Toyotomi Hideyoshi

pemimpin Jepang sejak zaman Sengoku sampai Azuchi Momoyama

Toyotomi Hideyoshi (豊臣 秀吉) (2 Februari 1536 – 18 September 1598) adalah pemimpin Jepang mulai dari zaman Sengoku sampai zaman Azuchi Momoyama.

Toyotomi Hideyoshi
2 Februari 1536 - 18 September 1598

Toyotomi Hideyoshi di usia lanjut
Zaman Sengoku - Azuchi-Momoyama
Tanggal lahir 2 Februari 1536
Tahun wafat 18 September 1598
Penggantian nama Hiyoshimaru, Kinoshita Tōkichirō,
Kinoshita Hideyoshi, Hashiba Hideyoshi, Taira no Hideyoshi,
Fujiwara no Hideyoshi
Julukan Tōkichi, Chikuzen, Taikō
Nama almarhum Kokutaiyūshōindenryōzanshunryūdaikoji
Jabatan Chikuzen no kami, San giKampaku Dajō daijin
Majikan Imagawa Yoshimoto, Oda Nobunaga, Oda Hidenobu
Klan klan Kinoshita, klan Hashiba, klan Fujiwara, klan Toyotomi
Orangtua Yaemon, ōmandokoro, Chiku Ami
Kakak adik Nisshu, Hideyoshi, Toyotomi Hidenaga, Putri Asahi
Istri Kōdaiin alias Nene (O-ne), Matsunomaru dono, Yodo dono, dan lain-lain (lihat teks)
Keturunan Hashiba Hidekatsu (anak angkat), Toyotomi Hidetsugu, Toyotomi Hidekatsu, Toyotomi Hidekatsu, Yūki Hideyasu (anak angkat), Putri Gō, Kobayakawa Hideaki (anak angkat), Toyotomi no Tsurumatsu, Toyotomi Hideyori, Chikurin-in

Biografi singkat

sunting
 
Papan permainan go berhiaskan maki-e ini disimpan di kuil Ryōgen'in (龍源院), yang terletak di kompleks Daitoku-ji, Kyoto, Jepang. Papan tersebut konon pernah digunakan oleh Toyotomi Hideyoshi dan Tokugawa Ieyasu.

Lahir sebagai anak petani di desa Nakamura, provinsi Owari (sebelah barat Prefektur Aichi), sewaktu menjadi tangan kanan daimyō Oda Nobunaga yang paling diandalkan. Setelah berhasil berdamai dengan klan Mōri di daerah Chūgoku, Hideyoshi menarik kembali pasukannya (peristiwa Penarikan Pasukan dari Chūgoku) ke Kyoto menemukan Oda Nobunaga sang majikan dibunuh oleh bawahannya Akechi Mitsuhide dalam Insiden Honnōji (本能寺の変, honnōji no hen).

Hideyoshi mewariskan kekuasaan Oda Nobunaga setelah berhasil menghabisi Akechi Mitsuhide dalam Pertempuran Yamazaki. Hideyoshi membangun Istana Osaka, tetapi mengingat latar belakangnya sebagai orang biasa, Kaisar belum bisa memberikan gelar shogun, sehingga untuk sementara Hideyoshi diberi gelar Kampaku. Pada waktu menerima jabatan Dajō daijin ( 1586), kaisar menghadiahkan nama keluarga Toyotomi. Setelah berhasil menjadi pemimpin yang mempersatukan seluruh wilayah Jepang, Toyotomi Hideyoshi mengadakan survei wilayah yang disebut Taikōkenchi (太閤検地) dan melarang orang di luar kalangan bushi untuk memiliki senjata katana. Di tengah invasi ke Korea yang disebut Perang Tujuh Tahun (文禄・慶長の役, Bunroku-keichō no eki), Toyotomi Hideyoshi tutup usia setelah mewariskan kekuasaan kepada putranya Toyotomi Hideyori yang dititipkannya kepada Tokugawa Ieyasu.

Perjalanan hidup Toyotomi Hideyoshi yang luar biasa dari anak petani sampai menjadi orang nomor satu di zaman Sengoku sering dijadikan bahan cerita yang dikisahkan secara turun temurun dan sering dilebih-lebihkan. Toyotomi Hideyoshi konon pernah membangun Istana Sunomata dalam waktu semalam, mempertaruhkan nyawa dalam Pertempuran Kanegasaki agar posisi Oda Nobunaga yang sedang terjepit maut bisa lolos melarikan diri, dan pernah menyerang Istana Takamatsu dengan banjiran air.

Perjalanan hidup

sunting

Masa kecil

sunting

Lahir di desa Nakamura sebagai anak tengah keluarga petani bernama Yaemon di provinsi Owari, Aichi-gun yang merupakan wilayah Nobunaga. Ada perbedaan pendapat soal tahun kelahiran Hideyoshi. Ada pendapat yang mengatakan Hideyoshi lahir tahun 1536, tetapi hasil penelitian yang bisa dipercaya mengatakan Hideyoshi lahir tahun 1537.

Pesuruh klan Imagawa

sunting

Pada waktu muda, Hideyoshi yang masih bernama Kinoshita Tōkichirō bekerja sebagai pesuruh yang bekerja untuk pemilik Istana Zudaji yang bernama Matsushita Naganori (alias Matsushita Takahei) dan putranya Matsushita Yukitsuna yang juga menggunakan nama alias yang sama seperti ayahnya (Matsushita Kahei). Istana Zudaji merupakan cabang Istana Hikuma yang menurut nama tempat zaman dulu ada di kota Zudaji (sekarang menjadi kota Hamamatsu), Nagakami no goori, di provinsi Tootōmi yang merupakan wilayah kekuasaan klan Īo yang merupakan bawahan dari klan Imagawa.

Setelah bekerja untuk Matsushita Yukitsuna, Hideyoshi bekerja sebagai bawahan Tokugawa Ieyasu. Pada tahun 1584, Hideyoshi menerima 1.600 koku untuk mengawasi provinsi Tamba dan provinsi Kawachi, Selanjutnya pada tahun 1584, Hideyoshi menerima 16.000 koku berikut Istana Tootōmikuno yang berdekatan dengan Istana Zudaiji.

