Pelabuhan Tanjung Emas

pelabuhan di Indonesia
(Dialihkan dari Tanjung Mas)

Pelabuhan Tanjung Emas (bahasa Jawa: ꦥꦼꦭꦧꦸꦲꦤ꧀ꦠꦚ꧀ꦗꦸꦁꦌꦩꦱ꧀) adalah sebuah pelabuhan di Semarang, Jawa Tengah. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan laut di Semarang yang terletak sekitar 5 km dari Tugu Muda di pusat kota. Pelabuhan ini dibangun pada abad ke-19 oleh pemerintah kolonial Belanda, untuk mengekspor gula dan berbagai produk pertanian yang berasal dari daerah pedalaman di Jawa Tengah, menggantikan pelabuhan pra-kolonial yang mengalami pendangkalan. Pelabuhan ini telah dioperasikan oleh Pelindo sejak tahun 1985.

Pelabuhan Tanjung Emas
Pemandangan dari udara
Peta
Lokasi di Semarang
Lokasi
NegaraIndonesia Indonesia
LokasiSemarang, Jawa Tengah
Koordinat6°56′57″S 110°25′30″E / 6.949287°S 110.424993°E / -6.949287; 110.424993
Detail
Mulai beroperasi23 November 1985[1]
OperatorPT Pelabuhan Indonesia (Persero)
Tempat berlabuh7
Statistik
Situs web
tgemas.co.id

Sejarah

sunting

Menurut catatan sejarah, pelabuhan ini telah berkembang sejak abad ke-16. Dahulu Pelabuhan Semarang berada di bukit Simongan, daerah tersebut sekarang dikenal dengan nama Gedong Batu (tempat berdirinya Kelenteng Sam Poo Kong).

Secara geologis, lokasi pelabuhan kuno Semarang kurang menguntungkan. Banyaknya pasir dan endapan lumpur yang terus menerus, menyebabkan sungai yang menghubungkan kota dengan pelabuhan tidak dapat dilayari. Bahkan di muara sungai terbentuk dataran pasir yang sangat menghambat pelayaran dari dan ke kota. Untuk mengatasi kondisi geologis yang tidak menguntungkan bagi kapal-kapal besar pada tahun 1868, beberapa perusahaan dagang melakukan pengerukan lumpur pertama. Selanjutnya, sebuah kanal pelabuhan baru dibuat, bernama Nieuwe Havenkanaal, atau Kali Baroe, pada tahun 1872. Melalui kanal ini, kapal-kapal dapat berlayar ke pusat kota untuk menurunkan dan menaikkan barang.[2]

Setelah pembangunan terusan baru, banyak kapal dari luar negeri, baik kapal uap maupun kapal layar, tiba di pelabuhan Semarang. Selama tahun 1910, tercatat 985 kapal uap dan 38 kapal layar berlabuh di Semarang. Kapal-kapal tersebut berasal dari berbagai negara: Inggris, Belanda, Hindia Belanda, Jerman, Denmark, Jepang, Austria, Swedia, Norwegia, dan Perancis. Sebuah mercusuar di pelabuhan ini, yang dikenal dengan nama Willem 3, telah aktif sejak tahun 1884, sebagai satu-satunya mercusuar di Jawa Tengah.

Pelabuhan Semarang dikembangkan untuk menjadikan kota ini sebagai kota pelabuhan dan mengekspor komoditas dari Jawa. Meskipun ada penambahan fasilitas pelabuhan, Pelabuhan Semarang masih sempit. Pada saat itu, kapal yang dapat berlabuh di Dermaga Nusantara maksimal adalah kapal dengan draft 5 meter atau berbobot ± 3.500 Ton. Kapal dengan draft lebih besar dari 5 meter masih harus berlabuh di luar pelabuhan, atau di lepas pantai yang berjarak ± 3 mil dari dermaga. Oleh karena itu, pelabuhan ini dikenal dengan nama Pelabuhan REDE. Sejak tahun 1970, arus kapal dan barang yang melalui pelabuhan ini cenderung meningkat setiap tahunnya. Menurut data dari tahun 1970 hingga 1983 arus barang rata-rata setiap tahun meningkat 10%. Mengingat fasilitas pelabuhan yang terbatas - kedalaman dan lebar petak/kolam yang kurang memadai untuk keluar masuknya kapal laut - maka Pemerintah memutuskan untuk mengembangkan Pelabuhan tersebut.[3]

Pengembangan

sunting

Pada tahun 2017, Pelindo III mengumumkan rencana reklamasi lahan seluas 22 hektar yang diperkirakan akan selesai pada tahun 2018 sebagai tahap pertama pengembangan pelabuhan. Fasilitas pendukung pelabuhan, seperti tangki timbun, dermaga, gudang, dan lapangan penumpukan, akan dibangun sebagai bagian dari pengembangan tersebut. Tahap kedua reklamasi akan mencakup 82 hektar.[4]

Fasilitas

sunting

Pelabuhan ini memiliki fasilitas antara lain:

  1. Pemecah gelombang
  2. Alur pelayaran
  3. Kolam pelabuhan
  4. Dermaga
  5. Fender
  6. Gudang
  7. Terminal seluas 3000 m²

Fasilitas dermaga pada pelabuhan ini:

  1. Dermaga Nusantara
  2. Pelabuhan Dalam II
  3. Dermaga Gd. VII
  4. DUKS PLTU
  5. DUKS Pertamina
  6. DUKS BEST
  7. DUKS Sriboga

Pelabuhan Tanjung Emas juga didukung dengan peralatan:

  1. Kapal Tunda
  2. Kapal Pandu
  3. Kapal Kepil
  4. Gudang
  5. Lapangan Penumpukan dan alat bongkar muat
  6. Pelayanan kapal, barang, terminal, tanah, bangunan, air dan listrik

Kecelakaan

sunting

Pada bulan Juli 2019, sebuah kapal kargo besar menabrak beberapa crane dan crane tersebut menimpa peralatan lainnya, tetapi tidak ada korban jiwa.[5]

Galeri

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Santoso, Agus (2015). Naskah Sumber Arsip Presiden RI  : Soeharto. Arsip Nasional Republik Indonesia. hlm. 50. [pranala nonaktif permanen]
  2. ^ "Ensiklopedia Semarang Tempo Dulu". 24 July 2017. 
  3. ^ "Pelabuhan Tanjung Emas". 24 July 2017. 
  4. ^ "Port operator to implement reclamation at Tanjung Emas Port". The Jakarta Post. Diakses tanggal 15 July 2019. 
  5. ^ "Watch: Container Ship Crashes into Gantry Cranes at Semarang Port, Indonesia". 15 July 2019.