Pasukan Akhemeniyah
Pasukan Akhemeniyah atau Pasukan Persia adalah angkatan bersenjata di Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Pasukan Akhemeniyah bersifat multikultural serta berisi satuan infantri dan kavaleri reguler Persia dan Media yang terlatih, yang ditambah dengan para tentara wajib militer dari bangsa-bangsa taklukan di dalam kekaisaran serta para tentara bayaran dan serdadu garnisun dari dalam atau luar kekaisaran. Tentara reguler purnawaktu seperti Pasukan Abadi dilengkapi dengan senjata dan baju zirah yang seragam, sedangkan kontingen-kontingen sekutu Persia menyediakan perlengkapan mereka sendiri dan bertempur dengan gaya mereka sendiri. Selain para tentara utama, Pasukan Akhemeniyah juga memiliki satuan tambahan berupa kelompok-kelompok tentara bersenjatakan panah atau lembing. Selain itu, ketika hendak melakukan suatu pertempuran, Pasukan Akhemeniyah juga membawa banyak orang nontempur, seperti pengurus perkemahan, istri, selir, dan budak.
Penggambaran Pasukan Akhemeniyah diketahui dari penjabaran oleh sejarawan kuno seperti Herodotos, Xenophon, dan Arrianos, serta dari monumen Persepolis dan Yunani-Persia.[1][2][3] Sumber penting lainnya adalah penggambaran Yunani mengenai prajurit Persia dan relief pada Sarkofagus Aleksander di Sidon.[4][5]
Sejarah
suntingPada awalnya, Kekaisaran Akhemeniyah tidak memiliki pasukan profesional,[6] dan para tentara merupakan penduduk yang tinggal di daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu dalam bahasa Persia Lama, kata kara dapat bermakna "pasukan militer" maupun "rakyat".[7]
Pada masa awal, pasukan Akhemeniyah hanya diisi oleh orang Persia, dan bahkan setelah menaklukan banyak bangsa lainnya, orang Persia tetap menjadi bagian inti dalam pasukan Akhemeniyah.[8] Seiring meluasnya Akhemeniyah dari kerajaan kecil menjadi kekaisaran yang besar, yang menguasai hampir seluruh kelompok bangsa Iran dari Asia Tengah hingga sungai Danube, dibentuklah pasukan tetap, yang diisi oleh orang Persia, Mede, dan suku bangsa lainnya yang dekat, selain itu pasukan kekaisaran diorganisir dengan memasukkan para tentara dari bangsa-bangsa taklukan Persia. Penggambaran di Persepolis, serta dokumen ekonomi dan militer resmi Persia yang digunakan oleh Herodotos menunjukkan bahwa semakin dekat suatu bangsa dengan bangsa Persia maka mereka membayar upeti yang lebih sedikit tapi harus mengirimkan tentara yang lebih banyak.[9][10][11] Dengan demikian, bangsa Mede yang memiliki posisi kedua di kekaisaran mengirimkan tentara yang paling banyak, dan memang banyak jenderal imperial yang dipilih dari bangsa Mede, di antaranya adalah Mazares, Harpagos, Taxmaspada, dan Datis. Setelah bangsa Mede, urutan berikutnya adalah bangsa Saka, Baktria, Hyrkania, dan kelompok bangsa Iran timur lainnya.[12]
Istilah untuk pasukan profesional Akhemeniyah adalah spada. Pasukan ini meliputi infantri (pasti), kavaleri (asabari (penunggang kuda) dan terkadang usabari (penunggang unta)), kereta perang (yang hanya digunakan sebagai kendaraan simbolis oleh tentara bangsawan), serta sejumlah besar petugas perkemahan.[1][13][14][15] Setelah melakukan kontak dengan bangsa Yunani, Kekaisaran Akhemeniyah mulai memasukkan tentara bayaran Yunani dalam pasukannya,[a] pada awalnya yang melakukannya adalah para satrap Persia di Asia Kecil, kemudian langkah diikuti pula oleh raja-raja Persia. Pada tahun 401 SM, para tentara bayaran ini memperoleh bayaran bulanan sebesar satu darik emas.[18] Pada masa Aleksander Agung, para tentara bayaran ini telah menjadi bagian tetap dalam spada dan para pemimpin mereka telah dapat memasuki aristokrasi Persia. Mereka memainkan peranan penting dalam hubungan kebudayaan Yunani-Persia dan ikut membantu penyebaran kebudayaan Yunani di daerah timur.[19][20][21]