Bawahan Nobunaga

sunting

Pada tahun 1554 Hideyoshi mulai bekerja sebagai bawahan kelas rendah untuk Oda Nobunaga. Hideyoshi bekerja antara lain sebagai kepala tukang kayu dan kepala bagian dapur di Istana Kiyosu. Hideyoshi bekerja dengan rajin dan berhasil menarik perhatian Oda Nobunaga yang terkesan dengan hasil pekerjaan Hideyoshi. Berkat prestasinya yang luar biasa, Hideyoshi menjadi sangat terkenal di kalangan pengikut Nobunaga. Nobunaga kabarnya suka menyebutnya dengan panggilan kesayangan si "monyet" atau "tikus botak," karena penampilan Hideyoshi yang kurang tampan. Pada tahun 1564, Hideyoshi menikah dengan seorang wanita bernama Nene (dikenal sebagai Kōdaiin atau O-ne).

Kisah Hideyoshi membangun Istana Sunomata dalam semalam sewaktu bertempur melawan Saitō Tatsuoki asal Mino tidak dapat dibuktikan kebenarannya karena berasal dari buku sejarah Bukōyawa (武功夜話) yang merupakan cerita karangan orang pada awal zaman Edo. Pada saat itu, Hideyoshi memimpin kelompok yang antara lain terdiri dari Takenaka Shigeharu, Hachisuka Koroku dan Maeno Nagayasu.

Pada tahun 1568, sewaktu Oda Nobunaga pergi ke ibu kota (Kyoto), Hideyoshi bekerja bersama-sama dengan Akechi Mitsuhide di Kyoto. Dalam catatan yang ditulis pada waktu itu, sudah disebut-sebut nama Hideyoshi.

Pada tahun 1570 Hideyoshi memimpin pasukan untuk memadamkan pemberontakan Asakura Yoshikage di Echizen. Pada mulanya, pasukan dapat bergerak maju tanpa ada hambatan dari musuh. Pasukan Oda Nobunaga yang sedang berbaris dalam perjalanan di sekitar Kanegasaki diserang dari belakang secara tiba-tiba oleh sekutu Nobunaga asal Ōmi utara yang bernama Azai Nagamasa.

Konon pasukan Azai dan pasukan Asakura menjepit pasukan Nobunaga dari kedua sisi sehingga pastinya nyawa Oda Nobunaga berada dalam bahaya. Hideyoshi memohon kepada Nobunaga agar diberi kesempatan untuk bertempur di posisi paling belakang (shingari), maksudnya untuk memberi perlindungan kepada pasukan Nobunaga yang sedang mundur agar bisa lolos. Peristiwa ini terkenal dengan sebutan Jalan Lolos Kanegasaki (金ヶ崎の退き口, kanegasaki nukiguchi). Atas jasa menyelamatkan nyawanya, Nobunaga memberi hadiah 30 keping emas kepada Hideyoshi yang juga berhasil selamat dalam pertempuran. Dalam sekejap Hideyoshi tampil sebagai kesatria gagah berani. Azai Nagamasa berhasil dihabisi Hideyoshi dalam pertempuran di benteng Odani

Penguasa Istana Nagahama

sunting

Azai Nagamasa tewas pada tahun 1573 dan klannya musnah, Hideyoshi ditunjuk untuk memerintah provinsi Ōmi yang menjadi teritori klan Azai. Hideyoshi menganggap perlu mengganti nama Imahama menjadi Nagahama. Hideyoshi lalu menjadi penguasa Istana Nagahama. Dari daerah Ōmi, Hideyoshi merekrut sisa-sisa pasukan Azai berikut sejumlah kesatria muda seperti Ishida Mitsunari, Katō Kiyomasa, dan Fukushima Masanori.

Pada masa itu, Hideyoshi mengganti namanya menjadi Hashiba Hideyoshi. Nama keluarga Hashiba terdiri dari dua aksara kanji yang masing-masing diambil dari nama keluarga dua asisten pribadi Nobunaga, yakni Niwa Nagahide (丹羽長秀) untuk aksara ha () dan Shibata Katsuie (柴田勝家) untuk aksara shiba ().

Pada tahun 1576, Nobunaga memerintahkan Hideyoshi untuk membantu kepala pasukan dari daerah Hokuriku bernama Shibata Katsuie yang sedang berusaha membasmi pasukan Uesugi Kenshin dari Echigō. Hideyoshi berselisih paham soal strategi pertempuran dengan Katsuie sehingga Hideyoshi memutuskan untuk menarik pasukan dan pulang begitu saja tanpa izin Nobunaga. Pasukan Katsuie akhirnya berhasil ditaklukkan Uesugi Kenshin dalam peristiwa yang disebut Pertempuran Sungai Tetori. Nobunaga sangat marah kepada Hideyoshi tetapi akhirnya Nobunaga mau mengampuni Hideyoshi.

Penaklukan daerah Chūgoku

sunting

Setelah itu, Nobunaga memerintahkan Hideyoshi untuk menaklukkan daerah Chūgoku. Pasukan maju sampai provinsi Harima, dibantu pasukan Akamatsu Norifusa, Bessho Nagaharu dan Kodera Masamoto. Pengikut Kodera Masamoto yang bernama Kodera Yoshitaka (dikenal juga sebagai Kuroda Yoshitaka) meminjamkan Istana Himeji kepada Hideyoshi sebagai markas invasi ke daerah Chūgoku.

Pada tahun 1579 Hideyoshi berhasil menaklukkan daimyo Ukita Naoie penguasa provinsi Bizen dan provinsi Mimasaka. Hideyoshi selanjutnya melakukan invasi ke provinsi Inaba untuk menyerang Istana Tottori yang dikuasai Yamana Toyokuni.

Pada tahun 1580, Bessho Nagaharu penguasa Istana Miki dari provinsi Harima menyerah akibat kehabisan perbekalan setelah mengadakan pemberontakan selama 2 tahun melawan klan Oda. Yamana Akihiro penguasa provinsi Tamba yang terkepung di dalam Istana Izushi akhirnya juga menyerah.

