Perubahan iklim di Arktik

Pengaruh pemanasan global di Arktik, atau perubahan iklim di Arktik termasuk kenaikan suhu, hilangnya es laut, dan pencairan lapisan es Greenland dengan anomali suhu dingin terkait, yang diamati pada beberapa tahun terakhir. Potensi pelepasan metana di suatu wilayah, terutama melalui pencairan lapisan es permafrost dan metana klarat, juga menjadi pusat perhatian. Arktik memanas dua kali lebih cepat dibandingkan bagian dunia lainnya.[1] Sinyal perubahan iklim, diperkuat dengan adanya respon dari Arktik tentang pemanasan global, hal ini sering dilihat sebagai salah satu indikator utama dari pemanasan global. Pencairan lapisan es di Greenland terkait dengan amplifikasi kutub.[2][3] Sinyal pemanasan diketahui melalui respon yang diperkuat dari Arktik terhadap pemanasan global; yang sering kali digunakan sebagai indikator utama pemanasan global. Peleburan lapisan es Greenland terkait dengan amplifikasi kutub.[4]

Gambar di atas menunjukkan suhu udara rata-rata (Oktober 2010 - September 2011) yang mencapai di atas 2 derajat Celsius (merah) atau di bawah (biru) suhu rata-rata jangka panjang (1981-2010).
Peta di atas membandingkan luas minimum es Arktik dari tahun 2012 (atas) dan 1984 (bawah). Pada tahun 1984 luas es laut mencapai rata-rata minimum dari tahun 1979 hingga tahun 2000. Batas es laut minimum pada tahun 2012, sekitar setengahnya dari rata-rata tersebut.

Peningkatan suhu

sunting

Menurut Panel Perubahan Iklim Antar-pemerintah, "pemanasan di Arktik, yang ditunjukkan dengan suhu maksimum dan minimum harian, telah sama besarnya dengan bagian lain di dunia ini." Periode 1995-2005 merupakan dasawarsa terpanas di Arktik, setidaknya di abad ke-17, dengan peningkatan suhu 2 °C (3,6 °F) di atas suhu rata-rata pada tahun 1951-1990.[5] Beberapa daerah sekitar Arktik telah memanas lebih cepat, dengan peningkatan suhu 3 hingga 4 °C (5,4 hingga 7,2 °F) di Alaska dan Kanada barat.[6] Pemanasan ini bukan hanya akibat kenaikan konsentrasi gas rumah kaca, tetapi juga disebabkan endapan jelaga di es Arktik.[7] Sebuah artikel pada tahun 2013 yang diterbitkan oleh Geophysical Research Letters telah menunjukkan bahwa suhu di wilayah ini belum setinggi saat ini, setidaknya sejak 44.000 tahun yang lalu, dan diperkirakan selama 120.000 tahun yang lalu. Para penulis menyimpulkan bahwa "peningkatan antropogenik pada gas rumah kaca telah menyebabkan pemanasan regional yang belum pernah terjadi sebelumnya."[8][9]

Amplifikasi Arktik

sunting

Kutub Bumi lebih sensitif terhadap perubahan iklim di planet ini dibandingkan di bagian planet lainnya. Dalam menghadapi pemanasan global yang sedang berlangsung, kutub memanas lebih cepat daripada garis lintang yang lebih rendah. Penyebab utama fenomena ini adalah umpan balik es albedo, di mana es mencair dan membuka lahan gelap atau bawah laut, sehingga menyerap lebih banyak sinar matahari, dan menyebabkan pemanasan.[10] Hilangnya es laut Arktik merepresentasikan titik kritis dalam pemanasan global, ketika 'pelarian' perubahan iklim dimulai, namun hal ini belum banyak diketahui. Menurut kajian pada tahun 2015, yang berdasarkan pemodelan komputer pada aerosol di atmosfer, pemanasan yang diamati di Arktik menaik hingga 0,5 derajat Celcius antara tahun 1980 dan tahun 2005; yang disebabkan penurunan aerosol di Eropa.[11]

Karbon hitam

sunting

Simpanan karbon hitam (dari sistem pembuangan mesin laut) dapat mengurangi 'albedo' ketika disimpan pada salju atau es, sehingga mempercepat efek mencairnya salju dan es laut.[12]