Infantri
suntingPrajurit pejalan kaki membawa pedang pendek yang disebut akinaka, tombak dengan gagang kayu dan ujung logam, anak panah dari gelagah dengan ujung besi atau perunggu, serta busur panah sepanjang satu meter dengan bagian ujung yang dihiasi bentuk kepala hewan. Mereka juga dilengkapi dengan suatu benda yang menyambungkan wadah busur dan wadah anak panah.[22][23][24] Kapak perang juga digunakan, khususnya oleh para tentara dari Iran utara.[25]
Untuk perlindungan, prajurit infantri mengenakan perisai anyaman dari kayu dan kulit, mampu menghentikan tembakan panah.[26] Perisai ini bisa berukuran kecil dan berbentuk bulan sabit atau berukuran besar dan berbentuk persgi panjang. Perisai persegi panjang besar bisanya ditegakkan di tanah sementara para pemanah di belakangnya melepaskan tembakan.[27] Beberapa prajurit membawa perisai berbentuk angka delapan, disebut perisai Boiotia, sedangkan prajurit Ghandara membawa perisai bundar.[28][29] Beberapa tentara Persia mengenakan helm besi, tetapi hanya tentara Mesir dan Mesopotamia yang mengenakan baju zirah untuk melindungi badan.[30] Infanteri elit memiliki kostum beraneka ragam: baik topi bergalur, jubah pendek dengan kemeja di baliknya, rok lipit, dan sepatu bertali dengan gaya istana Elam, atau topi kerucut, tunik ketat dan celana panjang serta sepatu bot dari setelan kavaleri Media.
Ada satu divisi infantri berisi "seribu penombak, orang Persia paling ningrat dan paling berani" yang menjadi garda kerajaan khusus; tombak mereka memiliki bulatan emas mirip apel pada bagian ujung belakangnya sehingga mereka disebut "Para Pembawa Apel."[31] Ketika menjadi pangeran, Darius pernah bertugas dalam garda penombak ini di bawah pimpinan Kambyses.[32] Komandan pasukan ini adalah hazārapati kekaisaran yang jabatannya hanya lebih rendah dari raja sehingga memiliki kekuatan politik yang besar.[33][34][35][36] Semua anggota garda ini tewas mempertahankan posisi mereka dalam Pertempuran Plataia.[37]
Pasukan Abadi
suntingPasukan Abadi (Anûšiya) adalah korps infantri berat elit Akhemeniyah. Mereka bertugas sebagai Garda Imperial dan juga sebagai pasukan tempur. Pasukan Abadi dibentuk oleh Koresh Agung, yang merasa bahwa keamanan kekaisaran perlu ditingkatkan seiring wilayah kekaisaran yang semakin meluas.[38] Korps ini dinamai Pasukan Abadi karena jumlahnya selalu tetap, yakni 10.000 prajurit.[39][b] Mereka punya tradisi dan aturan bahwa jika ada tentara yang terbunuh atau cacat serius, maka akan langsung digantikan oleh tentara baru sehingga jumlah pasukan ini selalu 10.000, tidak kurang dan tidak lebih,[41][41][42][43]
Persenjataan Pasukan Abadi antara lain tombak pendek, pedang pendek (akinaka), kapak (sagaris), busur dan panah, serta perisai anyaman dari kayu dan kulit (gerron).[44] Mereka mengenakan jubah yang penuh dengan hiasan dan sulaman, dengan warna yang beragam.[45][46] Di balik jubahnya mereka memakai baju zirah sisik. Penyeimbang tombak prajurit biasa dibuat dari perak, sedangkan perwiranya menggunakan penyeimbang tombak dari emas.[42] Dari sepuluh ribu tentara Abadi, sembilan ribu di antaranya adalah prajurit biasa dan seribu lainnya adalah perwira.[31][43]
Dalam invasi kedua Persia ke Yunani, korps ini dipimpin oleh Hydarnes.[47][48][c] Pasukan Abadi memperoleh pelatihan yang lebih baik dan lebih berat daripada tentara lainnya. Para prajurit dalam Pasukan Abadi sudah dilatih dengan keras sejak kecil dan hanya keturunan bangsawan yang masuk dalam korps ini. Siasat yang biasa digunakan oleh Pasukan Abadi yaitu barisan depan menyerang musuh sedangkan barisan belakang menembakkan panah ke arah musuh. Para prajurit yang menjadi tentara Abadi adalah pria-pria yang sangat setia pada kaisar dan akan melindungi kaisar bahkan sampai mati.