Pada tahun 1581, kelompok pengikut Yamana Toyokuni dari provinsi Inaba yang sedang diasingkan bergabung dengan pihak klan Mōri yang dipimpin Yoshinaga Tsuneie mengadakan pemberontakan dari Istana Tottori. Hideyoshi membeli semua bahan makanan dari daerah Tottori dan sekitarnya, serta memutuskan jalur perbekalan makanan ke dalam istana, sehingga Istana Tottori yang sedang terkepung kehabisan perbekalan dan jatuh tidak lama kemudian. Hideyoshi kemudian bertempur melawan Mōri Terumoto yang menguasai wilayah Chūgoku bagian barat.

Hideyoshi mendapat julukan "Hideyoshi si ahli menjatuhkan istana" (城攻めの名手秀吉, shirozeme no meishū hideyoshi) berkat strateginya menyulitkan perbekalan musuh sewaktu menaklukkan Istana Tottori dan Istana Miki, serta menyerang Istana Takamatsu dengan banjiran air sewaktu menginvasi wilayah Chūgoku.

Kematian Nobunaga dan Pertemuan Kiyosu

sunting

Hideyoshi sedang menyerang Istana Takamatsu dengan banjiran air pada waktu Oda Nobunaga dibunuh oleh Akechi Mitsuhide dalam Peristiwa Honnōji pada tahun 1582. Hideyoshi yang mendengar kabar kematian majikannya segera berhasil berdamai dengan pihak Mōri dengan syarat pemilik Istana Takamatsu yang bernama Shimizu Muneharu melakukan seppuku. Hideyoshi lalu menarik kembali pasukannya ke Kyoto secara besar-besaran. Peristiwa ini dikenal dengan Penarikan Pasukan dari Chūgoku (中国大返し, chūgoku ōgaeshi). Akechi Mitsuhide akhirnya berhasil dihabisi dalam Pertempuran Yamazaki.

Berkat prestasi yang luar biasa serta dukungan dari Niwa Nagahide dan Ikeda Tsuneoki, Hideyoshi mendapat kesempatan memimpin pertemuan negarawan senior yang dilangsungkan di Istana Kiyosu. Dalam pertemuan Kiyosu, Hideyoshi menentang rencana Shibata Katsuie yang mengusulkan agar Oda Nobutaka mengambil alih pimpinan klan Oda. Menurut pendapat Hideyoshi, putra Oda Nobutada yang masih kanak-kanak yang bernama Sanbōshi (selanjutnya dikenal sebagai Oda Hidenobu) merupakan pewaris pemerintahan militer Oda Nobunaga yang sah. Hideyoshi kemudian berhasil menjadi pelindung Sanbōshi.

Pertentangan dengan Shibata Katsuie

sunting

Pada tahun 1583, Hideyoshi berperang melawan Shibata Katsuie yang menentangnya secara politik. Pertempuran berlangsung sengit, tetapi akhirnya berhasil dimenangkan pasukan Hideyoshi akibat Sakuma Morimasa dari pihak Katsuie yang bertempur membabi buta dan Maeda Toshiie yang membelot dari pihak Katsuie ke pihak Hideyoshi. Katsuie kemudian hanya bisa bertahan di markas besarnya di Istana Kitanoshō yang terkepung pasukan Hideyoshi. Katsuie tidak mempunyai jalan lain kecuali melakukan seppuku. Peristiwa ini disebut Pertempuran Shizugatake. Dalam pertempuran ini peran Tujuh Satria Shizugatake (賤ヶ岳七本槍, shizugatake nana hon yari) sangat menentukan kemenangan Hideyoshi.

Konon Hideyoshi juga sudah berpikir untuk menyelamatkan nyawa istri Katsuie bernama Oichi no kata yang akhirnya memilih mati bersama suaminya. Sebelum dijadikan istri oleh Katsuie, Oichi no kata adalah janda dari Azai Nagamasa yang juga dibunuh Hideyoshi

Akibat pertempuran Shizugatake, Oda Nobutaka kehilangan pelindungnya Katsuie, dan Takigawa Kazumasa yang merupakan penentang Hideyoshi akhirnya menjadi tunduk. Nobutaka melakukan seppuku, sedangkan Kazumasa menjadi bawahan pengikut Hideyoshi.

Pertentangan dengan Tokugawa Ieyasu

sunting

Dalam Pertempuran Komaki-Nagakute pada tahun 1584, Ikeda Tsuneoki dan Mori Nagayoshi yang berada di pihak Hideyoshi sudah terbunuh oleh pihak Tokugawa, tetapi Hideyoshi berhasil berdamai dengan Oda Nobukatsu yang berada di pihak Tokugawa. Akibatnya, pasukan Tokugawa terpaksa ditarik dan putra Tokugawa yang bernama Matsudaira Hideyasu dikirim ke Hideyoshi untuk dijadikan anak angkat sebagai syarat berdamai .

Hideyoshi selanjutnya mengirim ibu kandung Hideyoshi yang bernama Ōmandokoro sebagai tawanan dan memberikan adik perempuannya Putri Asahi kepada Ieyasu untuk dijadikan istri. Hideyoshi memberi kesempatan kepada Ieyasu yang sudah menjadi pengikutnya untuk menemani pergi ke Kyoto. Ieyasu menerima penawaran dan berjanji untuk setia kepada Hideyoshi. Berdasarkan perjanjian ini, Hideyoshi secara de facto berhasil menjadi pewaris pemerintahan militer Oda Nobunaga.

Pembangunan Istana Osaka dan nama keluarga Toyotomi

sunting

Pada tahun 1583, Hideyoshi mendirikan Istana Osaka di bekas kuil Ishiyama Honganji. Ōtomo Yoshishige seorang daimyo dari Kyushu sangat terkejut dengan kemegahan Istana Osaka dan memujinya sebagai bangunan "tiada ada duanya di Jepang." Istana Osaka sebenarnya mempunyai sedikit masalah dalam soal pertahanan yang kabarnya Hideyoshi sendiri sangat prihatin. Di beberapa tempat di Istana Osaka yang menurut Sanada Nobushige mempunyai pertahanan yang lemah dibangun benteng pertahanan yang dikenal sebagai Sanada Maru. Berkat usaha Nobushige, Istana Osaka menjadi jauh lebih kuat sehingga di kemudian hari menimbulkan kerugian besar di pihak pasukan Tokugawa.

