Wikipedia:Warung Kopi (Bahasa)/Arsip/2019/4

Kompetisi olahraga bercabang

sunting

Mohon pendapat dari rekan-rekan sekalian tentang penamaan cabang olahraga, terutama dalam bulu tangkis dan sepak bola, yakni:

Selain itu ada dua hal lainnya, yakni:

  • tentang kata-kata yang menggambarkan laki-laki dan wanita dalam cabang, apakah lebih baik menggunakan putra/putri atau pria/wanita
  • preposisi "pada" atau "dalam".

Terima kasih. Albertus Aditya (bicara) 3 Maret 2019 09.52 (UTC)[balas]

Saya lebih sreg dengan pola penamaan Bulu tangkis pada Pesta Olahraga Asia 2018 – Tunggal putra. Karena lebih jelas. Sedangkan untuk menjelaskan lelaki atau wanita lebih baik menggunakan istilah putra/putri karena istilah ini sudah lazim. Untuk preposisinya sebaiknya menggunakan "pada". Saya malah baru sadar ada artikel dengan pola penamaan seperti Sepak bola pria pada Olimpiade Musim Panas 2004 Ilham Cahyo Nugroho Obrolan I'am 4 Maret 2019 13.08 (UTC)[balas]

Memanggil HaEr48 atau Japra Jayapati jika mungkin ada komentar lainnya. Salam. Albertus Aditya (bicara) 8 Maret 2019 13.12 (UTC)[balas]

@Albertus Aditya: Putra/putri sudah lazim dipakai. Untuk preposisi, dalam konteks ini pilihan kata "pada" maupun "dalam" saya rasa tidak akan menimbulkan kebingungan, saya pribadi cenderung pilih "dalam". Mengenai judul, saya lebih sreg dengan "Bulu tangkis tunggal putra dalam Pesta Olahraga Asia 2018" dan "Sepak bola putra dalam Olimpiade Musim Panas 2004". تابيق ~ Japra (obrol) 9 Maret 2019 02.34 (UTC)[balas]
Albertus Aditya Untuk bulu tangkis, gunakan "putra" dan "putri", seperti "tunggal putra", "tunggal putri", "ganda putra", dan "ganda putri". Untuk sepak bola, gunakan "pria" dan "wanita". Janggal rasanya jika ditulis "sepak bola putra" atau "sepak bola putri". Hanamanteo Halaman pembicaraan saya 9 Maret 2019 05.53 (UTC)[balas]
Hanamanteo Kira-kira kenapa kah harus dipisah sendiri untuk pria dan wanita dalam sepak bola? Atau perlu kita daftar olahraga mana yang menggunakan putra/putri dan pria/wanita? Kalau hasil pencarian dengan mesin pencari, istilah sepak bola putri sendiri cukup banyak juga, walaupun memang tidak sedikit yang menggunakan sepak bola wanita. Salam. Albertus Aditya (bicara) 9 Maret 2019 13.52 (UTC)[balas]
Untuk putra/i, lebih generik, karena bisa digunakan untuk turnamen U-21, U-17, U-15, dsb. "Kompetisi sepak bola pria U-15" akan menjadi janggal. Hal ini bisa diterapkan untuk semua usia dan semua cabang olahraga.
Untuk pada/dalam, "pada" lebih menunjuk pada waktu kompetisi, sementara "dalam" menunjuk di dalam kompetisi tersebut. Karena lebih membicarakan perihal waktu, maka penggunaan "pada" menurut saya lebih tepat.
Untuk pola judul, saya merupakan salah satu yang berpendapat tidak perlu dipisah-pisah antara sub-kelompok kompetisi. Toh masing-masing tidak terlalu panjang. Di halaman utamanya: Bulu tangkis pada Pesta Olahraga Asia 2018, di bawah "Hasil" dapat ditulis bagian "Penyisihan". ꦱꦭꦩ꧀Bennylin debat 14 Maret 2019 23.31 (WIB)

Untuk hal ini, setelah melakukan perbandingan ke beberapa wiki menemukan bahwa beberapa Wiki "besar" (fr, es) mengikuti format "nama" "cabang" pada "turnamen" (de rata-rata seperti ide Bennylin yang hanya artikel utama, dan rincian digabungkan), misal pada kasus sepak bola putra pada Olimpiade 2016: fr, es. Hal ini diikuti juga untuk penamaan singkat seperti pada Grup A Piala Dunia FIFA 2018. Namun perlu sedikit berbeda untuk judul artikel yang cukup panjang seperti pada kasus Kualifikasi Piala Dunia FIFA, di mana es tetap dengan format panjang, sementara fr memberikan pemisahan. Untuk tetap mengakomodir bahwa judul artikel harus jelas (per pendapat Ilham151096), maka untuk artikel Kualifikasi Piala Dunia FIFA akan menggunakan format seperti en, contoh pada Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2018 – Babak Pertama AFC. Jika masih ada tanggapan/komentar agar dapat disampaikan. Albertus Aditya (bicara) 3 April 2019 10.55 (UTC)[balas]

