Penghembusan

hembusan napas kuat yang menyertai pelepasan atau penutupan pada beberapa bunyi hambat

Dalam ilmu fonetik, penghembusan atau aspirasi adalah hembusan napas kuat yang menyertai pelepasan atau, dalam kasus prapenghembusan, penutupan konsonan hambat tertentu. Dalam bahasa Inggris, konsonan-konsonan berhembus adalah alofon dalam edaran komplementer (saling melengkapi) dengan pasangan nirhembus mereka, tetapi dalam bahasa-bahasa tertentu, apalagi untuk sebagian besar bahasa Asia Selatan dan Asia Timur, perbedaannya bersifat kontrastif (kentara).

Berhembus
◌ʰ
Pengodean karakter
Entitas (desimal)ʰ
Unikode (heks)U+02B0
Teknis karakter
Tipefenomena fisis dan linguistic phenomenon (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata

Konsonan yang mempunyai penghembusan dalam pengucapannya disebut konsonan berhembus, sedangkan yang tidak disebut konsonan nirhembus atau konsonan tipis (tenuis).

Transkripsi

sunting

Dalam Alfabet Fonetik Internasional (AFI), konsonan berhembus umumnya ditandai setelahnya dengan huruf penjadi hembusan ◌ʰ, yaitu bentuk superskripnya simbol untuk geseran celah-suara nirsuara h. Misal, simbol p mewakili hentian dwibibir nirsuara, tetapi simbol mewakili hentian dwibibir berhembus nirsuara.

Konsonan bersuara jarang sekali dihembuskan. Simbol untuk konsonan bersuara diikuti oleh ◌ʰ, misal , umumnya mewakili konsonan dengan pelepasan bersuara berengah (lihat pula di sini). Dalam tradisi ketatabahasaan Sankerta, konsonan berhembus (biasa) disebut berhembus nirsuara, dan konsonan bersuara berengah disebut berhembus bersuara.

Tidak ada simbol AFI yang dikhususkan untuk tingkatan hembusan yang lebih dan umumnya hanya dua tingkatan yang ditandai: nirhembus (atau biasa) k dan berhembus . Namun, ada satu simbol lama untuk hembusan ringan yang berupa ʻ, tetapi kini penggunaanya sudah usang. Huruf penjadi hembusan mungkin pula digandakan menunjukkan hembusan yang kuat atau lama. Oleh karenanya, dua tingkatan hembusan pada konsonan henti bahasa Korea terkadang dituliskan sebagai kʰ kʰʰ atau kʻ kʰ, tetapi keduanya biasanya dituliskan sebagai [k, kʰ],[1] dengan rincian lama penghembusan yang ditandai dengan angka.

Konsonan prahembus ditandai dengan menempatkan huruf penjadi hembusan sebelum simbol konsonanannya, sehingga ʰp mewakili hentian dwibibir prahembus nirsuara.

Konsonan nirhembus atau tipis adakalanya ditandai dengan huruf penjadi ◌˭, yaitu superskripnya tanda sama dengan: . Namun, biasanya konsonan nirhembus dibiarkan tak tertanda: t.

Fonetik

sunting

Konsonan nirsuara dihasilkan dengan pita suara terbuka (tersebar) dan tak bergetar, dan konsonan bersuara dihasilkan ketika pita suara tertutup sebagian dan bergetar (suara modal). Penghembusan nirsuar terjadi ketika pita suara tetap terbuka setelah suatu konsonan dilepaskan. Cara yang mudah untuk mengukur ini adalah dengan mencatat waktu mulai suara konsonannya, karena penyuaraan vokal berikutnya tidak dapat dimulai sebelum pita suara menutup.

Di beberapa bahasa, macam bahasa Navajo, penghembusan hentian cenderung secara fonetik diwujudkan sebagai aliran udara lelangit belakang nirsuara; sedangkan penghembusan gesekan diwujudkan sebagai penggesekan dengan lama berkepanjangan.

Konsonan berhembus juga bisa terjadi tanpa selalu diikuti vokal atau bunyi bersuara lainnya. Misal, dalam bahasa Armenia Timur, penghembusan bersifat kontrastif bahkan di akhir kata, dan konsonan berhembus terjadi juga dalam gugus konsonan.

Tingkatan

sunting

Tingkatan penghembusan itu bervariasi: waktu mulai suara dari penghembusan hentian bersifat lebih lama atau lebih pendek tergantung dari bahasanya atau tempat artikulasinya.

Selain letupan nirhembus, bahasa Armenia dan Kanton juga punya letupan berhembus yang durasinya seperti punyanya bahasa Inggris. Bahasa Korea mempunyai hentian nirsuara berhembus ringan yang agak mirip dengan punyanya bahasa Armenia dan Kanton, tetapi juga dengan hentian berhembus kuat yang penghembusannya berlangsung lebih lama dibanding dengan bahasa Armenia dan Kanton.