Pada tahun 1585, Hideyoshi menjadi anak angkat Konoe Sakihisa sehingga bisa mendapat gelar Kampaku dari kaisar. Tahun berikutnya (1586), Hideyoshi menerima nama keluarga Toyotomi, menjalankan tugas sebagai Daijō Daijin dan melakukan konsolidasi kekuasaan. Ada pendapat yang mengatakan Hideyoshi bermaksud melancarkan jalan ke arah terbentuknya "Keshogunan Hideyoshi" dengan mengusulkan dirinya diangkat sebagai anak angkat oleh Ashikaga Yoshiaki, tetapi ternyata usul Hideyoshi ditolak.

Invasi ke Shikoku dan Etchū

sunting

Hideyoshi setalah berhasil mengatasi Pemberontakan Ikko-ikki di provinsi Kii, segera bergerak maju menghadapi Chōsokabe Motochika yang dianggap bisa menjadi saingan karena baru saja berhasil menyatukan Shikoku. Hideyoshi meminta Motochika untuk mengembalikan 3 provinsi (Awa, Sanuki dan Iyo) ke tangan Hideyoshi, tetapi usul ini ditolak mentah-mentah oleh Motochika. Hideyoshi merasa tidak ada jalan lain kecuali menunjuk adiknya Hashiba Hidenaga sebagai panglima gabungan untuk memimpin invasi ke Shikoku.

Pasukan Toyotomi Hidenaga dan Toyotomi Hidetsugu menyerbu provinsi Awa, Ukita Hideie menyerbu provinsi Sanuki, sedangkan klan Mōri menyerbu provinsi Iyo dengan kekuatan pasukan gabungan sejumlah 100.000 prajurit. Motochika yang merasa pertempuran bakal tidak seimbang segera menyerah tanpa mau bertempur. Peristiwa ini dikenal sebagai Invasi Shikoku (四国征伐, shikoku seibatsu)

Pasukan Hideyoshi selanjutnya menghadapi perlawanan Maeda Toshiie dari provinsi Kaga, dan menaklukkan Sassa Narimasa asal provinsi Etchū. Pada tahun 1588, Sassa Narimasa diperintahkan melakukan seppuku karena dituduh salah mengurus pemerintahan provinsi Higo.

Penaklukan Kyushu

sunting

Kekuasaan Shimazu Yoshihisa di Kyushu telah menjadi begitu kuat pada saat itu, sehingga Ōtomo Yoshishige yang merasa ditindas oleh klan Shimazu meminta pertolongan Hideyoshi. Invasi ke Kyushu tidak dapat dihindari karena peringatan Hideyoshi agar Shimazu Yoshihisa menyerah ternyata tidak ditanggapi.

Pada tahun 1586, pasukan gabungan Hideyoshi yang dipimpin Sengoku Hidehisa sebagai panglima, dengan bawahan Chōsokabe Motochika dan anaknya Chōsokabe Nobuchika, Sogō Masayasu, dan Ōtomo Yoshimune mengalami kekalahan besar dalam pertempuran sungai Hetsugi melawan pasukan Shimazu Yoshihisa di provinsi Bungo. Peristiwa ini dinamakan Pertempuran sungai Hetsugi. Tewasnya Chōsokabe Nobuchika dan Sogō Masayasu dan Sengoku Hidehisa yang tidak bisa mengatur pasukan kabarnya menjadi sebab kekalahan pasukan gabungan Hideyoshi.

Pada tahun 1587, Hideyoshi bersama dengan adiknya Hidenaga berniat menuntut balas dengan memimpin sendiri invasi besar-besaran ke Kyushu dengan total pasukan mencapai 200.000 prajurit. Pasukan Shimazu akhirnya berhasil ditaklukkan dan Shimazu Yoshihisa dan Shimazu Yoshihiro terpaksa menyerah. Peristiwa ini disebut Invasi ke Kyushu (九州征伐, kyūshū seibatsu). Setelah berhasil menundukkan Shimazu yang merupakan musuh besar terakhir, Hideyoshi berhasil menjadi pemimpin yang menguasai seluruh bagian barat Jepang.

Pada tahun 1587, Hideyoshi mengeluarkan perintah Bateren Tsuhorei (バテレン追放令, bateren tsuihōrei, pengusiran misionaris Kristen) yang antara lain melarang agama Kristen dan melarang daimyo mengkristenkan pengikutnya. Tahun berikutnya (1588), Hideyoshi mengeluarkan perintah Perburuan Katana (刀狩, katanagari) yang melarang kalangan bukan samurai untuk memiliki katana.

Penaklukan Odawara

sunting

Pada tahun 1589, pengikut klan Gohōjō yang bernama Inomata Kuninori merebut Istana Nagurumi di provinsi Kōzuke yang dijaga Suzuki Shigenori yang merupakan pengikut Sanada Masayuki. Hideyoshi menganggap peristiwa ini sebagai kesempatan untuk melakukan invasi ke tempat yang jauh di wilayah Kanto. Pada tahun berikutnya (1590), Hideyoshi berniat untuk mmm menaklukkan Istana Odawara.

Hideyoshi memerintahkan para daimyo di wilayah Tohoku untuk bergabung membantu pasukannya menyerang Odawara. Date Masamune yang menguasai sebagian besar wilayah Tohuku merasa ragu-ragu untuk mengirim pasukan. Hideyoshi lalu menjadi sangat marah karena Masamune yang dinanti-nanti tidak juga mau muncul-muncul. Masamune yang mengetahui hal ini bergegas mengenakan pakaian yang biasa dipakai orang meninggal dan pergi menghadap Hideyoshi untuk meminta pengampunan. Pada akhirnya, Hideyoshi memang bisa mengampuni Masamune yang terlambat datang. Konon pada saat itu Hideyoshi menyentuh bagian belakang leher Masamune dengan kipas dan berkata, "Kalau datang terlambat sedikit saja, bagian ini bahaya."

