Brigadir Jenderal TNI (Purn.) Yayat Rochadiat (lahir 23 September 1947) merupakan seorang perwira tinggi Angkatan Darat dari Indonesia. Yayat menjabat sebagai Direktur Keuangan Angkatan Darat dari 1996 hingga 2000.

Yayat Rochadiat
Direktur Keuangan Angkatan Darat
Masa jabatan
18 Oktober 1996 – 29 Juni 2000
Informasi pribadi
Lahir23 September 1947 (umur 77)
Garut, Jawa Barat, Indonesia
AlmamaterAkademi Militer (1972)
Karier militer
Pihak Indonesia
Dinas/cabang TNI Angkatan Darat
Masa dinas1972—2003
Pangkat Brigadir Jenderal TNI
SatuanKeuangan (CKU)[a]
  1. ^ Yayat sempat ditempatkan pada kecabangan Infanteri, namun ia dipindahkan ke CKU setelah mengalami kecelakaan saat menjalani pendidikan kecabangan pada tahun 1973.
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Riwayat Hidup

sunting

Masa kecil dan keluarga

sunting

Yayat dilahirkan pada tanggal 23 September 1947[1] di Kampung Cikekes, sebuah kampung yang terletak di Garut, Jawa Barat. Nama belakangnya, Rochadiat, berasal dari pemberian nama dari orang tuanya, kata Roch Al-Adiyaat, yang berarti Semangat kuda Perang dalam bahasa Arab.[2]

Ayah Yayat, Apa Alis, meninggalkan kampung Cikekes pada saat Yayat berusia 40 hari, untuk bergerilya menghadapi pasukan Belanda selama Revolusi Nasional Indonesia.[3] Pada masa ini, ibunya, yang bernama Siti Kalsum, bekerja sebagai ibu rumah tangga, penjual makanan dan pembuat kue. Setelah revolusi berakhir, Apa Alis bekerja sebagai pegawai di kantor Jawatan Kereta Api Indonesia. Ayah Yayat wafat pada tahun 1976.[4]

Yayat memiliki empat orang saudara kandung. tiga Kakak perempuannya, E. Zaenab, Tity Karnati dan Cicoh Tasrifin, dua menikah dengan anggota TNI.[4] Kakak laki-lakinya, Makmun Marzuki, merupakan mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Garut dan purnawirawan TNI dengan pangkat letnan kolonel.[5][6]

Semasa kecil, Yayat dibesarkan oleh keluarga besarnya, termasuk oleh neneknya di lingkungan Pesantren, Kyai/ Ulama, Guru dan petani. Pada saat Yayat berusia tujuh tahun, pemberontakan DI/TII terjadi di wilayah Jawa Barat. Sekelompok pasukan DI/TII yang menggarong rumah orang tuanya, menendang Yayat setelah berupaya memaksa Yayat untuk mengangkut beras ke puncak gunung, tempat mereka tinggal.. Tiga tahun setelah peristiwa tersebut terjadi, keluarga besar Yayat mengungsi dari Garut ke Bandung karena ancaman dari pemberontak DI/TII terhadap kedua kakak perempuan Yayat.[7]

Pendidikan

sunting

Yayat memulai pendidikannya di Sekolah Rakyat (SR, setingkat dengan sekolah dasar) pada tahun 1955. Selama bersekolah di SR, Yayat bergabung dengan kegiatan kepanduan di sekolahnya. Karena ingin jadi tentara untuk balas dendam kepada gerombolan DI/TII yang pernah menendangnya saat ia masih kecil. Yayat kemudian lulus dari SR pada tahun 1961 dan melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Menengah Pertama Negeri Bandung.[8]

Yayat meneruskan kegiatan kepanduannya dengan bergabung ke dalam Gerakan Pramuka Indonesia di sekolah menengah pertama. Usai menyelesaikan sekolah menengah pertama, ia pindah ke Sekolah Menengah Atas Negeri 3 (SMAN 3) Bandung. Di SMAN 3 Bandung, Yayat masuk ke dalam Kompi Pelajar Serbaguna (Kijarsena), sebuah organisasi pelajar semi-militer. Yayat diangkat sebagai komandan regu, bersama-sama dengan sejumlah teman sekelasnya yang kelak bergabung dengan militer, seperti Mardjo Subiandono, Adang Darojatun dan Sudardi Salim.[9]