Hasil diskusi
  • Cabang olahraga:
    • "Nama olahraga" pada "Turnamen" – "Cabang olahraga" (mis. Bulu tangkis pada Pesta Olahraga Asia 2018 – Tunggal putra): Ilham151096
    • "Nama olahraga" "Cabang olahraga" pada "Turnamen" (mis. Bulu tangkis tunggal putra pada pada Pesta Olahraga Asia 2018): Japra Jayapati, Albertus Aditya
    Pengecualian untuk Kualifikasi Piala Dunia FIFA.
    • Lainnya: Bennylin (dijadikan satu artikel)
  • Pada/dalam:
    • Pada: Ilham151096, Bennylin, Albertus Aditya
    • Dalam: Japra Jayapati
  • Putra-putri/Pria-wanita
    • Putra/putri: Ilham151096, Bennylin, Albertus Aditya
    • Pria/wanita:
    • Gabungan: Hanamanteo (putra/i untuk bulu tangkis, pria/wanita untuk sepak bola)

Mau nanya dong, kalau Pythagoras perlu disesuaikan ejaannya jadi "Pitagoras" tidak ya? Aku lihat kebanyakan sumber Indonesia pakainya "Pythagoras". Terima kasih. @M. Adiputra @HaEr48  Mimihitam  2 April 2019 04.59 (UTC)[balas]

Menurut saya itu belum perlu dipindahkan, karena banyak sumber tidak mengubah ejaannya, dan kita belum memiliki pedoman untuk mengubahnya.
Untuk teorema Pythagoras, sepertinya tidak perlu dipindahkan. Karena saya temukan di KBBI, frasa seperti itu mempertahankan ejaan nama penemunya, seperti: hukum Archimedes, hukum Coulumb, kelenjar Lieberkuhn. -- Adiputra बिचर -- 3 April 2019 02.39 (UTC)[balas]

Terima kasih atas jawabannya.  Mimihitam  3 April 2019 04.01 (UTC)[balas]

Baik Pitagoras maupun Pythagoras sama-sama punya alasan yang bagus (konsistensi aturan alihaksara dari bahasa asli vs penggunaan kata yang banyak dipakai sumber). Sayangnya saat ini kita belum ada pedoman jelas tentang menengahi dua alasan ini, maka mungkin status quo bisa dipertahankan dulu. HaEr48 (bicara) 3 April 2019 04.41 (UTC)[balas]

Penerjemahan

sunting

Saya ingin bertanya, apa arti yang cocok untuk Constitutional referendum? Apakah:

  1. Referendum konstitusi; atau
  2. Referendum konstitusional

Soalnya pada saat saya membuat artikel mengenai itu, ada judul artikel yang menuliskan "Referendum konstitusi Negara X" dan ada juga yang menuliskan "Referendum konstitusional Negara J". Jadi, terjemahan yang benar itu yang nomor 1 atau nomor 2? Terima kasih. Salam. Aviel Dase (Kirim Pesan) 3 April 2019 11.25 (WITA)

Memanggil M. Adiputra. Aviel Dase (Kirim Pesan) 3 April 2019 11.25 (WITA)

