berakhir setelah memerintah selama 475 tahun.

Salah satu peristiwa yang paling besar terulang kembali tak lama setelah jatuhnya Goryeo pada tahun 1392, ketika putra kelima Taejo, Yi Bang-won (kemudian Raja Taejong), menyelenggarakan sebuah pesta untuk sarjana terkenal, penyair dan negarawan Jeong Mong-ju, yang menolak dikalahkan oleh Yi meskipun banyak korespondensi mereka dalam bentuk puisi kuno, dan terus menjadi pendukung setia dinasti kuno, dan seorang figur pemimpin di dalam oposisi tuntutan Yi atas tahkta. Jeong dihormati diseluruh Goryeo, bahkan oleh Yi Bang-won sendiri, tetapi ia dianggap sebagai penghalang dan semacamnya, yang dimata para pendukung dinasti baru, harus dibinasakan. Setelah pesta, dalam perjalanan pulang, Jeong dibunuh oleh 5 orang di Jembatan Seonjuk (선죽교; 善竹橋) di Gaeseong. Jembatan ini sekarang menjadi sebuah monumen nasional Korea Utara, dan noda berwarna coklat di atas salah satu batu konon adalah noda darahnya yang akan berubah menjadi warna merah ketika hujan.

Pandangan atas Taejo Yi Seong-gye

sunting

Dibalik kenyataan bahwa ia merunthukan kerajaan Goryeo, dan membinasakan para pejabat yang tetap setia kepada bekas pemerintahannya, banyak yang menganggapnya sebagai seseorang revolusioner dan penguasa yang menghilangkan kejanggalan, usang dan lumpuh yang mengatur sistem untuk menyelamatkan bangsa dari pasukan asing dan konflik.

Mempertahankan keamanan dalam negeri dan memimpin Korea untuk membangun kembali dan kemudian menemukan budaya mereka. Di tengah persaingan antara dinasti Yuan dan Ming, Dinasti Joseon mendorong perkembangan identitas nasional yang pernah diancam oleh Mongol. Namun, beberapa sarjana menilainya sebagai seorang pengkhianat kepemimpinan lama, memparalelisasikannya sebagai seorang yang murtad dan borjuis, dan Jenderal Choe Yeong sebagai seorang elit militer, yang secara konservatif melayani kepemimpinan kuno Goryeo sampai mati.

Kebijakan diplomatiknya berhasil di dalam mengamankan Korea di awal periode modern khususnya.

Pemerintahan

sunting

Yi Seong-gye mengumumkan sebuah dinasti baru pada tahun 1392-1393 dengan nama Joseon (yang berarti untuk menghidupkan kembali dinasti yang lebih lama yang juga dikenal sebagai Joseon, yang didirikan hampir 4000 tahun sebelumnya) dan menamakan negaranya kembali menjadi "Kerajaan Joseon yang Agung". Prestasi awal monarki baru adalah meningkatkan hubungan dengan Cina; dan tentu saja, Joseon memiliki asal dari penolakan Yi untuk menyerang Tiongkok sebagai balasan terhadap serangan dari bandit. Tak lama setelah aksesi tersebut, raja baru mengirim utusan untuk menginformasikan dinasti Ming di Nanjing bahwa dinasti yang baru telah didirikan.

Utusan dari Kerajaan Ryūkyū diterima pada tahun 1392, 1394 dan 1397. Siam mengirimkan seorang utusan pada tahun 1393.

Pada tahun 1394, ibu kota didirikan di Hanseong (Seoul). Ketika dinasti yang baru diresmikan dan secara resmi dinyatakan, Taejo menyinggung masalah putra yang mana yang akan menjadi ahli warisnya. Meskipun putra kelima Taejo dengan Ratu Sineui, Yi Bang-won, paling berjasa di dalam membantu ayahnya menaiki takhta, Ia memendam kebencian terhadap 2 kunci sekutu ayahandanya di istana, Perdana Menteri Jeong Do-jeon dan Nam Eun.

Kedua belah pihak menyadari bahwa mereka saling bermusuhan antara satu dengan lainnya dan selalu merasa terancam. Ketika menjadi jelas bahwa Yi Bang-won merupakan ahli waris takhta yang paling pantas, Jeong Do-jeon menggunakan pengaruhnya atas raja untuk meyakinkannya memilih dengan sangat bijaksana adalah putra yang paling dicintai oleh Taejo, bukan putra yang dirasa Taejo yang terbaik untuk kerajaan.