Yayat lulus dari SMAN 3 Bandung pada tahun 1967 dan mendaftarkan diri ke Akademi Militer Nasional (AMN) sebagai calon taruna pada tahun yang sama. Ia ditolak karena tinggi badannya kurang dua sentimeter. Ia kemudian berkuliah di Akademi Bank Nasional Bandung dan bergabung dengan Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB). Pada saat bersamaan, Yayat juga mempersiapkan dirinya untuk mengikuti seleksi ke AMN pada tahun selanjutnya dengan menjalani latihan fisik dan ikut ke dalam organisasi Wajib Latih Mahasiswa (Walawa) di Akademi Bank Nasional.[10]

Karier Militer

sunting

Pendidikan militer dan kecabangan

sunting

Yayat lulus seleksi militer di AMN pada tahun 1969 dan dilantik menjadi prajurit taruna (tingkat pertama di AMN) pada tanggal 29 Januari 1969. Selama menjalani pendidikan militer di AMN, Yayat bergabung dengan ekstrakulikuler judo, tinju, karate, dan halang-rintang. Ia juga menjadi editor di majalah Taqwa, sebuah majalah Islam yang dikelola oleh taruna AMN dan ikut ke dalam kursus Unit Bahasa Inggris (English Language Unit) yang didirikan oleh Prabowo Subianto dan Albert Inkiriwang. Kecakapan Yayat dalam Bahasa Inggris membuatnya direkrut menjadi penerima tamu asing di AMN.[11]

Pada tahun ketiganya di AMN, Yayat dan taruna seangkatannya mengikuti psikotes untuk memilih kecabangan. Yayat ingin masuk ke kecabangan infanteri dan berupaya melobi Gubernur AMN untuk memasukkannya ke infanteri. Yayat kemudian ikut Pesiar bersama dengan Sersan Mayor Satu Taruna Tarmono Hery, yang merupakan kerabat dari Gubernur AMN. Yayat gagal untuk bertemu dengan gubernur AMN, namun sempat berkenalan dengan anak-anak Gubernur AMN. Yayat akhirnya berhasil menjalani psikotes dan ditempatkan ke dalam korps infanteri. Ia lulus dari AMN dan dilantik sebagai perwira infanteri pada tanggal 12 Desember 1972.[12]

Setelah dilantik sebagai letnan dua infanteri, Yayat menjalani kursus kecabangan infanteri di Cipatat, Bandung Barat. Pada saat menjalani pendidikan, Yayat tertimpa musibah dan mengalami patah tulang pada betis kaki kiri. Akibatnya, tulang betis Yayat harus dipasangi pen. Yayat kemudian dipindahkan ke korps keuangan.[13]

Penempatan sebagai perwira pertama dan menengah

sunting

Yayat memulai kariernya sebagai perwira keuangan di Komando Daerah Militer VI/Siliwangi, Jawa Barat. Yayat bertugas hingga tahun 1974, kemudian dipindahkan ke kesatuan militer lain di wilayah Jawa Barat.[11] Pada tahun 1976- 1980, Yayat yang sudah berpangkat kapten ditempatkan sebagai perwira kas di Komando Distrik Militer Cimahi.[14]

Setelah bertugas di Kodam VI/Siliwangi, Yayat menjalani kursus lanjutan perwira di Pusat Pendidikan Keuangan Angkatan Darat pada tahun 1981. Ia menjalani kursus tersebut selama beberapa bulan dan kemudian dipindahtugaskan ke Komando Daerah Militer XV/Pattimura di Ambon, Maluku pada Mei 1981. Tiga bulan setelah ditempatkan di Maluku, ia ditugaskan untuk mengikuti penataran pengurusan keuangan negara (Ruskuneg) untuk kodam-kodam di wilayah Indonesia Timur di Makasar.[15]