Korps ini dibagi menjadi beberapa resimen berdasarkan kualitas dan status soial. Pangkat tertinggi adalah "resimen ungu" dan bertugas paling dekat dengan kaisar. Mereka memakai warna ungu yang dikenal sebagai "ungu Tyre". Warna tersebut didapat dari siput laut dan amat sangat mahal. Resimen ini berjumlah 1.000 prajurit dan penyeimbang tombak mereka terbuat dari emas. Resimen lainnya adalah resimen kuning, biru, dan merah.
Rombongan Pasukan Abadi diiringi oleh karavan berupa kereta tertutup, unta, dan bagal yang membawa suplai, makanan, budak wanita, pelayan, dan juru masak untuk melayani pasukan.[51] Kereta suplai tersebut membawa makanan khusus yang disediakan hanya untuk para tentara Abadi.[52][53] Beberapa perwira pangkat tinggi biasanya membunuh singa, cheetah atau macan tutul untuk menunjukkan kemampuan dan keberanian mereka. Mereka kemudian akan mengenakan bulu dari hewan yang telah mereka bunuh.[54] Para tentara dalam korps ini juga mengenakan bermacam-macam aksesoris yang mewah. Herodotos menyebut bahwa Pasukan Abadi "melampaui semua pasukan lainnya dalam hal keindahan," dan bahwa "mereka berkilau melalui banyak ornamen emas yang menghiasi mereka." Quintus Curtius juga menyebut, "Kalung emas mereka, pakaian mereka yang bersulam emas, dan jubah berlengan, juga dihiasi permata."[55]
Sparabara
suntingSparabara ("pembawa perisai") adalah infantri berat garis depan dalam pasukan Akhemeniyah. Mereka biasanya menjadi tentara pertama yang terlibat baku hantam dengan musuh. Tidak banyak yang diketahui mengenai satuan ini namun diduga mereka membentuk dinding perisai serta menggunakan tombak sepanjang dua meter untuk melindungi pasukan yang lebih rawan seperti pemanah dari serangan musuh.[56] Sparabara berasal dari penduduk asli Persia, mereka dilatih sejak kecil untuk menjadi tentara. Jika tidak sedang bertempur di tempat yang jauh, mereka biasanya berlatih berburu di Persia, atau hidup sebagai petani dan peternak. Oleh karena itu mereka tidak memiliki kemampuan sebagai pasukan profesional. Sparabara mengenakan baju linen berlapis kapas dan membawa perisai anyaman persegi panjang besar. Perisai ini mampu menahan tembakan panah namun tidak cukup kuat untuk melindungi dari tombak. Sparabara diharuskan untuk mempau menahan barisan pasukan selaam jangka waktu tertentu hingga dilancarkan serangan balasan terhadap musuh.
Takabara
suntingTakabara merupakan sejenis infantri ringan mrip peltastes dari Yunani.[57] Mereka kemungkinan lebih merupakan tentara garnisun dan bukannya prajurit garis depan karena pada pertempuran dalam Perang Yunani-Persia menghadapi pasukan hoplites Yunani yang bersenjata berat, para takabara dengan mudah dikalahkan. Mereka cenderung bertempur menggunakan senjata dari daerah asli mereka yang mungkin meliputi perisai anyaman berbentuk bulan sabit dan kapak perang serta mengenakan baju linen dan kulit. Takabara direkrut dari daerah yang kini menjadi negara Irak dan sebagian Iran.