Pertahanan Istana Odawara konon luar biasa kuat bahkan Uesugi Kenshin dan Takeda Shingen tidak bisa menaklukkannya, tetapi di tangan Hideyoshi ternyata Istana Odawara dapat ditaklukkan dengan mudah. Pasangan bapak dan anak Hōjō Ujimasa dan Hōjō Ujinao yang mampu bertahan selama 3 bulan di dalam istana yang sudah terkepung akhirnya menyerah. Ujimasa melakukan seppuku, sedangkan Ujinao diasingkan ke Gunung Kōya. Peristiwa ini disebut sebagai Invasi Odawara.

Pemersatu Jepang

sunting

Toyotomi Hideyoshi berhasil menjadi pemimpin pemersatu Jepang setelah menaklukkan klan Gohōjō yang merupakan musuh besar terakhir. Hideyoshi berhasil menghentikan perang berkecamuk sejak lama dan menandai berakhirnya periode Sengoku.

Pada tahun 1591, Hideyoshi melakukan suksesi, jabatan Kampaku diwariskan Hideyoshi kepada keponakannya yang bernama Toyotomi Hidetsugu, sedangkan Hideyoshi mendapat gelar Taikō (sebutan kehormatan untuk pensiunan Kampaku).

Ada cerita tentang Hideyoshi yang kabarnya pernah memerintahkan pengikutnya, seorang guru upacara minum teh (茶人, さじん, sajin) yang bernama Sen no Rikyū untuk bunuh diri. Furuta Shigeteru dan Hosokawa Tadaoki sudah berusaha menjelaskan duduk perkara dan memohon kepada Hideyoshi untuk mengampuni nyawa Sen no Rikyū tetapi ternyata tidak ditanggapi. Sen no Rikyū akhirnya melakukan seppuku dan kepalanya dipertontonkan di jembatan Ichijōmodori. Ada berbagai pendapat yang bertentangan mengenai sebab terjadinya peristiwa ini.

Pada tahun itu juga (1591), terjadi pemberontakan yang disebabkan oleh seluruh anggota keluarga klan Nambu terlibat sengketa soal pewaris kekuasaan Kunohe Masazane. Hideyoshi segera menyetujui permohonan bantuan dari Nambu Nobunao dan menunjuk Toyotomi Hidetsugu sebagai panglima pasukan gabungan. Pasukan gabungan untuk menyerbu Kunohe terdiri dari pasukan pimpinan Gamō Ujisato, Asano Nagamasa, dan Ishida Mitsunari. Pasukan milik para daimyo dari wilayah Tohoku juga diperintahkan untuk bergabung, sehingga pasukan jumlahnya makin bertambah banyak. Konon jumlah pasukan yang menyerbu Kuzunohe hingga mencapai 60.000 prajurit. Kakak beradik Kunohe Masazane dan Kunohe Sanechika memang mengadakan perlawanan tetapi akhirnya tidak berdaya diserang pasukan dalam jumlah besar dan menyerah. Pemberontakan selesai setelah seluruh anggota keluarga klan Kunohe dihabisi dengan cara dipenggal.

Perang Tujuh Tahun hingga akhir hayat

sunting

Pada tahun 1592, Hideyoshi mengirim pasukan ke dinasti Joseon (sekarang dikenal sebagai Korea). Perang ini disebut Perang Tujuh Tahun (文禄・慶長の役, bunroku keichō no eki). Pada saat awalnya, pasukan Joseon dapat mudah ditaklukkan, Hanseong (sekarang dikenal sebagai Seoul) pun berhasil dikuasai pasukan Hideyoshi. Situasi perang bertambah buruk akibat datangnya bala bantuan dari dinasti Ming dan perlawanan pasukan relawan dari berbagai daerah di Joseon, sehingga harus dibuat gencatan senjata.

Pada tahun 1593 lahir seorang anak laki-laki yang dinamakan Toyotomi Hideyori dari istri muda Hideyoshi yang bernama Yodo dono. Dua tahun kemudian (1595), keponakan Hideyoshi yang bernama Toyotomi Hidetsugu diperintahkan untuk melakukan seppuku dengan alasan perbuatan Hidetsugu sudah tidak terkendali sampai-sampai mendapat julukan "Kampaku haus darah." Penasihat Hidetsugu dan pengikut setia Hideyoshi seperti Maeno Nagayasu juga dianggap terlibat sehingga diperintahkan melakukan seppuku. Seluruh anggota keluarga Hidetsugu seperti istri dan anak-anaknya juga dihukum mati. Ada berbagai pendapat yang meragukan perbuatan perbuatan yang di luar batas yang dilakukan Hidetsugu. Pendapat lain mengatakan Hidetsugu dianggap tidak dibutuhkan lagi karena kelahiran Toyotomi Hideyori yang merupakan anak sah dari Yodo dono sekaligus pewaris klan Hideyoshi.

Kegagalan perundingan damai menyebabkan Hideyoshi kembali menginvasi Joseon untuk yang kedua kali pada tahun 1597. Di tengah kemelut invasi ke Joseon, Hideyoshi yang menderita kanker perut merasa umurnya tidak akan lama lagi. Pada tanggal 18 Agustus 1598, Hideyoshi memanggil lima pembantu seniornya dan menunjuk Tokugawa Ieyasu dan Toyotomi Hideyori sebagai pelaksana tugas sehari-hari, sedangkan Maeda Toshiie ditunjuk sebagai pendamping Hideyori yang masih kecil. Hideyoshi lalu tutup usia di Istana Fushimi di usia 62 tahun.

Invasi ke Joseon berakhir setelah wafatnya Hideyoshi. Perang ini menyebabkan kerugian besar pada tentara rakyat Joseon dan kerusakan besar-besaran wilayah Joseon. Kerugian besar juga dialami pasukan bala bantuan dari kekaisaran dinasti Ming, tetapi pihak Jepang justru mengalami kerugian yang jauh lebih besar. Prajurit terbaik Hideyoshi banyak yang gugur di medan laga Joseon, sehingga hubungan antara klan Hideyoshi dan para pengikutnya menjadi retak. Salah satu agenda politik luar negeri Keshogunan Tokugawa adalah memperbaiki hubungan buruk antara Jepang dan Joseon.

