Pemburu-pengumpul

individu atau kelompok manusia yang sebagian besar atau seluruh makanannya diperoleh dari hasil berburu hewan liar atau meramu tumbuhan liar

Pemburu-pengumpul atau pemburu peramu (bahasa Inggris: hunter-gatherer) adalah suatu masyarakat yang cara utama bertahan hidupnya dengan berjelajah mencari hewan buruan dan mengumpulkan serangga ataupun tumbuh-tumbuhan liar yang dapat dimakan, tanpa adanya usaha-usaha yang nyata untuk membudidayakannya (domestikasi) terlebih dahulu.[1][2] Komunitas pemburu-pengumpul bertolak belakang dengan komunitas agraria menetap, yang utamanya mengandalkan pertanian dan peternakan untuk menghasilkan makanan.

Pemburu-pengumpul di Kongo

Berburu dan mengumpulkan atau merambah (foraging) adalah adaptasi bersaing manusia yang paling awal dan paling bertahan lama di dunia alamiah, menempati setidaknya 90 persen dari sejarah manusia.[3] Setelah penemuan pertanian, para pemburu-pengumpul yang tidak berubah tergeser atau ditaklukkan oleh kelompok-kelompok petani atau penggembala di sebagian besar permukaan bumi.[4]

Hanya tersisa segelintir masyarakat kontemporer yang masih terklasifikasi sebagai pemburu-pengumpul, mereka umumnya adalah komunitas-komunitas yang belum cukup mengalami kontak dengan dunia luar. Namun demikian, banyak pula dari mereka yang juga melakukan praktik hortikultura dan penggembalaan untuk melengkapi makanan hasil dari berburu-mengumpulkan yang mereka lakukan.[5][6]

Karakteristik umum

sunting

Struktur sosial

sunting

Masyarakat pemburu-pengumpul secara tradisional hidup dengan cara berpindah-pindah tempat,[7] dan cenderung memiliki prinsip egaliter dari setiap anggota kelompoknya.[8] Umumnya meraka hidup di suatu wilayah dengan tingkat kepadatan populasi yang rendah dalam kelompok-kelompok kecil atau yang disebut sebagai kawanan (band). Jumlah anggota yang cukup sedikit dalam setiap kelompok tersebut membantu mereka saling mengenal setiap orang dengan baik, tidak ada kepemimpinan politik formal ataupun spesialisasi ekonomi yang membatasi mereka.[9]

Anggota-anggota di setiap kawanan tidak memperlihatkan perbedaan besar dalam hal kepemilikan harta, tetapi mereka memiliki perbedaan secara individual dalam hal kemampuan dan kepribadian. Contoh masyarakat dalam bentuk kawanan ialah !Kung dari Gurun Kalahari Afrika, Indian Ache dan Sirionó di Amerika Selatan, penduduk Kepulauan Andaman di Teluk Benggala, kelompok Pigmi di hutan-hutan khatulistiwa Afrika, dan Indian Machiguengan dari Peru.[10]

Kehidupan

sunting

Banyak dari para kelompok pemburu-pengumpul melakukan perdagangan berbagai jenis bahan mentah kepada masyarakat yang telah menetap di dekat wilayah mereka untuk mendapatkan bahan-bahan yang berbeda dan sebagai strategi untuk bertahan hidup. Para pemburu-pengumpul menawarkan, daging, madu, resin dan hasil hutan lainnya yang mereka buru dan kumpulkan kepada para petani di desa-desa dekat mereka untuk ditukar dengan bahan pangan yang dibudi daya oleh penduduk desa. Contoh-contoh interaksi ini diantaranya dilakukan oleh para pemburu bison di padang rumput dengan para petani Pueblo di Amerika Serikat Barat Daya, para pemburu Semang dan petani Melayu di Semenanjung Malaysia, Suku Pigmi di Afrika dengan petani Bantu, orang-orang Agta dan kelompok petani di Filipina.[11]

Bagi sebagian kelompok kecil pemburu-pengumpul dalam mengatasi kekurangan makanan musiman salah satunya ialah dengan mengumpulkan makanan dalam jumlah besar. Metode ini dilakukan oleh beberapa kelompok pemburu-pengumpul seperti Suku Ainu di Jepang, Suku Indian di pesisir barat laut pasifik, Shoshoni di Great Basin, dan sejumlah masyarakat Arktika.[12] Di masa musim paceklik tersebut, terkadang mereka berkumpul dengan anggota kelompok lain dan menjadikanya sebagai sarana untuk mengadakan pesta atau ritual tahunan, pernikahan, maupun peristiwa lain dalam kehidupan sosial berkelompok.[13]