Jika ditilik dari kasusnya, sepertinya lebih tepat: Referendum konstitusional. Bila diartikan: "referendum yang berkaitan dengan konstitusi".
Perbandingannya adalah frasa monarki konstitusional (monarki yang berdasarkan konstitusi) dan krisis konstitusional (krisis yang berkaitan dengan konstitusi). -- Adiputra बिचर -- 3 April 2019 04.46 (UTC)[balas]
Aku pikir referendum konstitusi lebih cocok. Dalam bahasa Indonesia sepertinya "X konstitusi" lebih sering dipakai untuk hal yang berarti X yang menyangkut konstitusi, misal "Mahkamah Konstitusi" (walaupun Inggrisnya ini constitutional court) atau "amanat konstitusi", sedangkan "konstitusional" biasanya dipakai untuk hal-hal yang dibolehkan atau diatur oleh konstitusi, misal "monarki konstitusional", "kita akan berjuang secara konstitusional", dst. "Constitutional referendum" ini artinya "referendum untuk mengubah konstitusi/UUD", bukan "referendum yang dibolehkan konstitusi", jadi menurutku lebih cocok gaya "X konstitusi". HaEr48 (bicara) 3 April 2019 04.51 (UTC)[balas]
@M. Adiputra: @HaEr48: Jadi, mana yang lebih tepat? Aviel Dase (Kirim Pesan) 3 April 2019 13.15 (WITA)
Berarti ada pendapat yang berbeda antara aku dan M. Adiputra   Mungkin bisa tunggu pendapat pengguna lain, atau kalau Bung Aviel punya pendapat juga silakan. HaEr48 (bicara) 3 April 2019 05.27 (UTC)[balas]
Menurutku dua-duanya tidak salah, konstitusional dan konstitusi sama-sama ada di KBBI. Jadi mungkin opsional saja.  Mimihitam  3 April 2019 06.15 (UTC)[balas]
Kalau konteksnya memang "referendum untuk mengubah konstitusi", maka bisa jadi yang cocok adalah "referendum konstitusi". -- Adiputra बिचर -- 3 April 2019 07.24 (UTC)[balas]
Setuju per pernyataan HaEr48. ―Rex AurōrumDisputātiō 3 April 2019 07.56 (UTC)[balas]
Per pernyataan Mimihitam. Memang kedua-duanya tidak salah. Tapi utamanya kita menggunakan bentuk X konstitusi, untuk beberapa kasus tertentu X konstitusional agar tidak ambigu. Karena nuansa kata yang timbul karena pemakaian kata bersinonim. Bukannya ini sudah polemik lama? Kan ini berkaitan dengan sejarah penerjemahan ke bahasa Indonesia. Pada awalnya akhiran adjektiva diabaikan lambat-laun mulai digunakan. Silakan lihat kasus penerjemahan biologi molekul. ―Rex AurōrumDisputātiō 3 April 2019 07.56 (UTC)[balas]
Menurut saya, lebih baik mungkin digunakan yang nomor 1 karena sesuai, karena kalau dibiarkan digunakannya nomor 1 dan nomor 2, yah kayak saya ini, akan terjadi kebingungan antara memilih terjemahan yang lebih tepat. Mungkin kita bisa memilih salah satunya dan digunakan untuk seterusnya. Judul artikel yang tidak sesuai itu nanti kita alihkan saja. Aviel Dase (Kirim Pesan) 3 April 2019 16.19 (WITA)
Menurut saya bila akan dipakai "referendum konstitusi X" seharusnya ditambahkan "referendum terhadap konstitusi"; sama seperti "amandemen ke-X terhadap Konstitusi" ("X-th Amendment to the Constitution"). Saya lebih sepakat pada "referendum konstitusional". Muhraz (bicara) 3 April 2019 08.47 (UTC)[balas]

Cryptocurrency

sunting

Saya mau tanya, kalo Cryptocurrency apakah cocok diterjemahkan jadi mata uang kripto ? Pasalnya kalo saya pake judul "mata uang digital" nanti takutnya nabrak soaknya Digital currency sendiri sudah jadi halaman terpisah di en.wiki. Kalo "mata uang rahasia" atau "mata uang tersembunyi" gitu gimana ya secara kata crypto sendiri juga dipakai untuk istilah penganut agama yang mempraktekkan agamanya secara diam-diam (contoh Kripto-Kristen, Kripto-Islam, Kripto-Pagan) apa mending dibiarin neologisme gitu aja --Glorious Engine (bicara) 5 April 2019 02.19 (UTC)[balas]

Gunakan sesuatu pada tempatnya

sunting

Mulai saat ini artikel-artikel Wikipedia bahasa Indonesia yang mengandung teks "gampong" harus diubah menjadi "desa".

Alasan yang mendasari perubahan ini adalah:

  • Gampong adalah bahasa Aceh, dan desa adalah bahasa Indonesia, sementara Wikipedia yang kita gunakan disini adalah Wikipedia berbahasa Indonesia, bukan Wikipedia berbahasa Aceh.

Jika ada kontributor yang tetap menggunakan teks gampong pada artikel-artikel yang disuntingnya di Wikipedia bahasa Indonesia ini, maka sebaiknya pergilah ke Wikipedia bahasa Aceh, bukan di Wikipedia bahasa ini (Wikipedia bahasa Indonesia).

Karena jika teks "gampong" tetap digunakan di Wikipedia bahasa Indonesia, kenapa tidak sekalian aja artikel-artikel desa di Sumatra Barat menggunakan teks "nagari", artikel-artikel desa di Papua dan Kutai Barat serta Kalimantan Timur menggunakan teks "kampung", dan seterusnya.

