Tirotoksikosis adalah lintasan metabolisme toksisitas yang dipicu oleh simtoma tingginya rasio plasma hormon tiroid di dalam tubuh, simtoma ini seperti yang terjadi pada patogenesis hipertiroidisme.[1] Toksisitas yang terjadi merupakan kombinasi antara hiperglisemia, peningkatan sintesis glukosa, terutama pada lintasan glukoneogenesis, dan menginduksi resistansi insulin di dalam hati,[2] serta hiperkalsemia[3] seperti yang terjadi pada hipertiroidisme.[4] Modulasi tirotoksikosis dan hiperkalsemia lamban laun akan memicu peningkatan serum hormon paratiroid yang disebut simtoma hiperparatiroidisme.[5] Simtoma hiperparatiroidisme akan menginduksi ekskresi magnesium berlebih melalui urin dan memicu simtoma hipomagnesemia.[6]

Tirotoksikosis dipicu oleh hormon hCG berlebih hasil sekresi sel tumor trofoblastik, atau sekresi oleh plasenta pada masa kehamilan,[7] oleh karena hormon hCG memiliki sifat tirotrofik selain gonadotrofik, sehingga dapat berfungsi layaknya hormon TSH. Lintasan glukoneogenesis yang dipicu hCG pada masa kehamilan diduga menimbulkan diabetes gestasional.

Tirotoksikosis faksitia

sunting

Ketika rasio plasma hormon tiroid dosis suprafisiologis, umumnya sebagai akibat dari asupan dosis hormon dari luar yang berlebihan, simtoma yang terjadi lebih disebut sebagai faksitia daripada toritoksikosis saja. Asupan hormon tiroid yang berlebih tersebut akan menekan sekresi TSH.[8]

Di Amerika Serikat telah terjadi dua kali epidemi tirotoksikosis yang disebabkan oleh asupan kelenjar tiroid sapi yang terdapat di dalam hamburger. Setelah dua epidemi yang terjadi pada tahun 1951 dan 1952, Departemen Pertanian Amerika Serikat melarang penggunaan kelenjar tiroid sapi pada masakan. Hormon tiroid juga digunakan sebagai asupan pada terapi untuk menurunkan berat tubuh, penggunaan yang berlebih dapat menimbulkan keracunan yang sama.[9]

Rujukan

sunting
  1. ^ (Inggris) "thyrotoxicosis". The American Heritage® Medical Dictionary. Diakses tanggal 2010-10-30. 
  2. ^ (Inggris) "Thyroid hormone modulates glucose production via a sympathetic pathway from the hypothalamic paraventricular nucleus to the liver". Department of Endocrinology and Metabolism, Department of Clinical Chemistry, Laboratory of Endocrinology, Academic Medical Center, University of Amsterdam,The Netherlands, Netherlands Institute for Neuroscience; Lars P. Klieverik, Sarah F. Janssen, Annelieke van Riel, Ewout Foppen,ab Peter H. Bisschop, Mireille J. Serlie, Anita Boelen, Mariëtte T. Ackermans, Hans P. Sauerwein, Eric Fliers, dan Andries Kalsbeek. Diakses tanggal 2010-10-30. 
  3. ^ (Inggris) "An unusual cause of hypercalcemia". Department of Medicine and Therapeutics, Prince of Wales Hospital, The Chinese University of Hong Kong; Chow KM, Szeto CC. Diakses tanggal 2010-10-31. 
  4. ^ (Inggris) "Hyperthyroidism manifested as hypercalcemia". Department of Radiology, University of Missouri Hospital and Clinics; Alikhan Z, Singh A. Diakses tanggal 2010-10-31. 
  5. ^ (Inggris) "Hypercalcemia in thyrotoxicosis". Maxon HR, Apple DJ, Goldsmith RE. Diakses tanggal 2010-10-31. 
  6. ^ (Inggris) "Riedel's Thyroiditis and Retroperitoneal Fibrosis" (PDF). Middlesex Hospital; R Tuiner-Warwick DM MCh, J D N Nabarro MD FRCP, D. Doniach MD MRCP. Diakses tanggal 2010-12-01. 
  7. ^ (Inggris) "THYROTOXICOSIS DUE TO PREGNANCY AND TROPHOBLASTIC DISEASE". Thyroid Disease Manager. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-08-26. Diakses tanggal 2010-10-31. 
  8. ^ (Inggris) "THYROTOXICOSIS FACTITIA". Thyroid Disease Manager. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-08-12. Diakses tanggal 2010-10-30. 
  9. ^ (Inggris) "A case of thyroid storm due to thyrotoxicosis factitia". Department of Internal Medicine, Yongdong Severance Hospital, Yonsei University College of Medicine; Yoon SJ, Kim DM, Kim JU, Kim KW, Ahn CW, Cha BS, Lim SK, Kim KR, Lee HC, Huh KB. Diakses tanggal 2010-10-31.