Beberapa masyarakat tradisional yang merupakan pemburu-pengumpul maupun petani dengan skala kecil yang tersebar di seluruh dunia, diantaranya adalah:[14]

Penyakit

sunting

Berbagai kategori penyakit bagi masyarakat tradisional seperti kelompok pemburu-pengumpuk sangat bervariasi, bergantung pada gaya hidup, lokasi geografi, serta usia. Gaya hidup masyarakat tradisional yang jauh lebih mengutamakan ketangguhan fisik menjadikan masyarakat tradisional lebih rentan terhadap penyakit-penyakit degeneratif pada usia berapa pun. Penyakit-penyakit yang langka atau tidak pernah terjadi pada masyarakat tradisional adalah penyakit-penyakit yang saat ini sering menyerang masyarakat modern dan menyebabkan kematian seperti penyakit jantung koroner, aterosklerosis, strok, tekanan darah tinggi, diabetes, dan kanker.[15]

Penyakit-penyakit khas masyarakat tradisional seperti pada masyarakat pemburu-pengumpul biasanya adalah malaria, demam yang disebabkan oleh sengatan hewan artropoda, disentri dan penyakit-penyakit pada pencernaan, penyakit-penyakit yang menggangu pernafasan, serta infeksi kulit.[16]

Selang penjelajahan yang dilakukan oleh para penjelajah barat ke wilayah pedalaman masyarakat tradisional, mulai menimbulkan penyakit baru yang menyerang masyarakat tradisional yaitu penyakit menular seperti; difteri, campak, flu, gondongan, batuk rejan, rubela atau campak jerman, herpes zoster (cacar api), dan tifoid. Penyakit-penyakit menular tersebut merupakan epidemi akut, banyak orang di satu wilayah jatuh sakit dalam waktu yang singkat dan dengan cepat pulih atau mati, kemudian penyakit tersebut menghilang di daerah tersebut selama setahun atau lebih[16]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Ember, Carol R. (June 2020). "Hunter-Gatherers (Foragers)". Diakses tanggal 14 September 2022. 
  2. ^ Wade, Nicholas (2006). Before the Dawn. London: The Penguin Press. ISBN 1594200793. 
  3. ^ Richard B. Lee & Richard Daly, “Introduction: Foragers & Others,” in: The Cambridge Encyclopedia of Hunters & Gatherers (Cambridge University Press, 1999), ISBN 052157109X, pp. 1–20.
  4. ^ Stephens, Lucas; Fuller, Dorian; Boivin, Nicole; Rick, Torben; Gauthier, Nicolas; Kay, Andrea; Marwick, Ben; Armstrong, Chelsey Geralda; Barton, C. Michael (2019-08-30). "Archaeological assessment reveals Earth's early transformation through land use". Science (dalam bahasa Inggris). 365 (6456): 897–902. Bibcode:2019Sci...365..897S. doi:10.1126/science.aax1192. hdl:10150/634688 . ISSN 0036-8075. PMID 31467217. 
  5. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama :0
  6. ^ Greaves, Russell D.; et al. (2016). "Economic activities of twenty-first century foraging populations". Why Forage? Hunters and Gatherers in the Twenty-First Century. Santa Fe; Albuquerque: School for Advanced Research, University of New Mexico Press. hlm. 241–62. ISBN 978-0826356963. 
  7. ^ Diamond 2017, hlm. 243.
  8. ^ Diamond 2017, hlm. 246.
  9. ^ Diamond 2017, hlm. 16.
  10. ^ Diamond 2017, hlm. 17.
  11. ^ Diamond 2017, hlm. 82-83.
  12. ^ Diamond 2017, hlm. 396.
  13. ^ Diamond 2017, hlm. 403.
  14. ^ Diamond 2017, hlm. 30-31.
  15. ^ Diamond 2017, hlm. 359.
  16. ^ a b Diamond 2017, hlm. 361.

Bacaan lanjutan

sunting

Daftar pustaka

sunting
  • Diamond, Jared (2017). The World Until Yesterday. Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 9786024241926. 

Pranala luar

sunting