Apa kalian rela menciderai Wikipedia bahasa Indonesia dengan menggunakan bahasa selain bahasa Indonesia? Terus, apa gunanya di negara Indonesia ada Wikipedia bahasa Indonesia, Wikipedia bahasa Aceh, Wikipedia bahasa Sunda, Wikipedia bahasa Jawa, kalau masih tetap tidak menggunakan teks atau bahasa pada tempat yang semestinya? Ayolah, gunakan sesuatu pada tempatnya. Alfian rsn (bicara) 6 April 2019 17.04 (UTC)[balas]

Mungkin Mas Rachmat04 bisa memberikan tanggapan selaku pengguna yang paham tentang Aceh? -- Bagas Chrisara (bicara) 6 April 2019 23.26 (UTC)[balas]
Maaf OOT. Sedikit menambahkan arti kata "awam" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:
  1. umum; am; kebanyakan; biasa; tidak istimewa
  2. orang kebanyakan; orang biasa (bukan ahli, bukan rohaniwan, bukan tentara): orang awam
Sumber -- Adiputra बिचर -- 7 April 2019 02.05 (UTC)[balas]
@Bagas Chrisara:, Masalahnya sangat sederhana, Wikipedia bahasa Indonesia tidak menggunakan bahasa selain bahasa Indonesia. Dan hingga saat ini, masih banyak artikel WBI yang mengandung bahasa lain. Contoh; beberapa artikel-artikel administrasi di Indonesia seperti artikel administrasi di provinsi Aceh menggunakan bahasa Aceh dengan menggunakan teks "gampong", artikel administrasi di provinsi Sumatra Barat menggunakan bahasa sanskerta dengan menggunakan teks "nagari", seperti yang kita ketahui, bahwa kata "nagari" berasal dari bahasa sanskerta. Seharusnya teks-teks itu diletakkan pada tempatnya masing-masing, teks "gampong" digunakan di Wikipedia bahasa Aceh, teks "nagari" digunakan di Wikipedia bahasa Sanskerta. Bukannya digunakan di Wikipedia bahasa Indonesia. Dan masalah ini tidak ada hubungannya dengan pengguna yang paham tentang Aceh, ataupun pengguna yang paham tentang Sumatra Barat. Jelas ini adalah sebuah kekeliruan bagi para kontributor terdahulu. Pendapat saya ini juga mewakili orang-orang yang memiliki pemikiran yang sama dengan saya di luar sana. Wikipedia bahasa Indonesia menggunakan bahasa Indonesia, tidak menggunakan bahasa selain bahasa Indonesia. Alfian rsn (bicara) 7 April 2019 09.20 (UTC)[balas]

@Alfian rsn sebelumnya mari kita definisikan "kata Indonesia" sebagai kata baku yang tercantum dalam KBBI.

Kata nagari ada di KBBI dengan definisi "wilayah atau sekumpulan kampung yang dipimpin (dikepalai) oleh seorang penghulu; distrik". Jadi soal nagari sudah tidak perlu dibahas ya, lagipula lucu kalau tiba-tiba sensitif dengan nagari yang katanya "Sansekerta", padahal dalam bahasa Indonesia sendiri juga banyak sekali kata serapan Sansekerta seperti negeri, bumi, dll. Apa mau dimusnahkan semuanya?

Kata "gampong" memang tidak ada di KBBI, tetapi Gampong juga ada di KBBI dan di catatan penjelasan UU No 6 tahun 2014 tentang desa ada tertulis:

Jadi penggunaan terminologi "gampong" di sini tidak sembarangan dan merupakan terminologi resmi pemerintahan dengan makna tertentu yang tidak ditangkap oleh kata "desa" ataupun "kampung". Dalam perda di Aceh pun istilah "gampong" juga yang digunakan. Contoh:

Maka tidak heran kantor berita pemerintah menggunakan kata "gampong" dan bukan "kampung" atau "desa" saat membahas konteks Aceh: berita dari Antara.

Walaupun ini memang Wikipedia Bahasa Indonesia, tapi kita tidak alergi dengan istilah asing di sini kalau memang diperlukan penggunaannya. Ada alasan kenapa "County of Tyrol" ditulis jadi Grafschaft Tirol dan bukan "Kabupaten Tirol". Apalagi soal gampong dan nagari ini kan terminologi resmi, jadi sebenarnya tidak perlu diributkan.

CC: @Albertus Aditya @HaEr48  Mimihitam  7 April 2019 16.36 (UTC)[balas]

  •    •  ™    Minggu, 7 April 2019 - 23:46 wib.
Ingin menyampaikan ralat. Berikut adalah pranala dari KBBI daring terbitan Kemendikbud: gampong dan nagari. — Bonaditya (bicara) 7 April 2019 23.36 (UTC)[balas]
Menurutku kalaupun tidak ada di KBBI bukan otomatis harus dilarang. Harus dilihat kepantasannya masing-masing. Untuk nama daerah administratif di berbagai provinsi Indonesia, menurutku kalau nama itu sudah resmi menggantikan nama standar seperti desa atau kelurahan, dan luas dipakai misalnya dalam dokumen resmi (misalnya kop surat, undang-undang, dst.) maka justru layak nama itu dipakai. HaEr48 (bicara) 8 April 2019 00.08 (UTC)[balas]