Kardakes
suntingKardakes adalah satuan satuan infantri berat profesional dalam pasukan Akhemeniyah. Mereka dibentuk suatu waktu sebelum invasi Makedonia dengan tujuan mendukung pasukan bayaran Yunani, yang sudah menjadi amat penting dalam pasukan Persia. Kardakes terlibat dalam Pertempuran Issos dan Pertempuran Gaugamela tanpa keberhasilan yang besar. Ada perdebatan di kalangan sejarawan mengenai persenjataan dan modern operasi Kardakes.
Kavaleri
suntingKuda
suntingKavaleri berperan penting dalam menaklukan banyak wilayah bagi Kekaisaran Akhemeniyah, dan masih tetap menjadi penting hingga masa-masa akhir Akhemeniyah. Penunggang kuda dilengkapi mirip dengan prajurit pejalan kaki, tetapi, seridaknya pada masa Xenophon, kavaleri membawa dua buah lembing, yang satu untuk dilemparkan dan yang satu lagi untuk pertahanan.[58] Beberapa mengenakan helm logam dan korselet linen berlapis dengan sisik-sisik logam.[d][60] Suatu dokumen Babilonia dari tahun kedua pemerintahan Darius II menunjukkan perlengkapan penunggang kuda sebagai berikut: kuda beserta sabuk dan tali kekangnya, helm, kuiras besi, perisai perunggu, 120 anak panah, gada besi, dan dua tombak besi.[61]
Unta
suntingOrang Persia tidak terlalu menjunjung tinggi unta sehingga tidak terlalu suka menunggangi unta dalam pertempuran. Akan tetapi, unta memberikan peranan penting dalam sedikit pertempuran Persia. Orang Arab menyediakan pemanah penunggang unta bagi Xerxes I pada tahun 480 SM dan kemungkinan untuk membantu penaklukan Kambyses II di Mesir, tetapi penggunaan untra yang paling terkenal dalam Pasukan Akhemeniyah adalah ketika Koresh Agung mengerahkan unta dalam menghadapi Lydia. Baik Xenophon maupun Herodotos sama-sama menggamarkan satuan unta yang lebih baik, hewan tersebut ditangkap atau diambil dari kereta barang. Tiap unta mengangkut sepasang pemanah. Meskipun unta-unta ini berhasil menakut-nakuti kuda-kuda Lydia, mereka tampaknya tidak banyak berperan dalam pertempuran dan setelahnya dikembalikan ke kereta barang.
Gajah
suntingDalam Pertempuran Gaugamela melawan pasukan Makedonia pimpinan Aleksander Agung, disebutkan bahwa Kekaisaran Akhemeniyah mengerahkan lima belas gajah perang namun hanya sedikit yang diketahui rincian mengenai peranan gajah-gajah tersebut.[62][63] Gajah-gajah itu ditempatkan di bagian tengah barisan Persia dan cukup membuat pasukan Makedonia terkejut, sampai-sampai Aleksander merasa harus memberi kurban pada Fobos (dewa rasa takut) pada malam sebelum pertempuran. Namun menurut beberapa sumber, gajah-gajah itu tidak banyak terlibat dalam pertempuran karena terlalu lelah setelah melakukan perjalanan panjang menuju medan pertempuran.[64]
Kendaraan
suntingKerata perang
suntingKereta perang digunakan pada periode Akhemeniyah dalam sejumlah cara. Beberapa kontingen asing masih menggunakan kendaraan ini, tetapi militer Persia hanya menggunakan kereta perang sebagai kendaraan komando, dengan sejumlah pengecualian, dan bukan sebagai kendaraan serang utama. Meskipun demikian, kereta perang masih dianggap sebagai lambang kekuasaan dan otoritas. Para jenderal masih menggunakan kereta perang untuk parade kebudayaan dan militer, berburu, dan untuk transportasi dalam pertempuran. Xerxes disebutkan mengendarai kereta perang dalam invasinya ke Yunani, selain itu dalam ekspedisi tersebut dia juga membawa kereta perang suci Ahura Mazda. Kendaraan ini merupakan kereta perang matahari yang didedikasikan untuk dewa agung Persia. Kereta perang ini ditarik oleh delapan ekor kuda dengan saisnya berjalan kaki di belakangnya sambil memegang tali kekang, karena dipercaya bahwa manusia biasa tidak boleh berdiri di atas kendaraan ini. Dalam invasi Xerxes, kontingen India dan Lybia juga dikatakan mengirimkan pasukan kereta perang.[65]