Pada awal tahun 1982, istri Yayat, Nining, diangkat menjadi atase politik di kedutaan besar Indonesia di London. Yayat mengajukan ijin cuti dinas kepada Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD). Yayat kemudian memperoleh ijin dari KSAD dan dari pejabat-pejabat tinggi bidang keuangan di Departemen Pertahanan dan Keamanan.[16] Kendati demikian, ijin yang diberikan bersifat lisan, dan Yayat dikenai hukuman desersi karena tidak memperoleh ijin jalan tertulis dari Panglima ABRI .[17] Satu bulan setelah masa hukumannya berjalan, Yayat diberikan kesempatan untuk mengikuti kursus intensif bahasa Inggris di Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat. Yayat berhasil mengikuti pendidikan dengan baik dan lulus tes bahasa Inggris, sehingga ditugaskan untuk mempelajari keuangan militer di Fort Benjamin Harrison [en], Amerika Serikat, selama beberapa bulan pada tahun 1984.[18] Yayat juga sempat mempelajari ilmu ekonomi di Universitas Vincennes di Indianapollis,Indiana.[18]

Yayat kembali ke Ambon pada tahun 1985. Pada tahun tersebut, Panglima ABRI Leonardus Benyamin Moerdani sedang menjalankan kebijakan reformasi dan reorganisasi yang menyusutkan jumlah kesatuan militer di lingkungan ABRI. Salah satu kesatuan yang dibubarkan adalah Komando Daerah Militer XV/Pattimura, yang digabungkan ke dalam Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih. Yayat kemudian dipindahtugaskan ke Jakarta sebagai staf program dan anggaran di Markas Besar ABRI. Sambil menunggu surat keputusan yang mengesahkan pemindahannya, Yayat mengajukan ijin cuti ke London untuk menjenguk istrinya.[19]

Setelah beberapa lama bertugas di markas besar ABRI, Yayat diberikan dua tawaran pendidikan oleh atasannya. Yayat ditawarkan untuk mengikuti seleksi masuk Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat tahun 1986 sebagai persiapan untuk meniti karier lebih lanjut, atau mengikuti seleksi sebagai pembantu atase pertahanan urusan penjualan barang dan jasa pertahanan di kedutaan besar Indonesia di Washington. Yayat memilih untuk mengikuti seleksi sebagai pembantu atase pertahanan di KBRI Wash DC USA, karena gajinya besar (dibayarkan dalam dolar AS). Yayat kemudian lulus seleksi sebagai pembantu atase pertahanan dan berangkat ke AS beberapa bulan kemudian.[20]

Selama bertugas sebagai pembantu atase pertahanan, Yayat acap kali mengerjakan tugas-tugas di luar tanggungjawabnya. Ia seringkali juga bertugas sebagai bendaharawan dan merangkap auditor untuk memeriksa barang-barang pesanan ABRI dari AS. Selain itu, Yayat juga sering melewatkan kesempatan untuk jalan-jalan bersama dengan teman-teman atase pertahanan saat itu, dpp Brigadir Jenderal TNI Soerjadi, ke tempat-tempat wisata di Amerika Serikat, karena ia harus menyelesaikan laporan keuangan akhir bulan yang akan diserahkan ke Departemen Pertahanan dan Keamanan.[21] Yayat juga sempat bertugas mengawal Hamengkubuwana IX yang menjalani pengobatan di Amerika Serikat pada tahun 1988. Ia sempat makan bersama dengan Hamengkubuwana IX ,dan diberi hadiah berupa kepala ikan Trout bekasnya sebelum akhirnya wafat dan disemayamkan di KBRI Washington.[22]

Pada pertengahan tahun 1990, Yayat ditawari oleh Kepala Staf Angkatan Darat kesempatan untuk mengikuti seleksi masuk Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad). Yayat menerima tawaran tersebut dan ia pun kembali ke Indonesia setelah bertugas di AS selama beberapa tahun. Masa jabatannya sebagai pembantu atase pertahanan masih tersisa enam bulan lagi, namun Yayat lebih memilih untuk menjalani seleksi Seskoad. Sesampainya di Indonesia, Yayat ditempatkan di Inspektorat Jenderal Departemen Pertahanan dan Keamanan (Itjen Dephankam).[23]