Penghembusan bervariasi terhadap tempat artikulasi. Hentian nirsuara bahasa Spanyol /p t k/ masing-masing punya waktu mulai suara (WMS) sekitar 5, 10, dan 30 millidetik, dan punyanya bahasa Inggris /p t k/ saat berhembus [pʰ kʰ] punya WMS sekitar 60, 70, dan 80 millidetik. Waktu mulai suara dalam bahasa Korea telah diukur pada 20, 25, dan 50 milidetik untuk /p t k/ dan 90, 95, dan 125 milidetik untuk /pʰ kʰ/.[2]

Penggandaan

sunting

Ketika konsonan berhembus digandakan atau dirangkap, hentiannya ditahan lebih lama lalu diikuti lepasan berhembus.

Gesekan berhembus pada dasarnya terdiri atas hentian, geseran, dan lepasan berhembus, tetapi gesekan berhembus ganda mempunyai penahanan lama pada bagian hentinya lalu diikuti oleh lepasan geseran dan akhirnya dihembuskan.

Prapenghembusan

sunting

Bahasa Islandia dan Faroe punya konsonan-konsonan dengan prapenghembusan [ʰp ʰt ʰk]. Dalam bahasa Islandia, hentian nirsuara berprahembus dibedakan dengan hentian nirsuara biasa dan yang ganda:

Kata AFI Arti
kapp [kʰɑʰp] atau [kʰɑhp] kesenangan/ketertarikan tinggi
gabb [kɑpp] berita bohong
gap [kɑːp] pembukaan

Prapenghembusan juga adalah sebuah fitur dalam bahasa Gaelik Skotlandia:

Kata AFI Arti
cat [kʰɑʰt] kucing

Hentian berprahembus juga terjadi di banyak bahasa Sámi. Misal, di bahasa Sámi Utara, fonem-fonem gesekan dan hentian nirsuara /p/, /t/, /ts/, /tʃ/, /k/ diucapkan dengan prahembusan ([ʰp], [ʰt] [ʰts], [ʰtʃ], [ʰk]) di tengah atau awal kata.

Geseran dan gaungan

sunting

Walau kebanyakan konsonan hambat di bahasa-bahasa lisan adalah konsonan henti dan gesek, geseran berhembus macam [sʰ], [ɸʷʰ] dan [ɕʰ] telah terdokumentasi keberadaannya di bahasa Korea dan bahasa Tionghoa Xuanzhou Wu, dan keberadaan [xʰ] sempat dijelaskan untuk bahasa Spanyol,[3] walau bunyi-bunyi ini beralofon dengan fonem lain. Penghembusan semacam geseran berhembus dan bahkan sengauan, hampiran, and getaran berhembus terjadi pada sebagian kecil bahasa Tibet-Burma, beberapa bahasa Oto-Manguea, bahasa Hmu dari rumpun Hmongik, bahasa Ofo dari rumpun Siouan, serta bahasa Barbareño dan Ventureño dari rumpun Chumash. Beberapa bahasa, misal bahasa Choni Tibet, punya sebanyak empat geseran berhembus yang kontrastif [sʰ] [ɕʰ], [ʂʰ] dan [xʰ].[4]

Konsonan bersuara dengan hembusan nirsuara

sunting

Konsonan bersuara berhembus sungguhan, yang hembusannya bukan berupa "engahan" seperti konsonan berengah [bʱ], [dʱ], [ɡʱ] yang umum di jumpai dibanyak bahasa di India, sangatlah jarang ditemui. Keberadaannya sempat terdokumentasi dari bahasa Kelabit.[5]

Fonologi

sunting

Penghembusan mempunyai kepentingan yang beragam dalam bahasa yang berbeda-beda. Ia bisa bersifat alofonik atau fonemik, dan mungkin dianalisis sebagai gugus konsonan yang mendasari (yaitu, mungkin dianalisis sebagai gugus antara konsonan nirsuara biasa dengan geseran celah-suara nirsuara /h/).