Kemungkinan penggunaan kereta perang yang paling terspesialisasi adalah kereta perang bersabit yang digunakan oleh Koresh Agung. Xenophon, yang menggambarkan ciri-ciri kereta itu sebagai berikut:
dengan roda yang kuat untuk menahan goncangan benturan, dan as roda yang panjang, dengan prinsip bahwa basis yang lebar adalah lebih kuat, sedangkan tempat sais diubah menjadi apa yang mungkin disebut rengga, dibuat dari kayu yang kokoh dan mencapai siku, memberikan ruang bagi saisnya untuk mengendalikan kuda di atas pinggirannya. Sasinya sendiri dipersenjatai lengkap, hanya matanya saja yang tidak tertutup. Kereta perang ini memiliki sabit besi sepanjang dua kaki yang tepasang pada as di kedua roda...Begitulah jenis kereta perang yang diciptakan oleh Koresh, dan masih digunakan hingga kini oleh bangsa-bangsa taklukan Raja Agung.
— Xenophon, Kyro Paideia
Koresh disebutkan mengerakan pasukan yang terdiri atas 300 kereta perang yang terbagi ke dalam 3 komando ketika melawan Kroisos dari Lydia. Seratus kereta perang itu berasal dari pasukan Persia, seratus dari sekutu Assyria, Abradatas dari Susa, dan seratus lagi dari Media.
Ada perdebatan mengenai apakah kereta perang bersabit digunakan oleh Pasukan Akhemeniyah awal. Xenophon adalah satu-satunya rujukan mengenai penggunaan kendaraan ini oleh Koresh, dan tampaknya kereta perang bersabit tak digunakan oleh Darius ataupun Xerxes dalam kampanye mereka ke Yunani. Namun kereta perang bersabit tercatat digunakan oleh kedua belah pihak dalam Pertempuran Kunaxa pada tahun 401 SM. Diduga bahwa kereta perang bersabit tidak dikerahkan dalam invasi ke Yunani karena sulitnya mengangkut kendaraan ini melalui jarak yang sangat jauh dari Persia ke Yunani. Empat ekor kuda dengan satu gerbong akan menghabiskan banyak tempat di dalam kapal serta dapat memperpanjang formasi barisan pasukan ketika sedang melakukan perjalanan darat. Ini dapat memperlama perjalanan sekaligus membuat barisan rentan diserang musuh. Selain itu, kereta perang tidak cukup baik dalam menyerang kota atau benteng.
Gerobak perang
suntingXenophon menggambarkan menara bergerak Koresh sebagai gerobak yang ditarik oleh delapan lembu, untuk membawa kompartemen bawah mesin tubruk, yang memiliki tinggi sekitar dua puluh tujuh kaki termasuk roda. Menara ini dibangun dengan galeri dan parapet, masing-masing dapat mengangkut dua puluh tentara. Kendaraan ini dibangun dari papan yang tebal. Berdasarkan penjabaran Xenophon mengenai Pertempuran Thymbra, kendaraan ini ditempatkan di belakang barisan pertama infantri. Dikisahkan bahwa pasukan Mesir mendesak infantri Persia mundur hingga gerobak perang di belakangnya muncul dalam jarak tembak.
Tentara wajib militer
suntingSelain pasukan tetap, pasukan wajib militer dari bangsa-bangsa taklukan direkrut jika dibutuhkan, dan perlu waktu lama, terkadang bertahun-tahun, untuk mengumpulkan suatu pasukan besar. Ada banyak garnisun Persia di pusat-pusat penting di kekaisaran, dan para satrap juga memiliki tentara wamil dan lokal tersendiri, tetapi para tentara ini tidak dapat dimanfaatkan untuk membentuk suatu pasukan dengan cepat karena selalu ada ancaman pemberontakan. Pasukan kesukuan, terutama dai Iran Timur, lebih tersedia. Para tentara wamil dipanggil ke stasiun perekrutan (handaisa[66]), di sana mereka diperiksa dan diorganisir.[40]
Tentara bayaran
suntingYunani
suntingPasukan bayaran banyak muncul Pasukan Akhemeniyah pada masa akhir, tetapi bahkan sejjak abad ke-5 SM, orang Yunani telah dikerahkan dalam Pasukan Akhemeniyah. Istilah "Medisasi" digunakan untuk menggambarkan orang Yunani yang pro-Persia atau bertugas dalam Pasukan Akhemeniyah. Istilah ini berasal dari kata "Mede", yang merupakan nama yang digunakan oleh bangsa Yunani untuk menyebut seluruh orang Persia atau Media.