Dengan tidak adanya argumen lain yang membantah penggunaan kata gampong, nagari, dkk pada konteks pembagian administratif wilayah, maka dapat disimpulkan bahwa untuk penggunaan kata gampong, nagari, dkk tetap dipertahankan. Agar terutama menjadi perhatian dari Alfian rsn untuk mengikuti hasil diskusi ini. Terima kasih. Albertus Aditya (bicara) 8 April 2019 02.06 (UTC)[balas]

Pseudo: Palsu atau semu?

sunting

Istilah "Pseudo" seperti yang dipakai dalam kata pseudoscience, pseudocode, dlsb cocoknya diartikan palsu atau semu ? Kalo "palsu", masak nanti "pseudo-diocesan" diterjemahkan jadi "keuskupan palsu" (?) padahal "keuskupan" yang dimaksud itu dibentuk juga dari Vatikan seperti keuskupan-keuskupan lain tapi "bentuknya beda" (CMIIW) --Glorious Engine (bicara) 7 April 2019 05.07 (UTC)[balas]

Mengapa harus "palsu"? Tidak mampu menentukan diksi bakal menghasilkan terjemahan yang buruk.
Padanannya semu (tampak seperti yang asli [yang lumrah, yang sebenarnya], padahal sama sekali bukan yang asli [yang lumrah, yang sebenarnya]). Contohnya: Bahasa semu, prosedur semu, mati semu, ilmu semu. -- Adiputra बिचर -- 7 April 2019 05.47 (UTC)[balas]

Penulisan tahun

sunting

Halo. Mohon pendapat mengenai pengulangan pada tahun, misal pada penulisan 2010–2013, apakah sebaiknya menggunakan format demikian, atau misal seperti dalam bahasa Inggris dengan 2010–13. Kasus yang saya ambil terutama pada satu rangkaian kejadian yang terjadi lintas tahun, misal Pertempuran Mosul (2016–2017) atau Piala Indonesia 2018–19. Salam. Albertus Aditya (bicara) 13 April 2019 14.34 (UTC)[balas]

Format seperti 2010–13 yang Anda contohkan adalah format yang "benar dengan syarat dan ketentuan yang berlaku" menurut Wikipedia Inggris. Menurut pedoman EYD, tanda pisah seharusnya tidak dipakai seperti itu. Saya tidak melihat ada panduan berbahasa Indonesia yang membenarkan penulisan seperti itu. Lebih baik kita mengikuti pedoman bahasa Indonesia. Kalau pedoman kita sama dengan pedoman bahasa Inggris, ya kebetulan saja. Tapi kalau berbeda, tidak usah kita ikuti.
Saya lebih setuju kalau penulisan tahun dibuat seutuhnya. Tak ada ketentuan bahwa Wikipedia kita harus mengikuti peraturan berbahasa Inggris. -- Adiputra बिचर -- 13 April 2019 16.47 (UTC)[balas]
Sebagai tambahan bahwa di PUEBI pada bagian tanda pisah, secara tak langsung ada contoh "Tahun 2010—2013", namun memang tidak secara eksplisit bahwa memang setiap tahun harus demikian. Apakah hal ini cukup menjadi dasar untuk penulisan tahun tersebut? Salam. Albertus Aditya (bicara) 14 April 2019 10.57 (UTC)[balas]
Kita berpikir secara sederhana saja: Tidak ada peraturan ejaan bahasa Indonesia tentang menyingkat tahun menjadi 2 digit dengan memakai tanda pisah. -- Adiputra बिचर -- 14 April 2019 11.28 (UTC)[balas]

Terima kasih, dengan demikian saya akan mulai memindahkan sebagian judul artikel yang sebelumnya menyingkat tahun menjadi dua digit. Terima kasih dan salam. Albertus Aditya (bicara) 14 April 2019 14.37 (UTC)[balas]

Kelirumologi

sunting

Saya dapati ada artikel berjudul Kelirumologi apa nggak apa-apa tuh sama judulnya ? Kalo gitu saya juga bisa bikin donk artikel judulnya Cocoklogi, dlsb. Kalo Egyptology aja diterjemahkan jadi Egiptologi, bukan Mesirologi --Glorious Engine (bicara) 16 April 2019 06.05 (UTC)[balas]

Tidak cocok bila misnomer dipadankan menjadi kelirumologi. Misnomer adalah fenomena kekeliruan, sedangkan "kelirumologi" adalah suatu usaha menelaah atau mempelajari fenomena kekeliruan (meskipun terdengar neologisme). -- Adiputra बिचर -- 19 April 2019 03.51 (UTC)[balas]

Dilihat dari halaman pembicaraannya, proposal ini sudah terbengkalai lebih dari 4 tahun. Sebaiknya kita ambil keputusan, karena ada penamaan yang inkonsisten di Wikipedia. -- Adiputra बिचर -- 21 April 2019 07.16 (UTC)[balas]

Naked singularity

sunting

Menurut rekan - rekan apakah sebaiknya kata Naked singularity tidak diterjemahkan, diterjemahkan sebagian menjadi Singularitas naked , atau diterjemahkan penuh?

