Pebangkai
Pebangkai adalah perilaku makan karnivora dan herbivora dengan si pebangkai mendapatkan makanan dari yang telah mati dan benda-benda membusuk yang ada di habitatnya.[1] Memakan bangkai dari spesies yang sama disebut juga dengan kanibalisme. Pebangkai memainkan peran penting dalam ekosistem dengan mengonsumsi hewan dan tumbuhan yang telah mati. Pengurai dan pemulung mengakhiri proses ini, dengan mengonsumsi sisa-sisa yang ditinggalkan si pebangkai.
Etimologi
suntingPebangkai atau dalam bahasa Inggris dinamakan dengan scavenger adalah perubahan dari scavager, dari Inggris Pertengahan skawager yang berarti "adat kolektor", dari skawage yang berarti "adat", dari bahasa Prancis Utara Lama escauwage yang berarti "pemeriksaan", dari escauwer yang berarti "memeriksa", dari asal Bahasa Jerman; mirip dengan Bahasa Inggris Kuno scēawian yang berarti "untuk melihat ke", dan bahasa Inggris modern "tampak" (dengan Perubahan semantik).
Hewan-hewan
suntingPebangkai yang terkenal pada hewan termasuk hering, kumbang pengubur, lalat, lebah kuning, burung hantu, dan rakun. Banyak karnivora besar yang umumnya berburu, seperti hiena. Namun ada juga hewan-hewan yang jarang dianggap sebagai pebangkai seperti singa, harimau, dan serigala, tetapi memakan bangkai bila memiliki kesempatan atau menggunakan ukuran badan dan keganasannya untuk mengintimidasi pemburu asli (kecuali macan tutul); di lain sisi, hampir semua pebangkai yang lebih besar dari ukuran serangga akan berburu jika tidak cukup bangkai yang ada, karena ekosistem yang tidak cukup menyediakan hewan-hewan mati sepanjang tahun untuk memberi mereka makan. Anjing dan gagak pebangkai sering kali memanfaatkan hewan yang mati tertabrak di jalan. Pebangkai dari tumbuh-tumbuhan mati termasuk rayap yang membangun sarang di tanah berumput dan kemudian mengumpulkan material tumbuhan mati untuk dikonsumsi di dalam sarang.
Interaksi antara hewan pebangkai dan manusia dapat dilihat pada masa sekarang umumnya di pinggiran kota dengan hewan seperti tupai, kuskus, dan rakun. Di beberapa kota dan desa di Afrika, pebangkaian dari anjing hutan juga banyak terjadi.
Hewan-hewan yang mengonsumsi kotoran, seperti kumbang dung, dikenal juga sebagai koprovora. Hewan-hewan yang mengumpulkan partikel-partikel kecil dari material organ mati baik asalnya dari hewan atau tumbuhan disebut juga detritivora.
Sebagai suatu perilaku manusia
suntingPada manusia, necrophagy adalah hal yang tabu pada masyarakat umumnya. Ada banyak kejadian-kejadian di dalam sejarah, terutama pada masa perang, dengan necrophagy merupakan suatu perilaku bertahan hidup.
Pada tahun 1950, Louis Binford menyarankan bahwa manusia purba mendapatkan daging dengan memulung, bukan berburu.[2] Pada tahun 2010, Dennis Bramble dan Daniel Lieberman juga mengajukan bahwa manusia purba adalah pebangkai-pebangkai yang menggunakan alat batu untuk mengumpulkan daging dari bangkai dan untuk membuka tulang. Mereka mengatakan bahwa manusia mengkhususkan diri pada berlari jarak-jauh untuk bersaing dengan pebangkai lain untuk mencapai bangkai. Perilaku seperti itu dikatakan sebagai sebuah adaptasi untuk menjamin suatu suplai makanan yang nantinya membuat otak yang besar memungkinkan.
Memakan daging manusia, suatu praktik yang dikenal dengan anthropophagy (dan lebih umum dikenal dengan kanibalisme), sangat tabu hampir di semua kultur.