Orang Yunani Ionia ikut serta dalam invasi Persia ke wilayah Skythia pada tahun 512 SM. Mereka juga sempat memberontak terhadap Persia pada tahun 490 SM dan menjalani pertempuran selama 6 tahun, disebut Pemberontakan Ionia, demi memperoleh kemerdekaan, tapi mereka masih bertugas dalam Pasukan Akhemeniyah pada tahun 490 SM. Mereka juga bertempur bersama-sama para tentara Persia dalam Pertempuran Marathon.[65]
Pada tahun 479 SM, 13,000 tentara hoplites dan 5.000 kavaleri Yunani yang termedisasi bertempur bagi Persia pada Pertempuran Plataia.[65]
Skythia
suntingOrang Skythia atau Saka terkenal sebagai petarung dan pemanah yang tangguh. Mereka digunakan sebagai tentara bayaran baik oleh Persia maupun Yunani. Mereka cukup sering digambarkan dalam guci Yunani. Ketika pasukan Yunani dan Persia berhadapan di Marathon, pasukan Skythia yang dikerahkan oleh Athena menolak bertempur bagi Yunani dan membelot kepada Persia. Komandan Persia, Datis, menghormati kemampuan tempur para tentara Skythia itu dengan menempatkan mereka di barisan tengah Persia. Dalam pertempuran yang terjadi kemudian, orang Skythia bertempur dengan baik dan sempat menembus barisan tengah Yunani, meskipun pada akhirnya mereka dikalahkan oleh pasukan Yunani.[65]
Selain untuk bertempur, orang Skythia juga dimanfaatkan oleh Persia untuk mengajari tentara Persia dalam hal memanah.
Organisasi
suntingPasukan Akhemeniyah, seperti pasukan-pasukan Timur Tengah dari masa sebelumnya dan pasukan Asia dari masa selanjutnya,[e] diatur dengan basis persepuluhan;[f] resimen, satuan, dan korps dikelompokkan menjadi puluhan, ratusan, dan ribuan. Masing-masing satuan dipimpin oleh seorang komandan. Satu kompi berisi 10 tentara disebut dathabam dengan komandan yang disebut dathapati,[69] sepuluh kompi membentuk satu batalion berisi 100 tentara yang disebut satabam dengan komandan yang disebut satapati,[70] sepuluh batalion membentuk satu divisi berisi 1.000 tentara yang disebut hazarabam dengan komandan yang disebut hazarapati,[71] dan sepuluh divisi membentuk satu korps berisi 10.000 tentara yang disebut baivarabam dengan komandan yang disebut baivarapati.[72]
Dalam sebagian besar pertempuran dan kampanye, raja Akhemeniyah bertindak sebagai panglima tertinggi (kemungkinan disebut spādapati, meskipun generalissimo dengan otoritas sipil penuh disebut kārana[73]) atas pasukan, tetapi terkadang mereka menyerahkan komando kepada satu atau lebih jenderalnya. Raja menunjuk staf ketua dan para jenderal pasukan, yang dapat berasal dari kalangan satrap (gubernur provinsi), atau bangsawan, bisanya keturunan Persia atau Media dan merupakan kerabat dekat atau sahabat raja, misalnya Mazares orang Mede memimpin pasukan Koresh Agung, dan Datis orang Mede memimpin pasukan Darius Agung dalam Pertempuran Marathon. Para komandan dan perwira dalam pasukan Akhemeniyah terkadang ikut serta secara langsung dalam baku hantam sehingga banyak dari mereka yang tewas dalam pertempurann.[g] Pada umumnya, para satrap memimpin pasukan dari kesatrapan atau daerahnya masing-masing namun dapat pula dipromosikan untuk memimpin divisi atau pasukan dengan kebangsaan campuran. Para jenderan ini bertugas menunjuk para baivarapati dan hazarapati. Herodotos dalam Historia menuturkan bahwa para baivarapati berhak menunjuk para dathapati dan satapati.