Untuk mempersiapkan dirinya sebagai auditor, Yayat diperintahkan untuk mengikuti pendidikan di Pusat Manajemen Departemen Pertahanan dan Keamanan selama tiga bulan. Setelah lulus, Yayat diangkat menjadi kepala sub bagian peraturan dan perundang-undangan di Itjen Dephankam. Pangkatnya yang semula mayor dinaikkan menjadi letnan kolonel. Di saat yang bersamaan, Yayat harus mengikuti seleksi Seskoad, sehingga Yayat tidak diberikan tugas oleh Inspektur Jenderal Departemen Pertahanan dan Keamanan saat itu Letnan Jenderal TNI Dading Kalbuadi, dan diminta untuk fokus belajar saja. Pintu kantor Yayat di Itjen Dephankampun ditempeli tulisan "Sedang belajar, jangan ganggu!" dan Yayat diajari materi seleksi masuk Seskoad oleh perwira di Itjen Dephankam yang pernah menjadi dosen. Pada hari ujian, Yayat diminta untuk mempresentasikan karangan militernya dihadapan dosen penguji saat itu, Kolonel Susilo Bambang Yudhoyono. Yayat berhasil lulus ujian masuk Seskoad dan menjalani pendidikan selama satu tahun dari 1991 hingga 1992.[24]

Penempatan setelah lulus Seskoad

sunting

Setelah lulus dari Seskoad, pada tahun 1993 Yayat dipromosikan menjadi kepala keuangan pusat II Direktorat Keuangan Angkatan Darat yang bermarkas di Bandung. Yayat bertindak sebagai bendaharawan dan bertugas untuk melayani kebutuhan dana bagi semua kesatuan kecabangan dan kesenjataan TNI-AD di wilayah Bandung dan Cimahi. Pangkat Yayat pun dinaikkan dari letnan kolonel menjadi kolonel.[25] Sebagai rasa syukurnya karena telah dipromosikan menjadi kolonel, Yayat membantu merenovasi masjid " Syi'arul Muslimin "di kampung halamannya di Kadungora, Garut, bersama dengan kakaknya yang saat itu sedang menjabat sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Garut.[26]

Beberapa saat setelah bertugas sebagai kepala keuangan pusat, Yayat dipindahkan ke Komando Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan Angkatan Darat (Kodiklat) untuk menjabat sebagai kepala keuangan di lembaga tersebut. Ia tidak lama memegang jabatan tersebut, karena beberapa bulan kemudian ia kembali ke Jakarta,sebagai kepala bagian keuangan di Sekretariat Jenderal Dephankam. Selama bertugas di Dephankam, Yayat dipercaya menjadi perwira pembaca pembukaan UUD 1945 pada upacara HUT Kemerdekaan RI ke-50, 17-08-1995 di Lapangan Dephankam. Selain itu, Yayat juga diperintahkan untuk memimpin Rombongan Tim "Tennis Veteran Dep Hankam/Abri" ke dua kali tournamen Internasional di Karachi, Pakistan 1995 dan ke Beijing,RRC 1996, dan disamping itu juga Yayat melanjutkan pendidikan pascasarjananya dalam bidang manajemen di Technological University of the Philippines (TUP)'di'Manilla. Yayat memperoleh beasiswa untuk berkuliah di TUP dari Komandan Kodiklat.[27]

Direktur Keuangan Angkatan Darat

sunting

Pada awal tahun 1996, Yayat dipanggil untuk menghadap Kepala Staf Umum ABRI Letnan Jenderal TNI Tarub dan Asisten Personalia Kepala Staf TNI Angkatan Darat Mayjen TNI Muchlis Anwar dalam sebuah acara laporan Kembali tugas dan penyerahan piala hasil pimpin tim Tennis Veteran ABRI di Beijing dan di Pakistan. Yayat diperintahkan untuk menghadap Muchlis keesokan harinya. Dalam pertemuannya dengan Muchlis, Yayat diberitahukan bahwa ia akan dipromosikan menjadi direktur keuangan angkatan darat dengan pangkat brigadir jenderal. Yayat kaget mendengar pemberitahuan tersebut, karena ia hanya mengharapkan jabatan di lingkungan Dephankam saja dan fakta, bahwa masih banyak perwira yang lebih senior daripadanya di Direktorat Keuangan Angkatan Darat.[28]