Kebetulan saya sedang mencoba menerjemahkan Singularitas gravitasional

Chinamoonroll (bicara) 24 April 2019 00.30 (UTC)[balas]

Tulis saja naked singularity, daripada dipaksakan jadi "singularitas telanjang".  Mimihitam  24 April 2019 11.41 (UTC)[balas]
Kalau yang saya dapat itu artinya bisa "singularitas terbuka" karena kata naked tidak selamanya berarti "telanjang". Salam. Aviel Dase (Kirim Pesan) 25 April 2019 10.43 (WITA)

Menurut saya singularitas terbuka lebih cocok, terimkasih masukkannya Chinamoonroll (bicara) 26 April 2019 05.32 (UTC)[balas]

Naked Singularity = singularitas gravitasi tanpa cakrawala peristiwa. Artinya singularitas itu secara hipotetis memang bisa diamati dengan "mata telanjang". Apakah kata "terbuka" bisa mewakili konsep tersebut? --Hidayatsrf (bicara)

Mungkin pertanyaannya terbalik, tapi wajanbolic e-goen kalau diterjemahkan ke bahasa Inggris apakah sama dengan WokFi? Konsepnya sama sih, antena yang terbuat dari alat dapur, tapi kira-kira cocok tidak ya terjemahannya? FMecha (bicara|kontribusi) 21 April 2019 12.43 (UTC)[balas]

Artikel yang sepertinya penuh neologisme. Apakah ada sumber penggunaan istilah Wajanbolic "e-goen" yang tepercaya? Lalu, apakah yang dimaksud RT/RW-Net? -- Adiputra बिचर -- 21 April 2019 13.44 (UTC)[balas]
(maaf telat respon) E-goen itu kayaknya username pengembangnya. Dulu di beberapa majalah komputer 2000-an pernah dengar istilah RT-RW Net sih. FMecha (bicara|kontribusi) 5 Mei 2019 13.44 (UTC)[balas]

Nama uskup

sunting

Salam. Saya mau nanya soal nama uskup, karena kebanyakan nama uskup yang saya lihat di Website seperti di GigaCatholic dan Catholic-Hierarchy menggunakan nama dalam bahasa Inggrisnya. Apakah perlu kita menerjemahkannya nama tersebut juga dalam bahasa Indonesia? Contoh: Nama dari Uskup Agung Nagasaki dalam website di GigaCatholic adalah Mgr. Joseph Mitsuaki Takami. Apakah perlu kita terjemahkan namanya dalam bahasa Indonesia menjadi Mgr. Yosef Mitsuaki Takami? Sama seperti nama para Paus, dalam WPEN dan juga GigaCatholic tertulis Pope Francist dan dalam WBI tertera Paus Fransiskus. Apakah nama para uskup Katolik juga diperlakukan seperti demikian? Aviel Dase (Kirim Pesan) 23 April 2019 18.57 (WITA)

Menimbang penerjemahan nama baptis yang ada di Ucanews dan Hidup Katolik, kayaknya memang nama baptis uskup perlu diterjemahkan (Joseph jadi Yosef). Cuma yang membuat saya agak mengganjal ya penamaan buat "Jean-Baptiste (Juan-Batista, John the Baptist) Brondel", mungkin cocoknya dipertahankan saja soalnya agak aneh kalo nanti diterjemahkan jadi "Yohanes Pembaptis Brondel" --Glorious Engine (bicara) 23 April 2019 23.58 (UTC)[balas]
@Glorious Engine: Alangkah baiknya untuk nama baptis uskup diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, terkhusus untuk nama "Jean-Baptistte" dan "Juan-Batista" lebih baik dipertahankan dalam bahasanya masing-masing (Prancis dan Spanyol) karena saya sendiri masih perlu mencari nama yang sepadan dengan itu. Bagaimana pendapatnya bung? Aviel Dase (Kirim Pesan) 24 April 2019 15.22 (WITA)
@Glorious Engine: Setelah saya pikir, alangkah baiknya nama "Jean-Baptistte" dan "Juan-Batista" dipertahankan sebagaimana mestinya, karena ada beberapa nama Santo dan Santa Katolik pun namanya tetap dipertahankan sesuai bahasanya dan ada juga nama Santo dan Santa yang diterjemahkan ke Indonesia. Aviel Dase (Kirim Pesan) 24 April 2019 15.26 (WITA)
Ya silahkan saja. Lagipula juga masak uskup Jepang di tempat asalnya pake nama baptis Inggris kan enggak. Oh ya, pertimbangkan juga masalah tradisinya, saya pernah menerjemahkan Kirill dari Moskwa jadi "Kirilos dari Moskwa" cuma biar dipadankan dengan Paus Kirilos dari Gereja Koptik, padahal sebutan dari tradisinya (Rusia) adalah "Kirill". Kalo di Gereja Barat pake padanan "Sirilus". Kalo masalah nama Santo/Santa sebaiknya cari padanan yang telah digunakan oleh situs-situs Katolik. Contohnya Katakombe atau Hidup Katolik. --Glorious Engine (bicara) 24 April 2019 07.31 (UTC)[balas]
@Glorious Engine: Untuk saat ini, saya fokus ke Keuskupan di Gereja Barat dulu mas   (Gereja Katolik Ritus Latin, Gereja Lutheran, Gereja Anglikan, dan Gereja Episkopalian). Untuk Gereja Timur (Gereja Katolik Ritus Timur dan Gereja Ortodoks), sudah ada beberapa yang saya kembangkan tapi belum semuanya. Terima kasih juga sudah diingatkan untuk penyebutan nama sesuai tradisi gereja  . Aviel Dase (Kirim Pesan) 24 April 2019 15.40 (WITA)
Halo. Sepertinya cukup mengganjal jika misal Justin Welby menjadi "Yustinus Welby" atau misal Timothy M. Dolan menjadi "Timotius M. Dolan". Saya rasa perlu ada kriteria lain yang lebih cocok. Salam. Albertus Aditya (bicara) 24 April 2019 11.19 (UTC)[balas]