Berdasarkan kajian pada tahun 2015, penurunan rendah emisi karbon hitam dan gas rumah kaca lainnya, kira-kira mencapai 60 persen, dan mampu mendinginkan Arktik hingga 0,2 °C pada tahun 2050.[13]

Penurunan es laut

sunting

Es laut saat ini mengalami penurunan kawasan, luas, dan volume; yang diperkirakan akan menghilang di abad ke-21. Kawasan es laut mengacu pada luas wilayah yang tertutup es, sedangkan luas es laut adalah wilayah laut dengan sedikitnya terdapat 15% es laut, sedangkan volume es laut adalah jumlah total es di Arktik.[14]

Perubahan luas dan kawasan

sunting
 
Luas es laut pada belahan bagian utara pada tahun 1870 hingga 2009, dalam juta kilometer persegi. Warna bayangan biru mengindikasikan masa pra-satelit; dengan data yang kurang akurat. Dapat dilihat secara khusus, tingkat luas mendekati konstan terjadi di musim gugur hingga tahun 1940; yang mencerminkan kurangnya data daripada kurangnya variasi nyata.

Pengukuran tepian es laut yang bisa diandalkan dimulai dari era satelit di akhir tahun 1970-an. Sebelumnya, kawasan es laut dan luasnya dipantau dengan kombinasi kapal, pelampung dan pesawat terbang, sehingga data yang dihasilkan kurang akurat. Data menunjukkan tren negatif jangka panjang pada beberapa tahun terakhir. Hal ini berkaitan dengan pemanasan global, walaupun terdapat variasi yang cukup banyak dari tahun ke tahun. Beberapa variasi ini diperkirakan terkait akibat efek osilasi Arktik, sehingga timbulnya pemanasan global.

Luas minimum es laut Arktik di bulan September (yaitu, pada kawasan dengan minimum 15% tudung es laut) mencapai rekor baru pada tahun 2002, 2005, 2007, dan 2012.[15] Pada tahun 2007 terjadi pelelehan es, dan hanya tersisa minimal 39% di bawah nilai rata-rata pelelehan pada tahun 1979-2000; di mana Jalur Barat Laut yang terkenal benar-benar dibuka sepenuhnya untuk pertama kali. Pada tahun 2007, pelelehan mengalami peningkatan yang mengejutkan, hal ini menjadi perhatian para ilmuwan.

 
Tudung es laut pada tahun 1980 (bawah) dan 2012 (atas), yang diamati oleh sensor gelombang mikro pasif di satelit NASA Nimbus-7 dan Sensor Khusus Microwave Imager / Sounder (SKMIS) dari Program Satelit Meteorologi Pertahanan (PSMP). Es multi tahun ditampilkan dalam warna putih cerah, sementara tudung es laut rata-rata diperlihatkan dengan warna biru muda hingga putih susu. Data menunjukkan tudung es pada periode 1 November hingga 31 Januari pada tahun masing-masing.

Dari tahun 2008 hingga 2011, luas minimum es laut Arktik lebih tinggi dibandingkan tahun 2007, namun luas tersebut tidak kembali ke tingkat tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2012, rekor terendah pada tahun 2007 terdapat pada akhir bulan Agustus yang menyisakan tiga minggu di masa-masa pelelehan es; dan terus mengalami penurunan, dengan titik terbawah pada tanggal 16 September 2012 dengan luas yang tersisa 3,41 juta kilometer persegi (1,32 juta mil persegi), atau 760.000 kilometer persegi (293.000 mil persegi) di bawah titik terendah sebelumnya pada tanggal 18 September 2007; merupakan penurunan 50% dari nilai rata-rata tahun 1979-2000.[16]

Tingkat penurunan seluruh tudung es di Arktik semakin meningkat. Dari tahun 1979-1996, penurunan rata-rata per dasawarsa di seluruh tudung es mengalami penurunan sebesar 2,2% pada luas es dan 3% menurun pada kawasan es. Untuk dasawarsa yang berakhir pada tahun 2008, nilai-nilai ini meningkat hingga 10,1% dan 10,7%. Hal ini sebanding dengan tingkat penurunan di bulan September sampai September selanjutnya di sepanjang tahun es (es abadi, yang bertahan sepanjang tahun), yang rata-rata menurun 10,2% dan 11,4% per dasawarsa, untuk periode 1979-2007.