Pada tahun 1392, putra ke-8 Raja Taejo (putra ke-2 Ratu Sindeok), Pangeran Besar Uian (Yi Bang-seok) ditunjuk sebagai Putra Mahkota atau ahli waris takhta. Setelah kematian ratu yang mendadak, dan ketika Raja masih di dalam suasana berkabung atas kematian istri keduanya, Jeong Do-jeon berkonspirasi untuk membunuh Yi Bang-won dan adik-adiknya untuk mengamankan posisinya di istana.

Pada tahun 1398, setelah mendengar rencana tersebut, Yi Bang-won segera memberontak dan mengacaukan istana, membunuh Jeong Do-jeon, para pengikutnya, dan 2 orang putra dari mendiang Ratu Sindeok. Peristiwa ini dikenal dengan nama Perselisihan Pertama Para Pangeran. Atas kenyataan bahwa para putranya saling bunuh untuk memperebutkan mahkota, dan kelelahan secara psikologis dari kematian istri keduanya, Raja Taejo segera memahkotai putra keduanya Yi Bang-gwa, kemudian Raja Jeongjong, sebagai pemimpin yang baru. Pada tahun 1400, Raja Jeongjong segera menempatkan Yi Bang-won sebagai ahli waris dan secara suka rela mengabdikasikan dirinya. Pada tahun yang sama, Yi Bang-won kemudian mengambil takhta Joseon sebagai Raja Taejong.

Ia meninggal pada tanggal 24 Mei, 1408 di Istana Changdeok. Ia dimakamkan di Geonwonneung (건원릉, 健元陵) di kota Guri.

Keluarga

sunting
  • Ayahanda: Yi Ja-chun (이자춘)
  • Ibunda: Ratu Uihye dari Wangsa Choi Yeongheung (의혜왕후 최씨)
  • Permaisuri:
  1. Permaisuri Sinui dari klan Han Anbyeon (신의왕후 한씨, 1337-1391)
  2. Permaisuri Sindeok dari klan Kang Goksan (신덕왕후 강씨)
  3. Lady Joo Chandeok (찬덕 주씨)
  4. Putri Hwaui dari Wangsa Kim (화의옹주 김씨)
  5. Lady Won Seongbi (성비 원씨)
  6. Lady Yoo (정경궁주)
  • Putra:
  1. Pangeran Besar Jinan (진안대군, 1354-1393), putra pertama dari Ratu Sin-ui.
  2. Pangeran Besar Yeongan(영안대군, 1357-1419), putra kedua dari Ratu Sin-ui.
  3. Pangeran Besar Ikan (익안대군, 1360-1404), putra ketiga dari Ratu Sin-ui.
  4. Pangeran Besar Hoean (회안대군, 1364-1421), putra keempat dari Ratu Sin-ui.
  5. Pangeran Besar Jeong-an (정안대군, 1367-1422), putra kelima dari Ratu Sin-ui.
  6. Pangeran Besar Deokan (덕안대군, ?-?), putra keenam dari Ratu Sin-ui.
  7. Pangeran Besar Muan (무안대군, 1381-1398), putra pertama dari Ratu Sindeok.
  8. Pangeran Besar Uian (의안대군, 1382-1398), putra kedua dari Ratu Sindeok.
  9. Putri Gyeongsin (경신공주), putri pertama dari Ratu Sin-ui.
  10. Putri Gyeongseon (경선공주), putri kedua dari Ratu Sin-ui.
  11. Putri Gyeongsun (경순공주), Putri satu-satunya dari Ratu Sindeok.
  12. Putri Uinyeong (의녕옹주), putri pertama dari lady Joo chandeok
  13. Putri Sookshin (숙신옹주), putri kedua dari lady Joo chandeok

Gelar panjang

sunting
  • Kaisar Taejo Gangheon Jiin Gyeun Eungcheon Jotong Gwanghun Yeongmyeong Seongmun Sinmu Jeongeui Gwangdeok dari Korea
  • 태조강헌지인계운응천조통광훈영명성문신무정의광덕황제
  • 太祖 康獻至仁啓運應天肇通光勳永命聖文神武正義光德皇帝

Warisan

sunting

Makam yang berisi tali pusarnya berada di Man-In-san, Geumsan-gun, Provinsi Chungcheong Selatan, Republik Korea.

Lihat pula

sunting
Taejo dari Joseon
Lahir: 11 Oktober 1335 Meninggal: 24 Mei 1408
Gelar kebangsawanan
Didahului oleh:
Gongyang dari Goryeo
Raja Joseon
1392–1398
Diteruskan oleh:
Jeongjong