Permakultur adalah cabang ilmu desain ekologis, teknik ekologis, dan desain lingkungan yang mengembangkan arsitektur berkelanjutan dan sistem pertanian swadaya berdasarkan ekosistem alam.[1][2]

Rumah dengan halaman yang menerapkan prinsip permakultur

Inti dari permakultur adalah:[3][4][5]

  • Peduli bumi karena tanpa bumi yang sehat, manusia tidak bisa sejahtera
  • Peduli manusia agar seluruh manusia mendapatkan akses ke sumber daya yang dibutuhkan untuk hidup
  • Mengembalikan surplus input dan hasil pertanian ke sistem, termasuk mengembalikan limbah pertanian dengan didaur ulangnya[6]

Etimologi

sunting

Istilah "permaculture" sebagai sebuah metode sistematis pertama kali diciptakan oleh Bill Mollison dan David Holmgren pada tahun 1978. Istilah "permaculture" mengacu kepada "permanent agriculture"[7] namun berkembang lebih luas menjadi "permanent culture" karena terinspirasi oleh filosofi pertanian alami Fukuoka yang menjadi budaya (culture) mereka.

"Permaculture is a philosophy of working with, rather than against nature; of protracted and thoughtful observation rather than protracted and thoughtless labor; and of looking at plants and animals in all their functions, rather than treating any area as a single product system."-Bill Mollison [8]

Sejarah

sunting

Pada tahun 1929, Joseph Russell Smith mengambil istilah yang ia sebut sebagai pertanian permanen dalam bukunya Tree Crops: A Permanent Agriculture yang berisi hasil penelitiannya mengenai pohon buah dan kacang sebagai tanaman pertanian untuk bahan pangan manusia dan pakan ternak.[9] Smith melihat dunia sebagai sebuah hubungan secara keseluruhan dan mengusulkan untuk menggunakan sistem campuran kebun pohon dan tanaman pertanian yang bernaung di antara pepohonan. Buku ini menginspirasi banyak individu untuk menjadikan pertanian lebih berkelanjutan.[10]

Praktik umum permakultur

sunting

Wanatani

sunting

Wanatani adalah pendekatan terintegrasi dari pemanfaatan interaksi antara pohon dan semak dengan tanaman pertanian dan/atau hewan ternak. Wanatani mengkombinasikan teknologi pertanian dan kehutanan untuk merekayasa sistem penggunaan lahan yang lebih beragam, produktif, menguntungkan, sehat, dan berkelanjutan..[11] Di dalam sistem wanatani, pohon dan semak digunakan di dalam sistem pertanian dan/atau hasil hutan non-kayu dibudidayakan dalam lingkungan hutan. Salah satu bentuk permakultur wanatani adalah kebun hutan.

Hügelkultur

sunting

Hügelkultur adalah praktik menimbun sejumlah besar kayu di dalam tanah untuk meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air. Kayu yang terdekomposisi akan membentuk struktur berpori yang mampu menyerap air di musim hujan sehingga tanah tidak akan kekeringan di musim kemarau.[12][13][14]

Bangunan alami

sunting

Bangunan alami melbatkan sejumlah sistem dan bahan bangunan yang menekankan pada keberlanjutan lingkungan. Banyak cara untuk mencapai keberlanjutan melalui bangunan alami yang mempertahankan ketahanan struktur dan penggunaan bahan yang diproses secara minimal atau bahan hasil daur ulang, menggunakan sumber daya terbarukan, tidak beracun, dan mempertahankan kualitas udara dalam ruangan.

Basis utama bangunan alami adalah kebutuhan untuk mengurangi dampak lingkungan dari bangunan dan sistem pendukung lainnya tanpa mengorbankan kenyamanan, kesehatan, dan estetika. Agar lebih bersifat berkelanjutan, bangunan alami menggunakan bahan yang tersedia dalam jumlah besar di alam, dapat diperbarui, dan didaur ulang. Selain itu, sistem yang ada di dalam bangunan seperti sistem pengendalian temperatur dan aliran udara diusahakan alami.

Pemanenan air hujan

sunting

Pemanenan air hujan adalah pengumpulan dan penyimpanan air hujan untuk kemudian digunakan sebelum mencapai akuifer.[15] Air hujan telah digunakan sebagai air minum, air minum sanitasi hewan ternak, irigasi, dan penggunaan lainnya. Air hujan yang ditampung dari atap rumah dan bangunan lainnya mampu menambah kontribusi penyediaan air bagi komunitas.

Air hujan yang telah digunakan masih bisa diproses ulang seperti halnya air kelabu yang bisa dipakai untuk menyiram tanaman hingga mencuci.

Pelapisan mulsa

sunting

Dalam pertanian dan praktik berkebun, mulsa adalah lapisan pelindung untuk menutupi tanah. Setiap benda yang bisa digunakan sebagai mulsa meliputi bebatuan, kerikil, dedaunan, papan kayu, serpihan kayu, dan sebagainya. Dalam permakultur, mulsa berbahan organik diutamakan karena memiliki fungsi lebih, yaitu menyerap air hujan, mengurangi evaporasi, menyediakan nutrisi, meningkatkan kadar organik tanah, menyediakan habitat bagi organisme tanah, menahan pertumbuhan gulma, mengatur perubahan temperatur harian tanah, melindungi dari pembekuan (frosting), dan mengurangi erosi.[16][17]

