Katak pohon bergaris

(Dialihkan dari Polypedates leucomystax)

Katak-pohon bergaris adalah nama sejenis kodok yang biasa hidup di pohon. Kodok ini juga disebut dalam beberapa bahasa daerah sebagai gedindang atau cekay (Sd.), perkak (Bms.), bencok (Jw.), dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris kodok ini dikenal sebagai Striped Tree Frog, Four-lined Tree Frog, Common Tree Frog, Banana Frog dan beberapa nama lainnya. Nama ilmiahnya adalah Polypedates leucomystax.

Katak-pohon Bergaris
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Amphibia
Ordo: Anura
Famili: Rhacophoridae
Genus: Polypedates
Tschudi, 1838
Spesies:
P. leucomystax
Nama binomial
Polypedates leucomystax
(Gravenhorst, 1829).

Pemerian

sunting

Kodok yang agak ramping berukuran sedang. Panjang tubuh dari moncong ke anus (SVL, snout-to-vent length) sekitar 50 mm pada kodok jantan, dan sampai dengan 80 mm pada yang betina.

Punggung (dorsal) berkulit halus, tanpa lipatan, tonjolan atau bintil-bintil.[1] Warna sangat berubah-ubah, coklat muda kekuningan, keabu-abuan sampai pucat keputihan. Polos, berbintik gelap besar dan kecil, atau bergaris-garis memanjang. Kodok ini juga dapat berubah warna dari yang berpola agak gelap dan kontras di waktu malam, hingga pucat dan samar-samar di waktu siang.

Terdapat suatu garis atau pita gelap kehitaman sampai hitam antara hidung dengan mata, terus ke belakang melewati sisi atas timpanum (gendang telinga) sampai ke bahu. Pita hitam itu dibatasi garis tipis kuning keemasan di sebelah atasnya, terutama dari mata hingga ke bahu di atas timpanum. Garis keemasan serupa itu terdapat pula pada sibir sempit di sisi tangan, dari siku hingga ke sisi lateral (samping) jari-jari tangan; dan di sisi telapak kaki hingga sisi lateral jari-jari kaki. Sisi bawah (ventral) berbintil halus, berwarna putih sedikit keemasan.

Tangan dan paha dengan garis-garis (coreng) miring kehitaman. Jari-jari di tangan berselaput renang setengahnya atau hampir tak ada.[1] Selaput renang di kaki berwarna kehitaman, mencapai ruas jari paling ujung; kecuali pada jari keempat (yang terpanjang), hanya mencapai ruas kedua dari ujung.

Mata besar, menonjol; iris kuning keemasan. Bibir atas keemasan, bibir bawah kehitaman.

Kebiasaan dan penyebaran

sunting
 
Sarang busa di pohon bisbul

Kodok yang sering ditemukan dekat pemukiman dan hutan sekunder. Aktif terutama di malam hari, [1]kodok ini sering terdengar berbunyi keras sejak menjelang magrib. Katak-pohon bergaris memangsa aneka jenis serangga.

Pada musim kawin, banyak individu jantan (kadang-kadang hingga sekitar 10 ekor) yang berkumpul dekat kolam, parit atau genangan air lainnya. Kodok-kodok jantan ini memanjat semak-semak rendah atau pohon kecil di dekat genangan, hingga ketinggian 1 m atau lebih di atas tanah, serta bersuara sahut-menyahut dari tenggerannya itu untuk memikat kodok betina. Jika bertemu, pasangan kodok pohon ini lalu bergerak mencari posisi daun atau ranting yang menggantung di atas air untuk menempelkan telurnya.

Telur-telur itu diletakkan di sebuah sarang busa yang dilekatkan menggantung di atas genangan, pada daun, ranting, tangkai rumput, atau kadang-kadang juga pada dinding saluran air. Gelembung-gelembung busa ini akan melindungi telur dari kekeringan, hingga saatnya menetas dan kecebongnya keluar berjatuhan ke air.

Di saat musim kawin ini, beberapa kodok jantan menunjukkan sikap agresif terhadap kehadiran cahaya senter dengan menghampiri dan bertengger dekat cahaya, dan lalu bersuara. Bunyi: pro-ek.. wrok!... krot..krot..krot, mirip orang mempergesekkan giginya.

Kodok pohon ini diketahui menyebar di India, Burma, Tiongkok Selatan, Kamboja, Laos, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaya, Nikobar, Mentawai, Sumatra, Borneo, Filipina, Sulawesi, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba, hingga ke Timor.

Katak ini seringkali ditemukan bercampur dengan bangkong kolong di sekitar lingkungan rumah.

Galeri

sunting

Bahan bacaan

sunting
  • Iskandar, D.T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali. Puslitbang Biologi LIPI, Bogor.
  • Iskandar, D.T. and E. Colijn. 2000. Preliminary Checklist of Southeast Asian and New Guinean Herpetfauna. I. Amphibians. Treubia Vol 31 Part 3 (Suppl.):1-133, Dec. 2000.

Pranala luar

sunting

Rujukan

sunting
  1. ^ a b c Musthofa, Imam; Ali, Raafi Nur; Pamungkas, Kuncoro Tri (2021). Panduan Lapangan Herpetofauna (Amfibi & Reptil) di Kawasan Ekowisata Desa Jatimulyo. Yogyakarta: Masa Kini. hlm. 57. ISBN 978-623-96813-1-9.