Pemakaian istilah "Timotius Dolan" juga dipake kok dalam sumber-sumber Indonesia:

--Glorious Engine (bicara) 24 April 2019 12.11 (UTC)[balas]

@Albertus Aditya: Nama uskup yang diterjemahkan maksud saya itu nama uskup Gereja Katolik, sedangkan Justin Welby adalah seorang uskup agung dari Gereja Anglikan yang dimana untuk Gereja Anglikan, Gereja Episkopalian, dan Gereja Lutheran namanya tidak diterjemahkan karena berbeda dengan uskup-uskup dari Gereja Katolik. Sekian. Aviel Dase (Kirim Pesan) 24 April 2019 21.17 (WITA)
Halo. Saya rasa referensi yang digunakan tidak untuk referensi penggunaan judul artikel (nama tokoh), walaupun tetap dapat dipakai sebagai referensi dalam kaitan dengan hal yang dikerjakan oleh tokoh ybs. Terkait juga dengan Uskup Anglikan, saya rasa apapun hasilnya dapat digunakan pula untuk Uskup dalam denominasi lain. Kita juga punya Wikipedia:Pedoman penamaan/Tokoh, yang berlaku (pula) untuk orang lain yang menggunakan nama baptis. Mungkin perlu sedikit penyegaran bahwa nama baptis berbeda dengan nama regnal yang (justru mungkin) memerlukan diskusi lebih lanjut. Salam. Albertus Aditya (bicara) 25 April 2019 01.16 (UTC)[balas]
@Albertus Aditya: Lalu bagaimana dengan nama dari Uskup Agung Nagasaki dalam website di GigaCatholic adalah Mgr. Joseph Mitsuaki Takami? Disitu memakai nama "Joseph" yang dimana itu dari bahasa Inggris. Sangat aneh untuk nama uskup yang bukan dari negara English Speaker menggunakan nama dalam bahasa Inggris. Satu-satunya cara adalah menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia atau menggunakan bahasa asal uskup tersebut atau menggunakan nama dalam bahasa di mana uskup tersebut bertahta. Saya rasa untuk nama uskup dari Gereja Anglikan, Gereja Lutheran, dan Gereja Episkopal tidak perlu diubah karena menggunakan nama bahasa asal uskup tersebut. Seperti nama uskup Anglikan yang pasti memiliki nama bahasa Inggris pastinya namanya tetap dalam bahasa Inggris. Sedangkan untuk uskup Lutheran seperti uskup dari Gereja Denmark itu namanya tidak perlu diterjemahkan, tapi dibiarkan dalam nama bahasa setempatnya (bahasa Denmark). Saya rasa untuk uskup dari Gereja Katolik perlu diterjemahkan karena nama yang tertera adalah nama bahasa Inggris sedangkan uskup tersebut bukan dari negara English Speaker. Sekian. Aviel Dase (Kirim Pesan) 25 April 2019 09.34 (WITA)
Halo. Bisa dilihat di wikidata:Q1707648, bahwa beberapa entri pada Wikipedia bahasa lainnya menggunakan "Joseph" juga dalam spesifik kasus ini. Jikapun saya boleh memilih, saya lebih memilih "Jozefu Takami Mitsuaki" (lihat de.wp) dengan dasar nama lahirnya, walau (mungkin) ini juga tidak terlalu sesuai pedoman. Namun jika melihat ke pedoman, untuk tokoh Jepang "digunakan alih aksara Hepburn untuk alih aksara bahasa Jepang ke huruf Latin". Jika dibandingkan dengan nama Paus Fransiskus atau pendahulunya, kembali lagi bahwa nama tersebut adalah nama regnal. Misal untuk Paus Fransiskus, bagaimana menerjemahkan "Jorge Mario Bergoglio"? Saya coba colek juga Mimihitam (bicara) dan Bennylin (bicara  jika mungkin dapat memberi pendapat juga. Salam. Albertus Aditya (bicara) 25 April 2019 04.18 (UTC)[balas]
Yang saya maksud bukan seperti itu mas. Mas sepertinya tidak paham dengan apa yang saya maksudkan. Aviel Dase (Kirim Pesan) 26 April 2019 09.43 (WITA)
Jika demikian, bisa dijelaskan maksudnya seperti apa? Albertus Aditya (bicara) 26 April 2019 09.11 (UTC)[balas]
Saya mengundang Aviel Dase untuk menjelaskan pada poin mana dari pernyataan saya yang mengesankan bahwa saya tidak paham yang didiskusikan. Jika yang dimaksud adalah pendapat yang berbeda (dari yang Anda jelaskan sebelumnya), saya memang mungkin memiliki pandangan yang berbeda. Saya merasa bahwa saya cukup paham apa yang Anda pikirkan dan ingin disampaikan, namun demikian saya tidak sependapat dalam kasus, secara spesifik, uskup Jepang tersebut sebagaimana dituliskan pada awal diskusi. Salam. Albertus Aditya (bicara) 27 April 2019 14.11 (UTC)[balas]