Yayat dilantik menjadi direktur keuangan angkatan darat pada tanggal 18 Oktober 1996. Pada hari yang sama setelah ia dilantik, Yayat mendatangi Direktur Keuangan Angkatan Darat yang lama, Santoso Yuwono, untuk meminta petunjuk tugas sebagai direktur keuangan yang baru. Namun, sehari setelah ia dilantik, wakil direktur keuangan beserta beberapa kepala subdirektorat dan staf ahli mogok kerja dan tidak masuk kantor. Yayat menduga bahwa para pejabat Ditkuad tersebut melakukan protes terhadap pengangkatannya sebagai direktur keuangan, karena dianggapnya bahwa pendidikan dasar kecabangannya Yayat itu adalah Infantery bagaimana ia bisa memimpin Ditkuad ?! . Wakil direktur Yayat juga menolak untuk masuk kerja selama tiga bulan, sehingga Yayat mengirimkan surat peringatan dan menawarkannya untuk pensiun dini.[29]

Sebagai Direktur Keuangan Angkatan Darat,langkah pertamanya Yayat melaksanakan penataran "Pertanggungjawaban Keuangan Bebas Cela" yang mensosialisasikan peraturan terkait dengan pengurusan tata kelola keuangan negara yang benar dan akuntable kepada para kepala keuangan pusat, kepala keuangan daerah militer, perwira kas, hingga ke tingkat juru bayar kesatuan. Selain itu,juga dalam bidang keagamaan, untuk membentengi iman dan taqwanya para prajurit keuangan yang amanah dalam melaksanakan tugas, Yayat juga memberikan hadiah ongkos naik haji gratis kepada pemenang perlombaan ngaji/ Musabaqah Tilawatil Al Qur'an yang diselenggarakan setiap tahun dlm rangka memperingati HUT CKU-TNI-AD tgl. 27 Oktober oleh Ditkuad, serta memberikan kitab suci kepada para perwira keuangan angkatan darat se-Indonesia.[30]

Dalam hal pembangunan, Yayat berhasil membangun dan merenovasi sejumlah gedung-gedung fasilitas pendukung Ditkuad. Ia membangun aula untuk markas Ditkuad, Pusdikkuad, dan masjid, musholla, serta apotek untuk warga keuangan angkatan darat. Yayat juga mengusulkan renovasi markas Ditkuad, namun renovasi yang diusulkan oleh Yayat tidak dapat dilaksanakan karena kendala biaya.[31]

Yayat juga selaku Dirkuad berupaya untuk menerapkan kesetaraan gender, Merit system dan reword and Funishment didalam melaksanakan kepemimpinannya dilingkungan Ditkuad dengan diantaranya mempromosikan sejumlah perwira wanita ke jabatan keuangan strategis. Yayat mempromosikan Letnan Kolonel Hermawati sebagai kepala keuangan daerah militer wanita pertama di Indonesia dan mengangkat Letnan Kolonel Yulia Ganawati menjadi komandan upacara HUT Keuangan Angkatan Darat pada tahun 1997. Hermawati dan Yulia Ganawati kemudian menjadi dua dari segelintir perwira wanita angkatan darat yang menjadi perwira tinggi.[32]

Di tengah kesibukannya menjabat sebagai direktur keuangan, Yayat melanjutkan pendidikan tingginya di Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani). Yayat memulai kuliahnya pada tahun 1997 di kampus Unjani yang terletak di kompleks Markas Besar TNI, Cilangkap. Yayat lulus dari Unjani pada tahun 2000 dengan gelar sarjana teknik.[33]

Bendahara YKEP dan Komisaris Bank Artha Graha

sunting

Selain menjabat sebagai direktur keuangan angkatan Darat, Yayat juga memegang jabatan ex officio sebagai Bendahara Yayasan Kartika Eka Paksi (YKEP), dan Bendahara Tabungan Wajib Pensiunan (TWP) TNI-AD, sebuah yayasan militer yang diketuai secara ex officio oleh Kepala Staf Angkatan Darat. Pada tahun 1998, setelah terjadi pergantian kepala staf angkatan darat, Yayat ditunjuk menjadi komisaris independen bidang pengawasan organisasi dan personil dari PT Bank Artha Graha Internasional, sebuah bank yang berkedudukan di bawah YKEP. [34]