Xenophon dan Kyro Paideia menjabarkan pengelompokkan persepuluhan yang serupa namun dia menyebutkan adanya pemimpin lima tentara. Dia juga menuturkan adanya sistem promosi, yaitu bahwa seorang tentara biasa yang menunjukkan keberanian atau kepemipinan yang luar biasa dapat dinaikkan pangkatnya menjadi kapten atas lima atau sepuluh tentara, dan bahkan bisa menjadi seorang Hazarapatis. Pasukan Abadi menerapkan sistem promosi semacam ini. Jumlah Pasukan Abadi selalu tetap, yakni 10.000 tentara karena setiap kali satuan ini kehilangan tentara, maka tentara dari resimen lain akan langsung dipromosikan ke dalam satuan ini. Penggambaran Herodotos mengnai resimen garda infantri dan kavaleri Xerxes yang berjumlah 1.000 tentara juga menyatakan adanya sistem promosi dalam Pasukan Akhemeniyah. Herodotos mencatat bahwa para pembawa tombak "semuanya merupakan keturunan Persia yang paling ningrat dan paling hebat."
Sistem promosi ini juga memiiliki kekurangan. Seringkali ada tentara yang, karena ini menunjukkan keberanian dan kehebatannya di hadapan raja atau komandan mereka, keluar dari barisan tempur dan menyerang musuh begitu saha. Herodotos menuturkan bahwa dalam Pertempuran Marathon, Pasukan Akhemeniyah bertempur acak-acakan, kelompok-kelompok 10 tentara atau kurang cenderung keluar dari barisan dan menyerang pasukan Yunani sehingga membuat formasi Pasukan Akhemeniyah pecah.[65]
Pelatihan
suntingPelatihan bagi para bangsawan Persia untuk menjadi tentara dalam pasukan Akhemeniyah sangat berat. Sejak masih kecil, anak-anak Persia dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri atas 50 orang. Mereka diajari berlari, berenang, mengurus kuda, mengolah lahan, mengurus ternak, membuat kerjainan tangan, dan berdiri dalam waktu lama. Mereka juga dilatih dalam hal keahlian mengejar musuh (baik dengan berjalan kaki atau menunggang kuda), memanah, melempar tombak dan lembing, dan bertahan menghadapi perjalanan jauh dalam cuaca buruk.[81][82][83][84] Pada usia dua puluh tahun, mereka memulai karier militernya,[85][86] yang berlangsung hingga usia lima puluh tahun sebagai prajurit pejalan kaki atau penunggang kuda.[86] Para bangsawan yang paling elit dilatih untuk menjadi mahir dalam bertempur dengan berjalan kaki maupun sambil menunggang kuda. Darius pernah berkata dengan bangga:[40][87]
Aku terlatih menggunakan tangan dan kaki. Sebagai penunggang kuda, aku adalah penunggang kuda yang hebat. Sebagai pemanah, aku adalah pemanah yang hebat, baik sambil berdiri maupun sambil menunggang kuda. Sebagai penombak, aku adalah penombak yang hebat, baik sambil berdiri maupun sambil menunggang kuda.