Penggembalaan rotasi

sunting

Penggembalaan hewan dianggap menyebabkan kerusakan lingkungan, namun kini diketahui bahwa penggembalaan sesungguhnya merupakan model yang ditiru langsung dari alam sehingga minim kerusakan lingkungan.[18][19] Penggembalaan rotasi adalah sistem penggembalaan hewan di mana hewan ternak digembalakan secara reguler dan sistematis berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya sambil memberikan kesempatan bagi rerumputan untuk tumbuh kembali.[20] Cara ini juga bisa digunakan untuk mengendalikan spesies invasif dan dilakukan untuk menggembalakan berbagai hewan ternak seperti ruminansia, kelinci, unggas, dan babi.[21][22][23][24][25][26][27]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Hemenway, Toby (2009). Gaia's Garden: A Guide to Home-Scale Permaculture. Chelsea Green Publishing. hlm. 5. ISBN 978-1-60358-029-8. 
  2. ^ Mars, Ross (2005). The Basics of Permaculture Design. Chelsea Green Publishing. hlm. 1. ISBN 978-1-85623-023-0. 
  3. ^ Greenblott, Kara, and Kristof Nordin. 2012. Permaculture Design for Orphans and Vulnerable Children Programming: Low-Cost, Sustainable Solutions for Food and Nutrition Insecure Communities. Arlington, VA: USAID's AIDS Support and Technical Assistance Resources, AIDSTAR -One, Task Order 1. http://www.aidstar-one.com/focus_areas/ovc/resources/technical_briefs/permaculture_for_OVC Diarsipkan 2015-06-16 di Wayback Machine.
  4. ^ Mollison, Bill (1988). Permaculture: A Designers' Manual. Tagari Publications. hlm. 2. ISBN 0-908228-01-5. 
  5. ^ Holmgren, David (2002). Permaculture: Principles & Pathways Beyond Sustainability. Holmgren Design Services. hlm. 1. ISBN 0-646-41844-0. 
  6. ^ Mollison, Bill. "Permaculture: A Quiet Revolution — An Interview with Bill Mollison". http://www.scottlondon.com. Diakses tanggal 17 May 2013.  Hapus pranala luar di parameter |work= (bantuan)
  7. ^ King, FH (Franklin Hiram). Farmers of Forty Centuries: Or Permanent Agriculture in China, Korea and Japan (1911)
  8. ^ "Healthy Environments and You". ShirleyMacLaine.com, Inc. and MacLaine Enterprises, Inc. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-24. Diakses tanggal 10 September 2011. 
  9. ^ Smith, Joseph Russell; Smith, John (1987). Tree Crops: A permanent agriculture. Island Press. ISBN 9781597268738. 
  10. ^ Robert Hart (1996). Forest Gardening. hlm. 41. ISBN 9781603580502. 
  11. ^ "USDA National Agroforestry Center (NAC)". Unl.edu. 2011-08-01. Diakses tanggal 2011-10-21. 
  12. ^ Wheaton, Paul. "raised garden beds: hugelkultur instead of irrigation" Richsoil.com. Retrieved 2012-07-15.
  13. ^ Hemenway, Toby (2009). Gaia's Garden: A Guide to Home-Scale Permaculture. Chelsea Green Publishing. pp. 84-85. ISBN 978-1-60358-029-8.
  14. ^ Feineigle, Mark. "Hugelkultur: Composting Whole Trees With Ease". Permaculture Research Institute of Australia. Retrieved 2012-07-15.
  15. ^ "Rainwater harvesting 2012". 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-06-06. Diakses tanggal 2012. 
  16. ^ "Sheet Mulching: Greater Plant and Soil Health for Less Work". Agroforestry.net. 2011-09-03. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2002-12-10. Diakses tanggal 2011-10-21. 
  17. ^ Sustainable Agriculture by J. Mason, Landlinks Press 2003
  18. ^ "Prince Charles sends a message to IUCN's World Conservation Congress". International Union for Conservation of Nature. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-03-15. Diakses tanggal 6 April 2013. 
  19. ^ Undersander, Dan; et al. "Grassland birds: Fostering habitat using rotational grazing" (PDF). University of Wisconsin-Extension. Diakses tanggal 5 April 2013. 
  20. ^ Fairlie, Simon (2010). Meat: A Benign Extravagance. Chelsea Green Publishing. hlm. 191–193. ISBN 9781603583251. 
  21. ^ "Munching sheep replace lawn mowers in Paris". The Sunday Times Apr 04, 2013. Diakses tanggal 7 April 2013. 
  22. ^ Ash, Andrew; et al. "The Ecograze Project - developing guidelines to better manage grazing country" (PDF). ISBN 0-9579842-0-0. CSIRO PUBLISHING. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-04-10. Diakses tanggal 7 April 2013. 
  23. ^ McCarthy, Caroline. "Things to make you happy: Google employs goats". CNET. Diakses tanggal 7 April 2013. 
  24. ^ Gordon, Ian. "A systems approach to livestock/resource interactions in tropical pasture systems" (PDF). The James Hutton Institute. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2014-02-03. Diakses tanggal 7 April 2013. 
  25. ^ Littman, Margaret. "Getting your goat: Eco-friendly mowers". Chicago Tribune News. Diakses tanggal 7 April 2013. 
  26. ^ Stevens, Alexis. "Kudzu-eating sheep take a bite out of weeds". ajc.com. The Atlanta Journal-Constitution. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-11-26. Diakses tanggal 7 April 2013. 
  27. ^ Klynstra, Elizabeth. "Hungry sheep invade Candler Park". CBS Atlanta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-03. Diakses tanggal 7 April 2013. 

Bahan bacaan terkait

sunting

Pranala luar

sunting