Alofonik

sunting

Banyak bahasa di dunia yang mempunyai perangkat konsonan henti nirsuara dan bersuara. Walau banyak di antaranya yang membedakan perangkat ini murni dari penyuaraannya, ada juga yang mengucapkan konsonan henti nirsuara dengan hembusan secara fonetik sebagai ciri pembeda lainnya (umumnya pada lingkungan fonetik tertentu). Salah satunya adalah bahasa Inggris, yang mana jika /k/, /t/, dan /p/ diikuti oleh vokal, maka secara fonetik pengucapannya dihembuskan, kecuali jika konsonan-konsonan ini berada dalam gugus. Contoh (dengan konsonan bersuara):

  • pin [pʰɪn], spin [spɪn], bin [bɪn]
  • talk [tʰɔk], stalk [stɔk], dock [dɑk]
  • cold [kʰoʊ̯ld], scold [skoʊ̯ld], gold [ɡoʊ̯ld]

Fonemik

sunting

Dalam banyak bahasa, misal bahasa Hindi dan Mandarin, konsonan tipis dan nirhembus bersifat fonemik. Konsonan nirhembus (atau "tipis") macam [p˭ s˭] dan konsonan berhembus macam [pʰ ʰp sʰ] adalah fonem terpisah, dan banyak kata di bahasa-bahasa ini yang hanya dibedakan apakah konsonannya mempunyai hembusan atau tidak.

Gugus konsonan

sunting

Dialek-dialek Alemannik Jerman punya konsonan nirhembus [p˭ k˭] serta berhembus [pʰ kʰ], walau seringkali konsonan berhembusnya dianggap sebagai gugus konsonan.

Ketiadaan

sunting

Seperti yang tadi disebutkan, banyak bahasa di dunia yang tidak mempunyai konsonan berhembus, baik secara fonetik (atau alofonik) maupun fonemik. Contohnya adalah bahasa Indonesia, bahasa Belanda Baku,[6] dan bahasa Prancis.[7]

Contoh

sunting

Bahasa Tionghoa

sunting

Bahasa Tionghoa Baku (Mandarin) mempunyai sekumpulan hentian dan gesekan yang dibedakan dengan hembusan: misal, /t tʰ/, /t͡s t͡sʰ/. Dalam hanyu pinyin, hentian nirhembus ditulis dengan huruf yang kalau dalam bahasa Indonesia mewakili konsonan bersuara, dan hentian berhembus dengan huruf yang kalau dalam bahasa Indonesia mewakili konsonan nirsuara. Sehingga dalam hanyu pinyin, d mewakili /t/, dan t mewakili /tʰ/.

Bahasa Tionghoa Wu dan Min Selatan mempunyai tiga-cara pembedaan pada hentian dan gesekan: misal /p b/. Selain konsonan-konsonan berhembus dan nirhembus, ada pula seperangkat konsonan becek di bahasa-bahasa ini, macam /b/, yang diucapkan dengan suara kendur atau berengah, yang berarti konsonan beceknya diucapkan dengan penyuaraan lemah. Konsonan becek sebagai pengawal suku kata di beberapa varietas bahasa Tionghoa dapat memicu pengucapan dengan laras rendah atau nada ringan (陽 yáng).

Bahasa-bahasa India

sunting

Banyak bahasa Indo-Arya yang mempunyai konsonan henti berhembus. Bahasa Sanskerta, Hindustani, Bengali, Marathi, dan Gujarati punya empat-cara pembedaan dalam hentian: nirsuara, berhembus, bersuara, dan berhembus bersuara, misal /p b bʱ/. Bahasa Punjabi telah kehilangan konsonan berhembus bersuara, yang kemudian memunculkan sistem nada pada fonologinya, dan oleh karenanya ia hanya mempunyai pembedaan antara nirsuara, berhembus, dan bersuara: /p b/.

Bahasa-bahasa India lain misal bahasa Telugu, Malayalam, dan bahasa Kannada, mempunyai pula pembedaan antara bersuara dan nirsuara, berhembus dan nirhembus. Namun, di bahasa-bahasa ini, konsonan berhembus hanya mhncul di kata-kata pinjaman dan seringkali digantikan dengan padanan nirhembusnya.

Bahasa Armenia

sunting

Sebagian besar dialek Armenia punya hentian berhembus, dan beberapa pula punya hentian bersuara-berengah.

Bahasa Armenia Klasik dan Armenia Timur mempunyai tiga-cara pembedaan antara nirsuara, berhembus, dan berhembus, misal /t d/.

Bahasa Armenia Barat memounyai dua-cara pembedaan antara bersuara dan berhembus: /tʰ d/. /tʰ/ berhembus bahasa Armenia Barat berpada dengan /tʰ/ berhembus bahasa Armenia Timur, dan /d/ bersuara bahasa Barat berpada dengan /t/ nirsuara bahasa Timur.

Bahasa Yunani

sunting

Bahasa Yunani Kuno, termasuk dialek Attika Klasik dan Yunani Koine, had a three-way distinction in stops like Eastern Armenian mempunyai tiga-cara pembedaan dalam hentian seperti Bahasa Armenia Timur: /t d/. Seri-seri ini disebut ψιλά, δασέα, μέσα (psilá, daséa, mésa) "mulus, kasar, menengah", masing-masing, oleh tata-bahasawan Yunani Koine.

