Pertempuran Pulau Hansan


Pertempuran Pulau Hansan, juga dikenal sebagai Pertempuran Hansando, adalah sebuah pertempuran laut yang terjadi pada tanggal 8 Juli 1592, di dekat pulau Korea bernama Hansan. Laksamana Korea Yi Sun-sin menghancurkan sedikitnya 47 kapal Jepang, merebut 12 kapal. Pertempuran ini juga merupakan yang pertama dalam Kampanye militer kelautan Laksamana Yi ke-3. Pertempuran ini, salah satu dari tiga pertempuran besar yang dimenangkan oleh Joseon selama "Imjin Waeran" (Invasi Jepang pada tahun Imjin), memiliki makna besar, karena pasukan Joseon sekarang mendominasi laut selatan. Setelah Hansan-do, Toyotomi Hideyoshi memerintahkan angkatan laut Jepang untuk menghindari pertempuran langsung dengan angkatan laut Joseon dan sebaliknya menempatkannya sendiri dalam benteng di sepanjang pantai untuk mempertahankan daratan dan laut penting.[6][7]

Pertempuran Pulau Hansan
Bagian dari Perang Imjin

Pertempuran Pulau Hansan
Tanggal8 Juli 1592
LokasiPantai timur Pulau Hansan
Hasil Kemenangan menentukan bagi Korea
Pihak terlibat
Armada Toyotomi Hideyoshi Angkatan laut Joseon
Tokoh dan pemimpin
Wakizaka Yasuharu Yi Sun-sin
Won Kyun
Yi Eok Ki
Kekuatan
73 kapal (Diari Yi Sun Shin),[1] (Laporan kemiliteran Yi yang dipublikasi oleh Gubernur Jenderal Korea berkebangsaan Jepang)[2][3] 56 kapal
Korban

66 kapal hancur. (Diari Yi Sun Shin),[1] (Laporan kemiliteran Yi yang dipublikasi oleh Gubernur Jenderal Korea berkebangsaan Jepang),[2][3](Sejarawan Amerika)[4][5]

9000 prajurit tewas (Sejarawan Amerika)[4][5]

Tidak ada kapal yang hilang

19 tewas dan 400 terluka. (Diari Yi Sun Shin),[1](Sejarawan Amerika),[4][5](Yi's Military report published by the Japanese Governor-General of Korea)[2][3]
Pertempuran Pulau Hansan
Hangul
한산도대첩
Hanja
閑山島大捷
Alih AksaraHansan-do Daecheop
McCune–ReischauerHansan-do Taech'ŏp

Pendahuluan

sunting

Laksamana Yi Sun Shin, bersama dengan armada kecil tujuh kapal Laksamana Won Gyun, telah bertempur selama dua kampanye militer di sepanjang pantai selatan Korea. Laksamana Yi Eok Ki bergabung dengan Laksamana Yi dan Won untuk kampanye militer yang ketiga. Secara keseluruhan, armada Korea menenggelamkan lebih dari 60 kapal Jepang. Laksamana Yi dan armada Korea gabungan tidak kehilangan kapal sama sekali dan hanya menderita 11 korban tewas dan 26 luka-luka sampai saat tersebut.

Mengingat pentingnya bagi angkatan laut Jepang dalam memasok persediaan untuk tentaranya pada saat bergerak maju di sepanjang semenanjung Korea dan siap untuk menyerang Tiongkok, Toyotomi Hideyoshi membuatnya benar-benar sangat mendesak untuk komandannya bahwa situasi kelautan harus dikendalikan, aramda Korea dihancurkan dan rute pasokan melalui Laut Kuning diamankan. Komandan Jepang, Wakizaka Yasuharu, diperintahkan untuk menunggu dan menggabungkan armadanya dengan pasukan dari Kato Yoshiaki dan Kuki Yoshitaka untuk mencari dan menghancurkan armada Korea. Namun, hal ini membutuhkan beberapa waktu bagi Katō dan Kuki untuk merakit kapal mereka, sehingga Wakizaka berangkat sendiri dengan 73 kapal. Dari 73 kapal, 36 adalah atakebune multidek besar, 24 "seki bune" berukuran medium dan 13 kapal pengintai "kobaya" berukuran kecil. Armada tersebut merupakan armada elite angkatan laut Jepang.[6][7]

Sementara itu, Laksamana Yi merencanakan kampanye milter ketiga dan bekerja sama dengan Laksamana Won dan Ji Seok Ki dalam operasi gabungan dan berlatih mengatur armada mereka dalam formasi pertempuran "sayap derek". Formasi ini sering digunakan di darat, namun tidak lazim digunakan di laut. Armada gabungan tersebut memiliki total 54 panokseon dan 2 atau 3 kapal kura-kura.

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Yi Sun shin(translated by 北島万次) Nanjung Ilgi (乱中日記 : 壬辰倭乱の記錄), 平凡社 Press, Tokyo (2000)
  2. ^ a b c 李舜臣, 亂中日記草 ; 壬辰狀草, 朝鮮史編修會 編, 京城, 朝鮮總督府 昭和10 (1935)
  3. ^ a b c "Tokyo university's Library". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-10-01. 
  4. ^ a b c Samuel Hawley, The Imjin War, Royal Asiatic Society, Korea Branch ; Institute of East Asian Studies, University of California, 239p (2005)
  5. ^ a b c "the National Assembly Library of Japan". 
  6. ^ a b James B. Lewis, The East Asian War, 1592-1598 ; International relations, violence, and memory, Routledge Press, 126p (2014)
  7. ^ a b "Routledge".