Sebagai komisaris Bank Artha Graha dan direktur keuangan angkatan darat, kunjungan-kunjungan Yayat ke kesatuan keuangan militer di daerah dibarengi dengan kunjungan ke kantor-kantor cabang Bank Artha Graha dan pusat pendidikan dan latihannya yang terletak di Cibogo, Puncak. Yayat juga ikut memberikan pelatihan dalam berbagai bidang dalam pelatihan semi militer dan ilmu Perbankan kepada para pegawai Bank Artha Graha. dan di tahun 1998 juga, disaat Negara RI dan perekonomian Dunia sedang menghadapi / dilanda krisis / Resesi Ekonimi Global, Yayat pun menjadi kunci / ikut membantu Bank Artha Graha saat di "Due diligent" di Kantor Bank Indonesia Pusat oleh Gubernur BI dan Menteri Keuangan RI, bersama seluruh Bank-bank Pemerintah dan Swasta lainnya, apakah bank-bank tsb. masih layak beroperasional atau tidak / apakah masih Memenuhi C.A.R. ( Curency Adequate Ratio )nya sebesar 4 %, (ratio kecukupan modal)nya, bila bank-bank tsb tidak memenuhi C.A.R.nya, maka Bank-Bank tsb akan diliquidasi / ditutup, seperti 63 ( enam puluh tiga) Bank-bank milik Pemerintah dan Swasta lainnya, yang pada saat itu ditutup/ diliquidasi, tetapi Bank Artha Graha berhasil tidak ikut diliquidasi, dan bahkan sampai sekarang pun di TA-2023 ini,Bank Artha Graha masih tetap berjaya.[35]

Yayat berupaya untuk memanfaatkan jabatannya di Bank Artha Graha untuk memperoleh bantuan bagi prajurit angkatan darat. Ia berhasil melobi Bank Artha Graha untuk menyumbangkan uang THR dan kain sarung bagi setiap prajurit angkatan darat sebagai hadiah Lebaran, Natal, dan Tahun Baru 1999. Selain itu, ia melibatkan perusahaan konstruksi Artha Graha untuk membangun sebanyak 87 unit perumahan sederhana dan murah bagi prajurit dan PNS Ditkuad di Kompleks Perumahan Ditkuad Graha Prima, Bekasi.[36]

Kehidupan lanjut

sunting

Perwira tinggi tanpa tugas dan pensiun

sunting

Setelah empat tahun bertugas sebagai direktur keuangan angkatan darat, Yayat pun Legowo ( taat untuk melaksanakan salah satu azas dari 11 Azaz Kepemimpinan TNI) dengan mengusulkan dirinya untuk dimutasi ke jabatan lain untuk memberikan kesempatan kepada perwira keuangan yang lebih muda untuk menduduki jabatannya. Usulan Yayat tersebut menimbulkan kecurigaan di pejabat markas besar Angkatan Darat, dan mereka menduga bahwa usulannya tersebut terkait dengan pertanggungjawaban keuangan. Kendati demikian, Yayat menyatakan bahwa "semua bukti pertanggungjawaban bersifat sah dan transparan" serta mempersilahkan kesatuannya untuk diaudit oleh Inspektur Jenderal Angkatan Darat. Akhirnya, Yayat menyerahkan jabatannya sebagai direktur keuangan angkatan darat pada tanggal 29 Juni 2000.[37]

Setelah menyerahkan jabatannya, Yayat tetap menjabat sebagai komisaris Bank Artha Graha, namun menjadi perwira tinggi tanpa penugasan /job less. Pada tahun 2001, ia sempat dicalonkan sebagai Kepala Pusat Keuangan (Kapusku) Departemen Pertahanan, dan dirinya telah memperoleh persetujuan dari angkatan darat. Kendati demikian, pencalonan Yayat dibatalkan karena Menteri Pertahanan saat itu, Mahfud MD, telah membawa calon Pejabat Kapusku tsb. dari pegawai Negeri sipil Departemen Keuangan untuk menduduki jabatan tersebut.[38]