Pekerjaan
suntingPebangkai dianggap sebagai suatu pekerjaan dalam Sensus 1911 di Inggris dan Wales. Nama pekerjaan tersebut digunakan untuk mendeskripsikan seseorang yang membersihkan jalanan dan mengangkat sampah, umumnya pekerja pria (pengumpul sampah, petugas kebersihan, atau pembersih jalan pada masa sekarang) dipekerjakan oleh bagian pemerintahan kesehatan publik lokal. Nama itu disebut "scavager" atau "scaveger", seorang petugas yang memperhatikan penerimaan dari bea cukai dan menginspeksi (scavage) barang-barang import. Para "scavager" biasanya ada di bagian City of London menjabat sebagai aleconner atau beadle. Jabatan ini tampaknya juga ditugaskan juga dengan membersihkan jalan, dan nama tersebut menggantikan rakyer lama yang melakukan tugas tersebut.[3]
Pekerjaan ini sangat esensial pada perkotaan yang beroperasi dengan kapasitas tinggi. Pekerjaan mengumpulkan sampah dan profesi memulung membuat populasi perkotaan berlanjut tanpa hambatan dari wabah dan penyakit yang umumnya dibawa oleh tumpukan sampah fisik. Pekerjaan ini adalah yang paling penting sebelum adanya sistem selokan yang berfungsi dan pipa saluran air dalam ruangan.
Fungsi ekologis
suntingPebangkai berperan dalam lingkungan melalui pemusnahan organisme yang membusuk, dan berfungsi sebagai sanitasi alami.[4] Sementara pengurai mikroskopis dan invertebrata memecah organisme mati menjadi bahan organik sederhana yang digunakan oleh autotrof di dekatnya, pebangkai membantu menghemat energi dan nutrisi yang diperoleh dari bangkai di tingkat trofik atas, dan mampu menyebarkan energi dan nutrisi lebih jauh dari lokasinya dibandingkan pengurai.[5]
Penularan penyakit
suntingPebangkai dapat menjadi penular penyakit antar hewan secara langsung dan tidak langsung. Pebangkai dari bangkai terinfeksi dapat menjadi inang bagi patogen tertentu dan akibatnya menjadi vektor penyakit itu sendiri.[6] Contohnya terdapat pada peningkatan penularan tuberkulosis yang terlihat ketika pebangkai yang memakan bangkai yang telah terinfeksi.[7] Demikian pula, konsumsi bangkai kelelawar yang terinfeksi rabies oleh sigung belang (Mephitis mephitis) mengakibatkan peningkatan infeksi virus pada organisme tersebut.[8]
Tantangan
suntingBanyak spesies pemakan bangkai menghadapi penganiayaan di berbagai wilayah. Misalnya, Burung Hering yang dianiaya dan terancam luar biasa dari manusia. Sebelum dilarang oleh pemerintah daerah pada tahun 2006, obat hewan Diklofenak telah menyebabkan penurunan setidaknya 95% burung Hering Gyps di Asia. Hilangnya habitat dan kekurangan makanan telah berkontribusi terhadap penurunan spesies burung Hering di Afrika Barat karena meningkatnya populasi manusia dan perburuan berlebihan terhadap sumber makanan burung Hering, serta perubahan dalam peternakan. Meracuni predator tertentu untuk meningkatkan jumlah hewan buruan masih merupakan praktik perburuan yang umum di Eropa dan berkontribusi terhadap keracunan burung Hering ketika mereka memakan bangkai predator yang diracuni.[9]
Manfaat bagi manusia
suntingPebangkai efisien yang dikenal juga dengan pebangkai dominan atau pebangkai apex bermanfaat bagi manusia. Peningkatan populasi pebangkai dominan, seperti burung Hering, dapat mengurangi populasi pebangkai oportunistik yang lebih kecil, seperti tikus.[10] Pebangkai kecil ini seringkali menjadi hama dan vektor penyakit.[11]
Galeri
sunting-
hering memakan bangkai seekor rusa kutub
-
Seekor Gagak hutan memakan seekor hiu kecil mati.
-
Seekor hiu putih memakan bangkai paus.
-
Seekor beruang kutub memakan bangkai paus narwhal.
-
Seekor kadal Ibiza wall memakan sisa ikan dari pemangsa sebelumnya.
-
Semut Red weaver memakan Siput besar Afrika yang telah mati.
Lihat juga
suntingReferensi
sunting- ^ Getz, W. (2011). Biomass transformation webs provide a unified approach to consumer–resource modelling. Ecology Letters, DOI:10.1111/j.1461-0248.2010.01566.x.