Perubahan volume

sunting
 
Variasi musiman dan penurunan jangka panjang volume es laut di Arktik yang ditentukan dengan pengukuran menggunakan pemodelan numerik.

Medan ketebalan es laut yang dipengaruhi volume dan massa es, jauh lebih sulit dipastikan nilainya dibandingkan pengukuran luas es. Pengukuran akurat hanya dapat dilakukan pada sejumlah titik. Hal ini dikarenakan variasi tebal es dan salju yang besar dan konsistensi udara dan ruang angkasa yang harus dievaluasi dengan hati-hati. Namun demikian, studi ini mendukung dugaan atas penurunan ketebalan es yang dramatis. Sementara kawasan es di Arktik menunjukkan penurunan yang signifikan; volume es Arktik menunjukkan penurunan yang lebih tinggi dibandingkan penurunan tudung es-nya. Sejak tahun 1979, volume es telah menyusut hingga 80% dan hanya dalam dasawarsa terakhir volume es menurun hingga 36% di musim gugur dan 9% di musim dingin.[17]

Berakhirnya es laut musim panas?

sunting

Laporan Evaluasi IPCC Keempat pada tahun 2007 merangkum proyeksi eskalasi laut saat ini: "pengurangan yang diproyeksikan [pada lapisan es laut global] yang dipercepat di Arktik, di mana beberapa model memproyeksikan tudung es laut musim panas menghilang seluruhnya dalam skenario emisi tinggi A2 di bagian akhir abad ke-21."[18] Namun, saat ini model iklim sering meremehkan laju mundur es laut.[19] Arktik yang terbebas dari es di musim panas belum pernah terjadi sebelumnya, dalam sejarah geologi baru-baru ini. Hal ini disebabkan karena belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan laut kutub yang terbebas dari es dalam 700.000 tahun terakhir.[20][21]

Samudra Arktik kemungkinan akan terbebas dari es laut musim panas sebelum tahun 2100, namun banyak yang telah memproyeksikannya dengan waktu yang berbeda-beda. Salah satu studi memperkirakan hal ini terjadi pada tahun 2060-2080,[22] yang lainnya pada tahun 2030,[23][24] juga, pada tahun 2016.[25][26] Sebuah studi pada tahun 2013 menunjukkan bahwa perpanjangan tren lelehan es ke depan, dapat memprediksi Arktik yang bebas es di musim panas di awal tahun 2020.[27][28]