Sebelum tutup usia, Hideyoshi menulis puisi perpisahan berupa tanka yang berbunyi: tsuyu to ochi tsuyu to kienishi wagamikana naniwa no koto wa yume no mata yume (露と落ち 露と消えにし 我が身かな 浪速のことは 夢のまた夢, embun jatuhlah, embun lalu hilanglah, jalan hidupku, kisah tentang Naniwa, mimpi di dalam mimpi).

Mengenai nama keluarga Toyotomi

sunting

Nama keluarga Toyotomi diterima Hideyoshi dari kaisar Goyōzei. Sebelumnya, Hideyoshi juga pernah menggunakan nama keluarga Kinoshita dan Hashiba. Seperti lazim diketahui orang zaman sekarang, Hideyoshi mengganti nama dari Hashiba Hideyoshi menjadi Toyotomi Hideyoshi setelah dihadiahkan nama keluarga Toyotomi dari kaisar. Hideyoshi sebenarnya tetap menggunakan menggunakan nama keluarga Hashiba sampai saat wafatnya, begitu juga halnya dengan sanak keluarga Hideyoshi seperti Hidenaga dan Hidetsugu. Bushi lazim menyebut dirinya di depan orang yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dengan nama pemberian kaisar (本姓, hon sei) diikuti dengan nama asli (, imina). Taira no Kagetora merupakan nama pemberian kaisar kepada Uesugi Kenshin alias Nagao kagetora, sedangkan Minamoto no Harunobu merupakan nama pemberian kaisar untuk Takeda Shingen alias Takeda Harunobu.

Nama "Toyotomi Hideyoshi" seperti yang sering disebut banyak orang merupakan cara membaca nama dalam aksara kanji yang tidak benar, karena nama asli dan nama pemberian kaisar yang dicampur aduk. Sebenarnya jika mau menyebut orang ditambah nama pemberian kaisar, di antara nama pemberian kaisar dan nama panggilan harus ditambahkan kata "no" yang berarti "dari klan," contohnya Taira no Kiyomori yang berarti Kiyomori dari klan Taira. Berdasarkan aturan tersebut, nama Toyotomi Hideyoshi seharusnya dibaca sebagai Toyotomi no Hideyoshi.

Jasa-jasa

sunting

Kebijakan politik

sunting

Hideyoshi mengikuti kebijakan politik yang dirintis oleh Oda Nobunaga. Hideyoshi mengatur administrasi kota dan memajukan perdagangan dengan sistem pasar bebas (楽市・楽座, rakuichi rakuza), kebijakan ekspor-impor menggunakan Kapal Segel Merah (朱印船貿易, Shuinsen boeki), regulasi perdagangan dengan mencetak mata uang logam. Sistem perpajakan dikelola berdasarkan survei wilayah dan sensus yang disebut Taikōkenchi (太閤検地) dan pelarangan orang biasa memiliki Katana Katana gari (刀狩). Hideyoshi menciptakan sistem kelas dalam masyarakat yang memisahkan orang biasa (petani, produsen, dan pedagang) dengan kelas bushi. Sistem ini dijadikan dasar sistem pemerintahan regional yang disebut Bakuhan taisei (幕藩体制) pada zaman Keshogunan Edo. Ada juga pendapat yang bisa dipercaya yang mengatakan pelarangan orang biasa memiliki Katana pada masa Hideyoshi tidak berhasil diterapkan sepenuhnya.

Hideyoshi sudah sejak awal menyadari bahaya Kirishitan (sebutan pada zaman itu untuk agama Kristen) dan mengetahui rencana terselubung para misionaris yang membantu politik kolonialisme negara-negara Eropa pada zaman penjelajahan, termasuk di antaranya perdagangan orang Jepang sebagai budak. Hideyoshi mendapat informasi tentang peran misionaris membantu Kerajaan Spanyol memperluas wilayah koloni dari seorang misionaris penumpang kapal San Felipe yang mengalami kecelakaan dan hanyut ke provinsi Tosa (Shikoku). Kebijakan Hideyoshi untuk mengatasi ancaman Kirishitan dilanjutkan oleh pemerintah Keshogunan Edo.

Kegagalan invasi Joseon yang merupakan ambisi masa tua Hideyoshi untuk memperluas wilayah kekuasaan berakibat pada banyaknya pengikut klan Hideyoshi yang membelot ke kubu klan Tokugawa. Pembelotan besar-besaran pengikut setia Hideyoshi mengakibatkan basis kekuasaan klan Hideyoshi menjadi lemah, yang nantinya menjadi sebab berakhirnya pemerintahan Hideyoshi.

Profil

sunting

Toyotomi Hideyoshi adalah salah satu tokoh sejarah yang paling terkemuka di Jepang. Dalam waktu satu tahun setelah Nobunaga tutup usia, Hideyoshi berhasil menjadi pewaris kekuasaan Nobunga. Hideyoshi berhak menjadi pengganti Nobunaga walaupun pangkatnya pada waktu itu masih 3 sampai 4 tingkat di bawah. Alasannya, prestasi Hideyoshi di bidang politik dan militer dianggap sangat luar biasa dan tanpa tanding, mulai dari Insiden Honnōji, Penarikan Pasukan dari Chūgoku, Pertempuran Yamazaki, berkesempatan menghadiri Pertemuan Kiyosu, dan bertempur gagah berani dalam Pertempuran Shizugatake.

Hideyoshi sedikit demi sedikit kehilangan keseimbangan dan anggota keluarga yang harus mendukungnya kebanyakan justru bernasib malang. Ibunya yang bernama Ōmandokoro dan adik perempuannya yang bernama Putri Asahi harus menjadi tawanan Ieyasu. Hidenaga yang merupakan adik kandung laki-laki sekaligus pembantunya yang cerdas juga harus tutup usia dalam usia muda. Hideyoshi pernah memerintahkan hukuman mati untuk Hidetsugu yang masih keponakan sendiri berikut seluruh anggota keluarga.