Ada hentian berhembus pada tiga tempat artikulasi: bibir, lidah tengah, dan lelangit belakang /pʰ kʰ/. Bahasa Yunani Kuno yang lebih awal, diwakili oleh bahasa Yunani Mikenai, kemungkinan besar mempunyai hentian berhembus lelangit belakang /kʷʰ/, yang kemudian berubah menjadi konsonan bibir, lidah tengah, atau lelangit belakang nirhembus biasa tertantung dari dialek dan lingkungan fonetiknya.

Dialek-dialek Yunani Kuno lainnya, yaitu Ionia, Doria, Aiolia, and Arkadosiprius, kemungkinan besar pernah mempunyai pembedaan tiga-cara yang sama, tetapi dialek Doria tampaknya punya sebuah konsonan geser sebagai ganti /tʰ/ pada periode klasik.

Kemudian, selama periode Koine dan Yunani Abad Pertengahan, konsonan henti berhembus dan bersuara /pʰ kʰ, b d ɡ/ bahasa Yunani Attika melunak menjadi geseran bersuara dan nirsuara, sehingga memunculkan bunyi θ x, β ð ɣ/ pada bahasa Yunani Abad Pertengahan dan Yunani Modern. Bahasa Yunani Siprus dikenal karena dalam perkembangan fonologisnya ia menghembuskan konsonan henti (dan berkembang melampaui batas-batas kata), sehingga menghasilkan rangakaian bunyi /pʰː tʰː cʰː kʰː/.[8]

Kegunaan lain

sunting

Penirmulutan

sunting

Istilah penghembusan kadang mengacu pada perubahan suara penirmulutan (atau debukalisasi), di mana suatu konsonan dilunakkan (dilemahkan) menjadi hentian atau geseran celah-suara h ɦ].

Pelepasan berengah-bersuara

sunting

Yang disebut "konsonan berhembus bersuara" sebenarnya hampir selalu diucapkan dengan suara berengah, sejenis pembunyian (bukan penyuaraan) atau penggetaran pita suara. Huruf penjadi hembusan ◌ʰ kalau diletakkan setelah konsonan bersuara sebenarnya mewakili konsonan berengah-bersuara, seperti halnya dengan hentian dwibibir "berhembus bersuara" pada bahasa-bahasa Indo-Arya. Oleh karenanya konsonan sejenis ini lebih tepat dituliskan seperti , dengan diakritik untuk suara berengah, atau dengan huruf penjadi lain , yaitu bentuk superskripnya simbol geseran celah-suara bersuara.

Beberapa ahli bahasa membatasi penggunaan subskrip titik ganda ◌̤ untuk gaungan (atau sonoran), misal vokal dan sengauan, yang kalau selama pengucapannya diengahkan, dan menggunakan subskrip ha-kait ◌ʱ untuk pelepasan berhembus bersuara dari hambatan.

Lihat pula

sunting

Catatan

sunting
  1. ^ Ladefoged, Peter; Barbara Blankenship; Russell G. Schuh, ed. (21 April 2009). "Korean". UCLA Phonetics Archive. Diakses tanggal 20 February 2015.  word lists from 1977, 1966, 1975.
  2. ^ Lisker and Abramson (1964). "A cross-language Study of Voicing in Initial Stops". Word. 20: 384–422. doi:10.1080/00437956.1964.11659830. 
  3. ^ Schwegler, Kempff & Ameal-Guerra (2010) Fonética y fonología españolas. John Wiley, 4th ed.
  4. ^ Guillaume Jacques 2011. A panchronic study of aspirated fricatives, with new evidence from Pumi, Lingua 121.9:1518–1538 [1]
  5. ^ Robert Blust, 2006, "The Origin of the Kelabit Voiced Aspirates: A Historical Hypothesis Revisited", Oceanic Linguistics 45:311
  6. ^ Frans Hinskens, Johan Taeldeman, Language and space: Dutch, Walter de Gruyter 2014. 3110261332, 9783110261332, p.66
  7. ^ Tranel, Bernard (1987). The sounds of French: an introduction  (edisi ke-3rd). Cambridge, New York: Cambridge University Press. hlm. 129–130. ISBN 0-521-31510-7. 
  8. ^ Loukina, Anastassia (2005). "Phonetics and Phonology of Cypriot Geminates in Spontaneous Speech" (PDF). CamLing: 263–270. 

Rujukan

sunting
  • Cho, T., & Ladefoged, P., "Variations and universals in VOT". In Fieldwork Studies of Targeted Languages V: UCLA Working Papers in Phonetics vol. 95. 1997.