Pengabdi Setan (film 1980)

salah satu film Indonesia

Pengabdi Setan (bahasa Inggris: Satan's Slave) adalah sebuah film horor adikodrati Indonesia tahun 1981 yang disutradarai oleh Sisworo Gautama Putra dan dibintangi oleh W.D. Mochtar, Siska Karabety, dan Ruth Pelupessy. Dirilis dalam berbagai format seperti VHS dan kemudian DVD dan diedarkan di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang.

Pengabdi Setan
SutradaraSisworo Gautama Putra
ProduserSabirin Kasdani
Subagio S.
SkenarioSisworo Gautama Putra
Naryono Prayitno
Imam Tantowi
CeritaSubagio S
PemeranAdang Mansyur
Diana Suarkom
Doddy Sukma
Fachrul Rozy
I.M. Damsyik
Ruth Pelupessy
Siska Karabety
Simon Cader
W.D. Mochtar
Penata musikFirman Alamsyah
SinematograferF.E.S. Tarigan
DistributorRapi Films (Indonesia)
Brentwood Home Video (AS)
Tanggal rilis
  • 10 April 1981 (1981-04-10)
Durasi96 menit
NegaraIndonesia

Film ini pada masanya dikenal sebagai salah satu dari beberapa film horor awal yang menggantikan tema horor yang diwarnai kepercayaan Kristen atau Buddha dengan kepercayaan Islam. Film ini memiliki kemiripan alur cerita dengan film AS tahun 1979 berjudul Phantasm yang disutradarai Don Coscarelli. Film ini telah mencapai status kultus di antara para penggemar film horror dari Asia, terutama karena film ini belum tersedia selama bertahun-tahun kecuali sebagai VHS versi cetakan Jepang tanpa teks terjemahan bahasa Inggris. Pada tahun 2006, Brentwood Home Video, spesialis label video AS merilis versi cetak yang tidak dipotong dalam format DVD untuk rilis ritel sebagai bagian dari seri Eastern Horror ("Horror Timur").

Satu keluarga kaya yang jauh dari agama mendapat musibah ketika sang Ibu, Mawarti (Diana Suarkom) wafat. Sang Ibu, meninggalkan seorang ayah bernama Munarto (W.D. Mochtar) yang hanya peduli dengan kehidupan bisnisnya, satu putra pendiam bernama Tomi (Fachrul Rozi) dan seorang putri penggila pesta bernama Rita (Siska Karabety), bersama mereka ada satu pembantu bernama Pak Karto (I.M. Damsyik) yang religius namun sudah sakit-sakitan. Pada malam pertama setelah kematian Mawarti, Tomi menjumpai sang ibu kendati tidak berbincang. Keesokan harinya, atas saran temannya Tomi mendatangi seorang peramal (Ruth Pelupessy) yang mengatakan bahwa seluruh keluarganya terancam bahaya yang sangat besar dan akan mengancam nyawa mereka semua. Lalu sang peramal menyarankannya untuk memperkuat diri dengan ilmu hitam.

Semenjak saat itu Tomi menjadi aneh dan sering berdiam diri di dalam kamar karena sedang berkonsentrasi mendalami ilmu hitam. Pacar Rita, Herman (Simon Cader), mengatakan bahwa 40 hari sesudah kematian seseorang, orang tersebut masih berada di sekitar rumahnya. Setelah itu seorang pengurus rumah tangga dikirim dari kenalan sang ayah, namanya Darminah. Rita mulai mendapati dirinya ketakutan karena melihat sesosok kuntilanak, sementara Herman berkata bahwa Darminah bukanlah orang baik-baik dan akan membicarakannya besok saat akan pergi ke rumah seorang dukun. Lalu, Pak Karto yang mulai sering kambuh mencium kelakuan Darminah yang aneh dan mencurigakan. Tomi, dinasihati oleh seorang kiai (Doddy Sukma) yang bertemu dengannya di toko buku untuk memulai melaksanakan salat. Saat ia ingin melakukannya, sesosok kuntilanak menghampirinya dan berkata kepadanya untuk menghentikan hal tersebut. Pada malam yang sama, Pak Karto yang sedang berjaga terkunci di sebuah gudang dan paginya ditemukan Tomi tewas dengan kondisi tergantung. Pada siangnya, Herman yang baru pergi dari suatu tempat nyaris menabrak seorang wanita dan membuat dirinya justru ditabrak oleh truk. Wanita yang nyaris ditabrak tersebut ternyata adalah Darminah. Malam harinya, Tomi dan Rita membicarakan kejadian kematian Pak Karto dan Herman yang hampir beruntun, dan sepakat bahwa hantu yang berada di rumah mereka harus dihilangkan. Saat Rita keluar, ia dikejar oleh zombie Herman yang mengejarnya hingga zombie tersebut menghilang ketika Rita sampai di depan kamar Darminah.

Paginya, Rita mengutarakan keinginan dirinya dan Tomi untuk memanggil dukun kepada ayahnya. Ayahnya setuju dan memanggil dukun, Dukun yang disewanya mendapatkan serangan pecahan kaca dan kelopak bunga. Rita, Tomi, dan Munarto melihat kepala sang dukun dilempari chandelier yang berputar hingga menyebabkan sang dukun tewas. Setelah semua selesai, Darminah mengendap-ngendap pergi ke suatu tempat, Tomi pun mengikutinya, dan ternyata Darminah pergi ke kuburan dan dibelakangnya terdapat Herman dan Pak Karto yang seperti zombie, Darminah membangkitkan Mawarti untuk disuruh membunuh keluarganya sendiri. Tomi ketahuan mengintip dan dikejar, untung ia berhasil kabur dan sampai ke rumah, ia langsung memperingatkan Munarto dan Rita akan Darminah. Rita percaya, tetapi Munarto tidak dan bersama mereka pergi ke kamar Darminah yang ternyata Darminah sudah ada disana. Keesokan harinya Rita dan Tomi nekat menggali kuburan Mawarti dan masih melihat mayatnya ada disana. Sekembalinya, Rita, Tomi, dan Munarto diganggu mayat hidup. Rita diganggu Herman, Tomi diganggu Pak Karto, dan Munarto diganggu Mawarti. Setelah berhasil kabur dari kamar, mereka bertiga berlari ke ruang makan dan melihat Darminah memegang sebuah tengkorak. Darminah ternyata adalah seorang pemuja setan yang berusaha mengintimidasi orang yang imannya lemah. Lalu, setelah diteror dan meninggal tanpa sempat bertaubat, orang yang diterror tersebut akan dijadikan abdi setan di neraka. Rita, Munarto, dan Tomi lari ke pintu depan, yang di mana sudah ada seorang kiai dan beberapa warga yang memegang obor. Bersama mereka menghadang Darminah dan ketiga zombie dengan lantunan ayat kursi. Darminah pun terbakar dan mereka semua musnah.

Film berakhir dengan Munarto, Tomi, dan Rita yang sudah bertaubat dan baru kembali dari masjid menuju mobil. Disebelah mereka ada sebuah mobil yang ditempati seorang wanita dan membuat mereka shock.

Pemeran

sunting

Pranala luar

sunting