@Albertus Aditya: Oke akan saya jelaskan:

  • Nama uskup yang saya maksudkan adalah nama uskup Gereja Katolik, nama uskup dari gereja lain seperti Gereja Anglikan, Gereja Lutheran, dan Gereja Episkopalian menyesuaikan bahasa setempat.
  • Yang diterjemahkan adalah nama yang mengandung unsur bahasa Inggris dari nama uskup yang berasal dari negara bukan English Speaker, nama yang saya maksud itu seperti Andrew, Joseph, Anthony, Paul, dan sebagainya. Karena sangat tidak mungkin seorang uskup memiliki nama berbahasa Inggris yang bukan dari negara English Speaker.
  • Untuk nama yang bukan berbahasa Inggris, seperti Jean, Juan, dan sebagainya itu menyesuaikan.
  • Nama uskup dari Gereja Katolik Timur itu menyesuaikan sesuai atau berdasarkan tradisi dari masing-masing Gereja sui iuris.

Saya rasa ini sudah cukup jelas, dan ini merupakan pengulangan penjelasan yang sudah saya jabarkan di atas. Sekian. Aviel Dase (Kirim Pesan) 28 April 2019 10.29 (WITA)

Ngomong-ngomong kalo boleh tau, Paus memakai sebutan nama uskup dari bahasa apa pada surat (misalnya) penunjukkan uskup baru ? Latin ? Italia ? Inggris ? Bahasa regional dari uskup tersebut ? Kalo gitu jadinya berarti Wiki Inggris itu juga menyadur nama uskup tersebut donk. --Glorious Engine (bicara) 28 April 2019 06.02 (UTC)[balas]

@Glorious Engine: Paus menggunakan Bahasa Latin Gerejawi karena itu bahasa umum dalam Gereja Katolik. Nama uskup yang ditunjuk itu diubah menjadi nama versi latinnya, contohnya adalah ketika Uskup Agung Manila, Luis Antonio G. Tagle, ditunjuk menjadi Uskup Agung Manila dalam Surat Apostolik, di dalam surat tersebut namanya tidak ditulis Luis Antonio G. Tagle tapi diubah dalam bahasa Latin menjadi Aloisio Antonio G. Tagle. Bisa diperhatikan bahwa namanya Luis diubah menjadi bahasa Latin menjadi Aloisio, sedangkan nama lainnya tetap dipertahankan. Aviel Dase (Kirim Pesan) 28 April 2019 16.10 (WITA)

Halo. Setelah berpikir-pikir ulang, saya rasa dapat saja diterjemahkan demikian. Sebagai catatan, sebagai hasil diskusi ini, semua orang yang memiliki nama baptis (terlepas apapun profesinya) dan bukan dari negara English speaker berarti diterjemahkan ya. Tetapi, ini harus sangat hati-hati juga, misal seseorang tokoh yang lahir sebagai campuran orang negara berbahasa Inggris dengan negara yang tidak berbahasa Inggris (misal Amerika-Jepang) lalu memberi nama dengan kata-kata berbahasa Inggris, maka seharusnya tetap dipertahankan. Kepada Glorious Engine saya harap artikel Timotius Michael Dolan dikembalikan ke Timothy Michael Dolan, karena beliau berasal dari Amerika Serikat yang notabene negara berbahasa Inggris. Salam. Albertus Aditya (bicara) 28 April 2019 09.24 (UTC)[balas]