Hideyoshi dan istri sahnya Kōdaiin tidak memiliki putra yang dapat mewariskan kekuasaan klan Hideyoshi. Hal ini berakibat fatal pada kesinambungan kekuasaan klan Hideyoshi, karena mewariskan wilayah kekuasaan ke tangan anak kandung merupakan strategi mempertahankan kekuasaan di zaman Sengoku. Ada pendapat lain yang mengatakan, seandainya sebelum tutup usia Hideyoshi memiliki anak kandung yang sudah dewasa, walaupun anak itu tidak secerdas ayahnya tetapi Ieyasu mungkin tidak berkesempatan melakukan tindakan sewenang-wenang menghancurkan klan Hideyoshi.

Di akhir hayatnya, Hideyoshi menjadi diktator bertangan besi dan tidak secemerlang Hideyoshi pada zaman Oda Nobunaga. Ada banyak pendapat yang mengatakan, walaupun pada akhirnya klan Hideyoshi dihancurkan oleh Ieyasu, Hideyoshi sebenarnya juga bertanggung jawab atas kehancuran klannya. Kalangan sejarawan berpendapat eksekusi Hidetsugu dan seluruh anggota keluarga serta invasi ke Joseon merupakan keputusan paling bodoh yang pernah dilakukan Hideyoshi.

Pada zaman Meiji hingga zaman Showa sebelum Perang Dunia II, Jepang melancarkan propaganda "memakmurkan negara dan memperkuat militer" (富国強兵政策, fukoku kyōhei seisaku). Pemerintah Jepang antara lain mencoba menjadikan perjalanan hidup Toyotomi Hideyoshi dari kalangan bawah menjadi pejabat tinggi Kampaku Dajo Daijin sebagai panutan orang banyak. Kisah perjalanan hidup Hideyoshi kemudian ternyata banyak disukai orang. Konon ada dokumen zaman itu yang mengganti istilah Perang tahun Bunroku dan tahun Keichō (文禄・慶長の役, bunroku keichō no eki) menjadi Penaklukan Joseon (朝鮮征伐, chōsen seibatsu) dengan tujuan menakuti-nakuti musuh (pemimpin militer Joseon) dan menunjukkan kepada dunia bahwa Jepang adalah negara yang kuat.

Di Jepang, Hideyoshi dikagumi sebagai sosok yang menyenangkan dan bersahabat, lebih mementingkan kecerdasan dibanding kekuatan fisik dan selalu riang. Hideyoshi juga disukai rakyat sehingga mempunyai nama panggilan Taikō-san (nama jabatan ditambah kata "san") yang menunjukkan Hideyoshi dekat di hati rakyat. Pada zaman itu, pemimpin yang disegani tidak pernah disebut dengan panggilan akrab karena tidak mau keselamatan terancam.

Berdasarkan perjalanan hidup masing-masing tokoh, kisah-kisah yang banyak beredar umumnya menggambarkan Hideyoshi sebagai tokoh yang bersifat periang dan berpengetahuan luas, berlawanan dengan Nobunaga yang genius namun bersifat dingin dan Ieyasu yang suka berhati-hati tetapi terus terang.

Hideyoshi sangat populer di berbagai daerah di Jepang. Museum Hideyoshi dibangun di tanah kelahirannya di distrik Nakamura Nagoya. Pawai orang dengan kostum Hideyoshi, Oda Nobunaga, dan Tokugawa Ieyasu diselenggarakan setiap tahun dalam perayaan Nagoya Matsuri. Hideyoshi juga sangat populer di Osaka, tempat yang pernah dijadikannya markas besar pemerintahan. Di kalangan pedagang di Osaka, Hideyoshi juga dianggap berjasa menjadikan Osaka sebagai kota perdagangan pada zaman Edo.

Sampai saat ini, cerita tentang asal usul Hideyoshi masih diselubungi tanda tanya. Ada pendapat yang mengatakan ayah Hideyoshi yang bernama Yaemon adalah bukan sekadar petani biasa. Konon ayah Hideyoshi sebenarnya tergabung dalam pasukan klan Oda sebagai prajurit Ashigaru (足軽) (kelas paling bawah) yang pada masa damai bekerja sebagai petani. Hideyoshi sebelum menikah tidak mempunyai nama keluarga. Hideyoshi baru pertama kali memakai nama keluarga dan menamakan dirinya Kinoshita Hideyoshi sesudah kawin dengan Nene (Kōdaiin). Jika memang benar dirinya seorang petani, ayah Hideyoshi seharusnya mempunyai nama keluarga. Pada saat itu, orang yang menyebut diri sebagai petani (biasanya memiliki tanah atau industri kecil) lazimnya menggunakan nama keluarga yang diambil dari nama kampung tempat tinggal. Petani zaman itu memiliki nama keluarga untuk membedakan anggota keluarganya dengan penduduk lain yang tinggal satu kampung. Hideyoshi tidak mempunyai nama keluarga sebelum menikah, sehingga tidak tertutup kemungkinan ayah Hideyoshi bukanlah dari kelas petani, melainkan dari kelas rakyat jelata yang berada di bawah kelas petani.

Ada beberapa penjelasan mengapa Hideyoshi sering dipanggil monyet. Ada coret-coretan yang bernada mengejek dibuat sewaktu Hideyoshi baru diangkat sebagai Kampaku. Konon Hideyoshi tidak jelas asal usul keturunannya sehingga dijadikan barang tertawaan, "jangan-jangan Hideyoshi keturunan monyet." Alasan Hideyoshi dipanggil monyet mungkin bukan disebabkan tampangnya yang jelek, soalnya bukti Nobunaga memanggil Hideyoshi dengan sebutan monyet juga tidak pernah ditemukan. Hideyoshi memang pernah disebut sebagai tikus botak dalam satu pucuk surat yang ditulis Nobunaga kepada istri Hideyoshi (Nene), tetapi sebutan ini hanya dipakai sekali dalam satu pucuk surat dan kabarnya bukan panggilan yang selalu digunakan oleh Nobunaga.

Hideyoshi dikenal sebagai seorang yang mempunyai tangan kanan berjari enam (ibu jempol tangan kanannya ada dua). Pada masa itu, jari yang berlebih biasanya dipotong sewaktu masih kanak-kanak, tetapi tetap dibiarkan Hideyoshi.