Yayat juga sempat ditawarkan jabatan lainnya sebelum pensiun. Ia sempat ditawarkan jabatan sebagai Direktur Keuangan di Otorita Batam oleh Duta Besar Indonesia untuk Singapura pada saat itu, Luhut Binsar Pandjaitan. Luhut menawarkan jabatan tersebut dengan syarat bahwa ia akan dinaikkan pangkatnya menjadi mayor jenderal dan dipensiunkan lebih awal dari militer. Yayat menolak jabatan karena ia enggan pensiun dini dari militer dan lebih memilih menunggu jabatan strukturan di militer. Selain itu, ia juga pernah ditawari menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan pengurus/ Bendahara Umum partai politik, namun ia menolak karena alasan moral.[39] Yayat secara resmi pensiun dari militer melalui sebuah upacara wisuda purnawira pada tanggal 15 Desember 2003.[40]

Keterlibatan dalam perusahaan dan organisasi

sunting

Setelah pensiun dari militer, Yayat terus terlibat dalam bisnis dan organisasi. Ia tetap menjabat sebagai komisaris PT Bank Artha Graha Internasional hingga mengundurkan diri pada tanggal 28 Juni 2008. Ia kemudian menjadi komisaris di PT Sumber Alam Sejahtera selama setahun hingga mengundurkan diri pada tahun 2009 untuk mendampingi istrinya Nining, yang akan bertugas sebagai duta besar di Kyev untuk Republik Ukraina merangkap Rep. Georgia dan Rep. Armenia.[41]

Dalam bidang sosial, ia memegang jabatan sebagai sekretaris Yayasan Harapan Ibu, sebuah yayasan pendidikan Islam di bawah pimpinan mantan Ketua Tim Pemeriksa Keuangan Negara, Soerjo Wirjohadipoetro. Selain itu, Yayat juga menjadi pembina Yayasan Yatim-Piatu Nurul Yatama dan Yayasan Al-Aadiyaat, yang merupakan yayasan sosial dibidang pendidikan Islam, serta ikut aktif dalam Persatuan Purnawirawan ABRI, Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat, dan Himpunan Pramuka dan Pandu Wreda, Angt.Alumni SMA-3'67,Bandung, Anggauta Tim Penyusun Buku "Sejarah BES'72"( alumni Akmil 1969-1972), Agt. Alumni ABN'68( Akademi Bank Nasional) Bandung 1968. Agt, PMB'68 ( Perhimpunan Mahasiswa Bandung)1968. Juga aktip selaku anggauta Dewan Pertimbangan di Kepengurusan Majelis Ulama Indonesia( MUI),Dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Administratip Jakarta-Selatan, DKI.[42]

Keterlibatan Yayat dalam bidang keagamaan membuatnya dilirik oleh Ketua MUI Jakarta Selatan pada saat itu, Buya K.H. Siddieq Faudzie, untuk memegang jabatan sebagai bendahara MUI Jakarta Selatan. Setelah menjadi bendahara MUI Jakarta Selatan selama setahun, tugasnya bertambah dengan penunjukannya sebagai Ketua Bidang Kesejahteraan Umat di Forum Kerukunan Umat Beragamam Jakarta Selatan. Sama halnya dengan jabatan komisaris, Yayat mengundurkan diri pada tahun 2009 untuk mendampingi istrinya yang akan bertugas sebagai duta besar. Namun, Buya K.H. Siddieq Faudzie menolak pengunduran dirinya dan meminta Yayat untuk tetap di Ukraina sambil melakukan dakwah agama dan menjajaki kemungkinan pertukaran santri antarnegara.[43]

Kehidupan pribadi

sunting

Yayat menikah dengan Nining Suningsih, anak dari Bupati Indramayu Djahari, pada tanggal 29 Juni 1980. Keduanya merupakan teman satu sekolah menengah atas Negeri di Jl. Belitung no.8, Bandung.. Pada saat menikah, Yayat sedang bertugas sebagai perwira Pemegang kas di Kodim Cimahi, sedangkan Nining baru saja lulus dari Universitas Padjadjaran dan sedang bekerja di Departemen Luar Negeri. Acara resepsi keduanya diadakan secara militer pada tanggal 6 Juli 1980 dan dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi seperti Direktur Keuangan Angkatan Darat Brigjen Soemarno dan Gubernur Jawa Barat Aang Kunaefi.[44]

