Saron
Saron (bahasa Jawa: ꦱꦫꦺꦴꦤ꧀) adalah alat musik gamelan yang berupa bilah-bilah logam yang diletakkan di atas wadah kayu berongga, jumlah bilahnya sebanyak nada pokok tangga nada, antara 6 hingga 7 bilah (ada yang hingga 9 bilah). Saron dengan nada terendah disebut demung atau saron panembung, yang memiliki satu oktaf lebih rendah daripada saron barung. Tabuh saron biasanya terbuat dari kayu, dengan bentuk seperti palu,[1] yang dikenal sebagai gandhen.[2][3]
Alat musik perkusi | |
---|---|
Klasifikasi | Idiofon |
Hornbostel–Sachs | 111.222 (Metalofon pelat) |
Pencipta | Orang Jawa |
Alat musik terkait | |
Saron demung, saron peking, gendèr |
Termasuk dalam keluarga gamelan keras, saron berasal dari kata sero/seru ("keras"). Orang Jawa memiliki filosofi di balik saron yaitu "selalu lantang dalam menyuarakan kebenaran".[4]
Teknik memainkan
suntingSaron berfungsi sebagai alat musik balungan (melodi utama).[1] Cara menabuhnya ada yang biasa sesuai nada maupun imbal (bergantian).[5] Cepat lambatnya dan keras lemahnya penabuhan tergantung pada perintah dari kendang dan jenis gendhingnya. Pada gendhing soran seperti Gangsaran misalnya, alat musik ditabuh dengan keras dan cepat. Pada gendhing gati yang bernuansa militer, alat musik ditabuh lambat tetapi keras agar tetap terdengar bersama dengan trompet dan trombon.[2]
Dalam memainkan saron, tangan kanan memukul wilahan atau lembaran logam dengan tabuh, lalu tangan kiri menekan wilahan yang dipukul sebelumnya untuk menghilangkan dengungan yang tersisa dari pemukulan nada sebelumnya.[6] Teknik ini disebut memathet (memencet).[7]
Jenis
suntingTerdapat tiga jenis saron dalam gamelan yaitu saron demung, saron barung, dan saron peking.
Saron demung adalah alat musik balungan terbesar dalam gamelan.[8] Saron ini memiliki jangkauan nada terbatas dengan nada menengah. Dalam satu set gamelan terdapat satu hingga dua demung.[3] Saron barung memiliki ukuran sedang dengan oktaf lebih tinggi daripada saron demung. Dalam satu perangkat gamelan, saron barung dapat memiliki sekurang-kurangnya satu hingga dua buah.[3] Saron panerus/peking adalah alat musik balungan terkecil dalam gamelan, dengan nada tinggi. Saron peking memainkan tabuhan rangkap terhadap balungan.[8][3]
Referensi
sunting- ^ a b Brinner 1995, hlm. xix.
- ^ a b Setianto 2022, hlm. 9.
- ^ a b c d "Mengenal Alat Musik Saron dalam Gamelan Jawa dan Cara Memainkannya". www.orami.co.id. 2021-08-02. Diakses tanggal 2024-05-10.
- ^ Achmad 2017, hlm. 135.
- ^ Feinstein & Becker 1988, hlm. 20.
- ^ "Nama-Nama Alat Musik Gamelan, Fungsi, dan Cara Memainkannya". CNN Indonesia. Diakses tanggal 2024-05-10.
- ^ Raharjo & S., hlm. 18.
- ^ a b Setianto 2022, hlm. 4.
Daftar pustaka
sunting- Achmad, S.W. (2017). Filsafat Jawa : Menguak Filosofi, Laku Hidup, dan Ajaran Leluhur Jawa. Bantul: Araska Publisher. ISBN 9786023003839.
- Brinner, B. (1995). Knowing Music, Making Music: Javanese Gamelan and the Theory of Musical Competence and Interaction. Chicago: University of Chicago Press. ISBN 9780226075105.
- Feinstein, A.H.; Becker, J. (1988). Karawitan: Source Readings in Javanese Gamelan and Vocal Music, Volume 3. University of Michigan Press. hlm. 14.
- Raharjo, S. (2005). Mendaki samudera bunyi: 50 tahun Sapto Raharjo beresonansi. Pustaka Misty. ISBN 9789799978301.
- Setianto, Fachry (2022). Sesoran: Karakter Musikal Pada Garap Soran Sebagai Ide Penciptaan Komposisi Karawitan (Tesis S1). Jurusan Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. http://digilib.isi.ac.id/12353/7/Fachry%20Setianto_2022_NASKAH%20PUBLIKASI.pdf. (Naskah publikasi)