Hideyoshi konon sangat dibenci di Korea karena pernah melakukan invasi ke Joseon. Kebalikannya, admiral Yi Sun-sin yang memimpin pasukan Joseon menjadi pahlawan nasional yang disanjung-sanjung di Korea.

Lokasi makam

sunting

Hideyoshi dimakamkan di gunung Amidagamine (sekarang makamnya dinamakan Houkoku-byō). Hideyoshi setelah meninggal didewakan sebagai Toyokuni Dai Myōjin di kuil Shintō bernama Toyokuni-jinja yang terdapat di banyak tempat di Jepang. Keshogunan Tokugawa pernah mengeluarkan perintah untuk menghancurkan semua kuil Toyokuni yang mendewakan Hideyoshi. Pada zaman Meiji, sebagai usaha untuk memulihkan nama Hideyoshi, pemerintah kembali mendewakan Hideyoshi secara berdampingan dengan Ieyasu di kuil Nikkōtōshōgū yang terletak di Prefektur Tochigi.

Silsilah

sunting

Sanak keluarga

sunting

Anak angkat

sunting

Pengikut

sunting

Hideyoshi tidak dilahirkan dari keluarga daimyo turun temurun sehingga harus merekrut banyak pengikut baru dalam perjalanan hidupnya menjadi orang nomor satu di Jepang.

Bekas pengikut Oda Nobunaga yang menjadi pengikut Hideyoshi antara lain: Asano Nagamasa (bekas pesuruh Nobunaga), Horio Yoshiharu, Yamauchi Katsutoyo, Nakamura Kazuuji, Takenaka Shigeharu, Higuchi Naofusa, Wakizaka Yasuharu, Katagiri Katsumoto, Ishida Mitsunari, Kuroda Yoshitaka, dan Mashida Nagamori. Fukushima Masanori dan Katō Kiyomasa sejak kecil sudah dibesarkan oleh Hideyoshi.

Pengikut Hideyoshi banyak yang menunjukkan keberanian luar biasa dalam Pertempuran Shizugatake, misalnya: Fukushima Masanori, Katō Kiyomasa, Katō Yoshiakira, Wakizaka Yasuharu, Hirano Nagayasu, Kasuya Takenori, dan Katagiri Katsumoto. Ada juga perbedaan pendapat tentang nama-nama yang berhak disebut sebagai Tujuh Ksatria Shizugatake (賤ヶ岳七本槍, shizugatake hon yari).

Hideyoshi juga menyertakan beberapa bekas asisten Nobunaga seperti seperti Maeda Toshiie, Tamba Nagahide, dan Hachisuka Masakatsu yang diwariskan kepadanya sebagai pengikut, tetapi ada juga pendapat yang mengatakan hubungan Hideyoshi dengan para bekas asisten Nobunaga hanya sebatas sahabat.

Istri sah Hideyoshi yang bernama Kōdaiin (alias Nene) menghasut para daimyo bekas anak asuh Hideyoshi seperti Fukushima Masanori agar tidak setia kepada klan Hideyoshi. Alasannya, Hideyori adalah anak Hideyoshi dari istri muda Yododono yang dicemburui Kōdaiin. Akibatnya, para daimyo bekas anak asuh Hideyoshi yang sudah tidak setia merasa tidak perlu membantu klan Hideyoshi ketika terjadi Pertempuran Musim Dingin Osaka dan Pertempuran Osaka.

Klan Hideyoshi mengalami kehancuran akibat kekurangan pengikut yang setia, Ishida Mitsunari dihukum mati karena kalah dalam Perang Sekigahara, Ōtani Yoshitsugu melakukan seppuku, dan Ukita Hideie kalah perang dan diasingkan ke pulau terpencil. Ada juga pendapat yang mengatakan Katō Yukinaga dan Asano Nagamasa secara diam-diam terus mendukung Hideyoshi sementara klan Tokugawa pura-pura tidak mengetahui hal ini. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa kesetiaan Katō Yukinaga dan Asano Nagamasa pada klan Hideyoshi tetap tidak tergoyahkan sampai harus dibunuh dengan racun.

Organisasi pemerintahan Hideyoshi terdiri dari dewan lima menteri senior (五大老, go tairō), tiga pemimpin tingkat menengah (三中老, san chūrō), dan lima pelaksana pemerintahan (五奉行, go bugyō). Pada Pertempuran Sekigahara, pengikut Hideyoshi terbelah menjadi dua, yakni penganut paham negara militer dan penganut paham negara sipil.

Go Tairō (dewan lima menteri senior)
Tokugawa Ieyasu kepala dewan (筆頭, hittō), Maeda Toshiie, Mōri Terumoto, Ukita Hideie, Kobayakawa Takakage, dan Uesugi Kagekatsu (pengganti wafatnya Takakage)
San Chūrō (tiga pemimpin tingkat menengah)
Ikoma Chimasa, Nakamura Kazuuji, Horio Yoshiharu
Go Bugyō (lima pelaksana pemerintahan)
Asano Nagamasa (ketua dewan), Ishida Mitsunari, Mashita Nagamori, Natsuka Masaie, Maeda Geni.
Tujuh Satria Shizugatake
Fukushima Masanori, Katō Kiyomasa, Katō Yoshiakira, Wakizaka Yasuharu, Hirano Nagayasu, Kasuya Takenori, dan Katagiri Katsumoto.
Mantan pengikut Nobunaga
Maeda Toshiie, Tamba Nagahide, Hachisuka Masakatsu, Hori Hidemasa
Ksatria berseragam kuning (黄母衣衆, Ōhoro shū)
Aoki Kazushige, Itō Nagazane, Inoue Michikatsu, Inoue Yoritsugu, Inoko Kazutoki, Oda Nobutaka, Onoki Shigekatsu, Sengoku Hidehisa, Hachisuka Iemasa, Hattori Kazutada, Hayamizu Morihisa, Maeno Tadayasu, Mikoda Masaharu, Miyoshi Fusakazu, Yamauchi Katsutoyo, dan Wakebe Mitsuyoshi.
Penasihat militer
Takenaka Shigeharu, Kuroda Yoshitaka
Anak yang dibesarkan
Konishi Yukinaga

Pranala luar

sunting