Won Gyun

(Dialihkan dari Won Kyun)


Won Gyun (Hanja: 元均, Hangul: 원균, 1540-1597) adalah seorang jenderal Korea pada masa Dinasti Joseon. Ia banyak memberi kontribusi dalam Perang Tujuh Tahun (Invasi Toyotomi Hideyoshi ke Korea) melawan Jepang. Dalam perang itu pula, ia gugur sebagai pahlawan.

Infobox orangWon Gyun

Edit nilai pada Wikidata
Nama dalam bahasa asli(ko) 원균 Edit nilai pada Wikidata
Biografi
Kelahiran12 Februari 1540 Edit nilai pada Wikidata
Pyeongtaek (Joseon) Edit nilai pada Wikidata
Kematian28 Agustus 1597 Edit nilai pada Wikidata (57 tahun)
Geoje (Joseon) Edit nilai pada Wikidata
Penyebab kematianTerbunuh dalam tugas Edit nilai pada Wikidata
Data pribadi
AgamaNeo-Konfusianisme Edit nilai pada Wikidata
Kegiatan
Pekerjaanperwira militer Edit nilai pada Wikidata
KesetiaanJoseon Edit nilai pada Wikidata
Pangkat militerlaksamana Edit nilai pada Wikidata
KonflikInvasi Korea oleh Jepang Edit nilai pada Wikidata

Kehidupan awal

sunting

Won dilahirkan di dekat Pyongtaek dari keluarga Won yang terkenal akan tradisi militernya dan telah mengukir prestasi militer dalam sejarah. Sejak muda telah menunjukan potensinya sebagai seorang prajurit. Tugas pertamanya setelah lulus ujian untuk menjadi tentara adalah dikirim ke perbatasan utara untuk memerangi suku Jurchen (Manchu) yang sering mengacau dan menjarahi desa-desa di wilayah perbatasan. Bersama Yi Il dan Yi Sun-sin, ia meraih kemenangan gemilang atas suku barbar itu. Atas prestasinya itu, ia dipromosikan menjadi laksamana pada tahun 1592 dan dikirim ke pesisir selatan Provinsi Kyungsang untuk menjabat sebagai komandan armada barat, sementara Yi Sun-sin yang telah menjadi laksamana sebelum Won, menjadi komandan armada timur di Provinsi Jeolla. Keduanya adalah laksamana yang berlatar belakang jenderal kavaleri yang sebelumnya belum berpengalaman dalam perang laut.

Jepang menjelang invasi Korea

sunting

Pada saat yang sama Jepang sedang dipimpin oleh Toyotomi Hideyoshi yang baru saja mempersatukan negara itu. Namun beberapa wilayah di Jepang belum secara penuh menerima kepemimpinannya. Untuk mengalihkan perhatian lawan-lawannya di dalam negeri, ia memutuskan untuk melakukan peperangan dengan negara-negara tetangga Jepang. Bangsa Korea sebenarnya sudah mencium gelagat buruk ini dan banyak yang berpendapat bahwa persiapan militer untuk mengantisipasi kekuatan suku Jurchen yang semakin bertumbuh dan Jepang sangat dibutuhkan. Namun pemerintahan sendiri terbagi dua faksi antara yang setuju dan tidak sehingga keputusan itu sulit dicapai. Hideyoshi merasa inilah kesempatan yang baik untuk menyerbu Korea sebagai batu loncatan untuk selanjutnya menyerang Kekaisaran Ming, Tiongkok.

Invasi Jepang gelombang pertama

sunting

13 April 1592, armada Jepang dibawah pimpinan Kato Kiyomasa menyerbu armada timur di Provinsi Kyungsang dan menghancurkan banyak kapal perang Korea. Keesokan harinya, pasukan inti dibawah komando Kato dan Konishi Yukinaga tiba di semenanjung Korea dan mulai bergerak ke utara. Won yang mengomandani armada barat di Kyungsang hanya memiliki empat kapal kecil yang tersisa sehingga ia meminta bantuan pada Yi Sun-sin yang telah membuat persiapan perang dan memiliki armada yang lebih besar darinya. Namun Yi mengatakan bahwa untuk melintasi wilayah antar armada diperlukan izin dari pemerintah pusat. Akhirnya, Raja Seonjo memerintahkan mereka untuk memerangi Jepang pada 2 Mei 1592. Dua hari kemudian Won bersama Yi dan Laksamana Yi Eok-gi, komandan armada barat Provinsi Jeolla, mulai memobilisasi pasukannya.