Pasangan tersebut memiliki dua anak perempuan dan satu anak laki-laki ( Prof.DR. Annisa Rochadiat, MSc,MA. Bagus Rochadiat,MSc dan Rachma Rochadiat,MSc ).[45]

Tanda jasa

sunting

Sebagai seorang perwira angkatan darat, Yayat memperoleh sejumlah satyalancana dan bintang atas jasa dan pengabdiannya. Berikut ini adalah daftar satyalancana dan bintang yang diperolehnya:[46]

Bintang Yudha Dharma Narariya (2002)

Selain mendapat bintang-bintang jasa dan penghargaan tsb diatas, Yayat juga mendapat Bintang "Yudha Dharma Nararya" diakhir tugasnya pada tahun 2002 dari Presisen RI. Kemudian. setelah Yayat menjalani masa Pensiunnya / Purnawirawan dari TNI-AD selama 20 tahun, tiba-tiba saja pada tgl. 25 Agustus 2020,Yayat mendapat kejutan dengan menerima undangan dari kesatuan asalnya Ditkuad, dari Dirkuad Brigjen TNI H.Temas SE, MM. untuk menghadiri Upacara peresmian pemberian nama : "MESS & AULA Kantor KUPUS II DITKUAD", di Jl. Sumatera No.39 Bandung. Yang merupakan bangunan kantor bersejarah ( Cagar Budaya No.19 / Bekas rumah tinggal / Mess Para Perwira Tentara Belanda (KNIL) di zaman revolusi / Penjajahan Belanda,yg dibangun pd thn 1920) di kota Bandung, Jawa-Barat. dengan nama :

" Mess & Aula Brigjen TNI Ir H.Yayat Rochadiat, MM, MBA". Yayat pun kaget sekali, kenapa nama dia yang dipakai untuk nama Mess & Aula tsb. Kan dia masih HIDUP ?!, Dan selain itu juga kan masih banyak para Perwira Tinggi Purnawirawan ( PATI) senior lainnya yang lebih profesional dan lebih berhasil daripada dia ?!.Lalu dijawab oleh Dirkuad, bahwa : Keputusan itu adalah hasil Rapat Pimpinan Ditkuad /Dirkuad bersama seluruh Kepala-kepala Keuangan Pusat /Kukotama-Kukotama seluruh Indonesia. pada awal bulan Agustus 2020.====[47].

Referensi

sunting
  1. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 14.
  2. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 2.
  3. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 5.
  4. ^ a b Kesetiaan 2011, hlm. 6.
  5. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 7.
  6. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 275.
  7. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 6-7.
  8. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 8.
  9. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 9.
  10. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 10-11.
  11. ^ a b Kesetiaan 2011, hlm. 16-26.
  12. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 28-29.
  13. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 29.
  14. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 46.
  15. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 54-55.
  16. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 59-60.
  17. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 62-63.
  18. ^ a b Kesetiaan 2011, hlm. 64-65.
  19. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 65-66.
  20. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 75-76.
  21. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 80-81.
  22. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 93-94.
  23. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 97-100.
  24. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 102-108.
  25. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 109.
  26. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 111.
  27. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 119-122.
  28. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 125-126.
  29. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 134-135.
  30. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 136-139.
  31. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 150-154.
  32. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 242.
  33. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 139-140.
  34. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 141-142.
  35. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 142-143.
  36. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 144-148.
  37. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 165-167.
  38. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 169-170.
  39. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 172-173.
  40. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 177-179.
  41. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 181-182.
  42. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 182-185.
  43. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 183.
  44. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 45-52.
  45. ^ Guberskiy, Leonid; Krivonos, Pavlo; Gumenyuk, Boris; Denisenko, Anatoliy (2010). УКРАЇНА ДИПЛОМАТИЧНА: НАУКОВИЙ ЩОРІЧНИК (PDF). Kyiv: Генеральна дирекція з обслуговування іноземних представництв Київської міської Ради. hlm. 153. 
  46. ^ Kesetiaan 2011, hlm. 180.

47. Kesetiaan II 2022,hal.333

sunting

Daftar Pustaka

sunting