Catatan kaki

sunting
  1. ^ "ScienceShot: Arctic Warming Twice as Fast as Rest of World". AAAS. 2013. 
  2. ^ Pranala kajian pada tahun 2015 tentang mencairnya es di Greenland menyebabkan laju pemanasan Arktik lebih cepat 9 June 2016 University of Georgia
  3. ^ "Arctic cut-off high drives the poleward shift of a new Greenland melting record". Nature Communications. 7: 11723. doi:10.1038/ncomms11723. 
  4. ^ "Amplification of Arctic warming by past airpollution reductions in Europe". Nature. 2016. doi:10.1038/NGEO2673. 
  5. ^ Przybylak, Rajmund (2007). "Recent air-temperature changes in the Arctic" (PDF). Annals of Glaciology. 46: 316–324. doi:10.3189/172756407782871666. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2007-09-28. Diakses tanggal 2017-11-15. 
  6. ^ Arctic Climate Impact Assessment (2004): Arctic Climate Impact Assessment. Cambridge University Press, ISBN 0-521-61778-2, siehe online Diarsipkan 2013-06-28 di Wayback Machine.
  7. ^ Quinn, P.K., T. S. Bates, E. Baum et al. (2007): Short-lived pollutants in the Arctic: their climate impact and possible mitigation strategies, dalam: Atmospheric Chemistry and Physics, Vol. 7, S. 15669–15692, siehe online
  8. ^ Arctic Temperatures Highest in at Least 44,000 Years, Livescience, 24 October 2013
  9. ^ Miller, G. H.; Lehman, S. J.; Refsnider, K. A.; Southon, J. R.; Zhong, Y. (2013). "Unprecedented recent summer warmth in Arctic Canada". Geophysical Research Letters. 40 (21): 5745–5751. doi:10.1002/2013GL057188. 
  10. ^ Cecilia Bitz (2006): Polar Amplification, dalam: RealClimate.org
  11. ^ "How cleaner air could actually make global warming worse". Washington Post. 2015. 
  12. ^ Dokumentasi Seablind menyebutkan bahwa pembakaran bahan bakar oleh bunker kapal berkontribusi terhadap endapan karbon hitam di salju dan es di Arktik.
  13. ^ "The Race to Understand Black Carbon's Climate Impact". ClimateCentral. 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-22. Diakses tanggal 2017-11-15. 
  14. ^ "Daily Updated Time series of Arctic sea ice area and extent derived from SSMI data provided by NERSC". Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 September 2013. Diakses tanggal 14 September 2013. 
  15. ^ "Record Arctic sea ice minimum confirmed by NSIDC". Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 July 2013. 
  16. ^ Catatan es laut Arktik minimum yang dikonfirmasi oleh NSIDC
  17. ^ Masters, Jeff (19 February 2013). "Arctic sea ice volume now one-fifth its 1979 level". weather underground. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 December 2013. Diakses tanggal 14 September 2013. 
  18. ^ Meehl, G.A.; et al. (2007). Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change, Chapter 10 (PDF). New York: Cambridge University Press. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-03-10. Diakses tanggal 2017-11-15. 
  19. ^ Stroeve, J.; Holland, M. M.; Meier, W.; Scambos, T.; Serreze, M. (2007). "Arctic sea ice decline: Faster than forecast". Geophysical Research Letters. 34 (9): L09501. Bibcode:2007GeoRL..3409501S. doi:10.1029/2007GL029703. 
  20. ^ Overpeck, Jonathan T.; Sturm, Matthew; Francis, Jennifer A.; et al. (23 August 2005). "Arctic System on Trajectory to New, Seasonally Ice-Free State" (PDF). Eos, Transactions, American Geophysical Union. 86 (34): 309–316. Bibcode:2005EOSTr..86..309O. doi:10.1029/2005EO340001. Diakses tanggal 24 December 2007. 
  21. ^ Butt, F. A.; H. Drange; A. Elverhoi; O. H. Ottera; A. Solheim (2002). "The Sensitivity of the North Atlantic Arctic Climate System to Isostatic Elevation Changes, Freshwater and Solar Forcings" (PDF). 21 (14–15). Quaternary Science Reviews: 1643–1660. OCLC 108566094. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 10 September 2008. 
  22. ^ Boé, J.; Hall, A.; Qu, X. (2009). "September sea-ice cover in the Arctic Ocean projected to vanish by 2100". Nature Geoscience. 2 (5): 341–343. Bibcode:2009NatGe...2..341B. doi:10.1038/ngeo467. 
  23. ^ Roach, John (15 October 2009). "Arctic Largely Ice Free in Summer Within Ten Years?". National Geographic News. Diakses tanggal 2 October 2010. 
  24. ^ Richard A. Kerr (28 September 2012). "Ice-Free Arctic Sea May be Years, Not Decades, Away". Science. 337: 1591. Bibcode:2012Sci...337.1591K. doi:10.1126/science.337.6102.1591. 
  25. ^ "Arctic Sea Ice May Disappear Within 4 Years, According To One Of The World's Leading Sea Ice Researchers – PlanetSave". 21 September 2012. 
  26. ^ Amos, Jonathan (8 April 2011). "New warning on Arctic sea ice melt". BBC News Online. 
  27. ^ "When will the summer Arctic be nearly sea ice free?". Geophysical Research Letters. 40: 2097–2101. doi:10.1002/grl.50316. 
  28. ^ "Arctic summers may be ice free sooner than predicted". USA Today. 

Bacaan lanjut

sunting

Pranala luar

sunting