7 Mei 1592, angkatan laut Korea berhasil mengalahakan Jepang dalam Pertempuran Okpo. Won beberapa kali mengalahkan musuh, baik sendirian maupun bekerjasama dengan Yi Sun-sin. Ia bertempur dengan gagah berani walapun jumlah pasukannya lebih sedikit dibanding kedua komandan lainnya. Atas kemenangannya, ia dipromosikan menjadi panglima angkatan darat dan Yi Sun-sin menjadi panglima angkatan laut.

Konspirasi menjatuhkan Yi Sun-sin

sunting

Bulan Mei 1593, kedua belah pihak melakukan gencatan senjata, pasukan Jepang ditarik mundur dan 16.000 pasukan Tiongkok ditempatkan di Korea untuk berjaga-jaga. Tahun 1597, setelah menemui kebuntuan dalam beberapa perundingan, Hideyoshi memutuskan untuk memulai perang babak kedua dan kembali mempersiapkan pasukan untuk menyerang Korea. Langkah awalnya adalah menyingkirkan Yi Sun-sin. Konishi Yukinaga menyusupkan mata-matanya ke Korea untuk menyebar desas-desus bahwa Kato Kiyomasa sedang melakukan persiapan perang dan akan segera menyeberangi laut menuju ke Korea. Raja Seonjo memerintahkan Yi untuk menangkap Kato, tetapi Yi menolak karena tahu bahwa semua ini hanya kabar bohong yang disebarkan mata-mata musuh. Namun penolakan ini membuat raja curiga dan memerintahkan Yi dihukum mati. Berkat pembelaan dari para pejabat lain hukuman itu dikurangi menjadi hukuman penjara. Won ditunjuk untuk menggantikan Yi sebagai panglima angkatan laut.

Pertempuran Chilchonryang

sunting

Won pun sebenarnya juga tahu mengenai desas-desus menyesatkan ini sehingga ia tidak menggerakan pasukannya ke Busan. Namun pemerintah pusat yang termakan desas-desus ini memaksanya menyerang armada Jepang di Ungcheon. Won berhasil mengalahkan mereka, tetapi tidak berani maju lebih jauh. Pemerintah mengirim komandan lapangan Gwon Yul menemui Won di kapalnya untuk sekali lagi memerintahkannya menyerang Busan. Won pun akhirnya tunduk pada perintah dan terpaksa memimpin armadanya ke Busan bersama Laksamana Yi Eok-ki.

Armada Jepang berpura-pura mundur untuk menjebak armada Korea. Mereka telah melakukan persiapan matang untuk menghancurkan armada Korea sebelum melakukan invasi ke darat. Jumlah mereka sangat besar sehingga menciutkan nyali pasukan Korea. Armada Jepang pimpinan Todo Tokatora maju menyerang armada Won. Won sadar kali ini ia tidak akan menang, tetapi ia tidak punya pilihan selain menghadapi musuh. Dalam pertempuran yang dikenal dengan nama Pertempuran Chilchonryang ini, angkatan laut Korea mengalami kekalahan besar. Won dan Yi Eok-ki yang melarikan diri melalui jalur darat gugur setelah bertarung mati-matian dengan pasukan Jepang yang mengepungnya. Hanya 12 kapal di bawah komando Laksamana Bae Seol yang selamat. Bae memutuskan untuk membubarkan pasukannya dan kabur ke Laut Kuning. Kekalahan angkatan laut Korea ini membuka jalan bagi Jepang untuk terus melaju ke Laut Kuning dan menguasai Selat Korea. Mereka lalu menyusun rencana untuk menyerbu Hanyang (Seoul) melalui darat dan laut yang akan dipimpin Konishi dan Kato. Namun Jepang harus mengurungkan ambisinya dengan kembalinya Yi Sun-sin yang berhasil memukul mundur mereka dalam Pertempuran Myeongnyang dan merebut kembali daerah pesisir.

Warisan

sunting

Walaupun berkontribusi besar dalam Perang Tujuh Tahun, sebagian orang sering mendiskreditkan Won karena kegagalannya dalam Pertempuran Chilchonryang. Namun bagaimanapun ia tetap dihormati sebagai pahlawan perang sejajar dengan Yi Sun-sin.