- ^ Binford, Louis. R. (1986) Human ancestors: Changing views of their behavior. Journal of Anthropological Archaeology 3:235-257.
- ^ 1911 Encyclopædia Britannica
- ^ Ogada, Darcy L.; Keesing, Felicia; Virani, Munir Z. (2012). "Dropping dead: causes and consequences of vulture population declines worldwide". Annals of the New York Academy of Sciences (dalam bahasa Inggris). 1249 (1): 57–71. doi:10.1111/j.1749-6632.2011.06293.x. ISSN 1749-6632.
- ^ Olson, Zachary H.; Beasley, James C.; Jr, Olin E. Rhodes (2016-02-17). "Carcass Type Affects Local Scavenger Guilds More than Habitat Connectivity". PLOS ONE (dalam bahasa Inggris). 11 (2): e0147798. doi:10.1371/journal.pone.0147798. ISSN 1932-6203. PMC 4757541 . PMID 26886299.
- ^ Maák, István; Tóth, Eszter; Lenda, Magdalena; Lőrinczi, Gábor; Kiss, Anett; Juhász, Orsolya; Czechowski, Wojciech; Torma, Attila (2020-10-21). "Behaviours indicating cannibalistic necrophagy in ants are modulated by the perception of pathogen infection level". Scientific Reports (dalam bahasa Inggris). 10 (1): 17906. doi:10.1038/s41598-020-74870-8. ISSN 2045-2322. PMC 7578781 . PMID 33087857 Periksa nilai
|pmid=
(bantuan). - ^ Carrasco-Garcia, Ricardo; Barroso, Patricia; Perez-Olivares, Javier; Montoro, Vidal; Vicente, Joaquín (2018-03-02). "Consumption of Big Game Remains by Scavengers: A Potential Risk as Regards Disease Transmission in Central Spain". Frontiers in Veterinary Science (dalam bahasa English). 5. doi:10.3389/fvets.2018.00004. ISSN 2297-1769. PMC 5840163 . PMID 29552564.
- ^ Leslie, Mira J.; Messenger, Sharon; Rohde, Rodney E.; Smith, Jean; Cheshier, Ronald; Hanlon, Cathleen; Rupprecht, Charles E. (2006-08). "Bat-associated Rabies Virus in Skunks". Emerging Infectious Diseases. 12 (8): 1274–1277. doi:10.3201/eid1208.051526. ISSN 1080-6040.
- ^ Ogada, Darcy L.; Keesing, Felicia; Virani, Munir Z. (2012). "Dropping dead: causes and consequences of vulture population declines worldwide". Annals of the New York Academy of Sciences (dalam bahasa Inggris). 1249 (1): 57–71. doi:10.1111/j.1749-6632.2011.06293.x. ISSN 1749-6632.
- ^ O'Bryan, Christopher J.; Holden, Matthew H.; Watson, James E.M. (2019). "The mesoscavenger release hypothesis and implications for ecosystem and human well-being". Ecology Letters (dalam bahasa Inggris). 22 (9): 1340–1348. doi:10.1111/ele.13288. ISSN 1461-0248.
- ^ Probst, Carolina; Gethmann, Jörn; Amler, Susanne; Globig, Anja; Knoll, Bent; Conraths, Franz J. (2019-08-07). "The potential role of scavengers in spreading African swine fever among wild boar". Scientific Reports (dalam bahasa Inggris). 9 (1). doi:10.1038/s41598-019-47623-5. ISSN 2045-2322.
Bacaan lanjut
sunting- Merriam-Webster's Dictionary
- Smith TM, Smith RL (2006) Elements of Ecology. Sixth edition. Benjamin Cummings, San Francisco, CA.
- Chase, et al. The Scavenger Handbook. Bramblewood Press, Santa Barbara, CA.
- Rufus, Anneli and Lawson, Kristan. The Scavengers' Manifesto. Tarcher, New York.
- "Tasmanian devil". Britannica Concise Encyclopedia. Chicago: Encyclopaedia Britannica, 2009. Credo Reference. Web. 17 September 2012.
- Kruuk, H. Hunter and Hunted: Relationships between Carnivores and People. Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2002. Print.
Pranala luar
sunting- Stitching a Life From the Scraps of Others - tampilan slide oleh The New York Times