Pertempuran
suntingKampanye biasanya dimulai pada awal musim semi.[88][89][90] Sebagian perbekalan disimpan di berbagai gardu di sepanjang rute perjalanan, dan sebagian lagi dibawa oleh pasukan menggunakan kereta barang.[91][92] Emblem kekaisaran dan keagamaan ditaruh di bagian tengah pasukan bersama para komandan. Panji elang dan api suci dalam wadah api portabel diiringi oleh para Magi yang melantunkan puji-pujian, lalu ada pula kereta perang suci Mithra, Ahura Mazda dan yang lainnya.[93][94][95] Pengintai berkuda dikirim lebih dahulu untuk mengawasi pergerakan musuh.[96][97] Ada pula sistem komunikasi yang baik; pembawa pesan di sepanjang jalan kekaisaran berganti kuda dalam selang waktu tertentu dan dengan cepat menyampaikan pesan mereka ke tujuan.[98] Selain itu, dengan menggunakan sinyal cahaya dan cermin, para pejabat Persia di kota-kota penting seperti Susa atau Ekbatana dapat memperoleh kabar dari daerah lain di kekaisaran dengan cepat.[h] Sinyal api yang menyebarkan kabar dari menara dan tempat tinggi juga banyak digunakan.[100] Gerbang berbenteng dibuat dalam jalan sempit yang mengarah ke berbagai provinsi, bukan hanya untuk pemeriksaan rutin melainkan juga untuk menghentikan gerak maju musuh.[i] Orang Persia tidak menyukai perjalanan malam dan tidak menyerang pada malam hari. Pada siang hari, mereka berjalan dengan lambat akibat adanya kereta barang dan tandu yang mengangkut istri dan selir para komandan.[105] Pada malam hari, mereka berkemah di daerah yang datar, dan jika musuh mendekat, mereka menggali parit dan menaruh kantung pasir di sekitarnya.[106] Sungai diseberangi menggunakan rakit, jembatan ponton, atau pelampung kulit, atau dengan menunggangi kuda atau unta.[107][108][109]
Sebelum melakukan pertempuran (hamarana), paara komandan Persia menggelar dewan perang dan membicarakan rencana tindakan yang akan dilakukan. Barisan pertempuran pasukan Akhemeniyah adalah sebagai berikut: pemanah pejalan kaki ditempatkan di bagain depan, diapit oleh kavaleri dan didukung oleh infantri ringan dan infantri berat. Panglima tertinggi berada di tengah pasukan supaya perintahnya dapat diterima oleh kedua sayap pasukan secara bersamaan. Dia mengamati barisan dan memberikan perintah dari tempat yang tinggi dan terlindungi. Ketika pertempuran dimulai, para pemanah menembakkan panah mereka, dan para pengumban melemparkan misil batu mereka.[j][111][112][113][114] Tujuannya adalah untuk mengacaukan barisan musuh. Jarak ekeftif pemanah Persia adalah sekitar 120 yard.[30] Kemudian infantri berat dengan tombak dan pedang maju, didukung oleh kavaleri yang menyerang bagian sayap.
Siasat tersebut bekerja dengan baik ketika melawan pasukan-pasukan di Asia, tetapi gagal ketika berhadapan dengan infantri berat Yunani (hoplites) dan phalanx Makedonia. Panah-panah Persia dapat tidak mampu menembus baju pelindung (linothorax atau kuiras otot) dan perisai besar (aspis) yang dipakai oleh para hoplites. Sementara para tentara Persia mengenakan zirah yang lebih sedikit dan membawa senjata serang yang lebih inferior.[115][116][117] Herodotos menuturkan baku hantam antara pasukan Yunani dan Persia dalam Pertempuran Plataia sebagai berikut:[118]
Para prajurit Persia berulang kali merebut tombak Yunani dan mematahkannya; karena dalam hal keberanian dan kegigihan, orang Persia tidaklah kalah dari orang Yunani; namun mereka tidak membawa perisai, tidak terlatih, dan kalah jauh dari musuh dalam hal kemampuan bertarung. Terkadang sendirian, terkadang bersepuluh-sepuluhan, kini semakin lama semakin sedikit, mereka menyerbu barisan Sparta dan langsung tewas.
Kelemahan lainnya dalam pasukan Akhemeniyah adalah perilaku terhadap komandan. Bersama jenderal yang cakap dan tangguh, para tentara biasanya bertempur dengan berani, tetapi jika jenderalnya terbunuh atau kabur, maka para tentara juga akan melarikan diri secara tak beraturan.[119] Mengetahui bahwa raja adalah inti dari pasukan, Koresh Muda memerintahkan Klearkhos, pemimpin pasukan bayaran Yunaninya, untuk menyerang bagian tengah pasukan tempat raja berada. Koresh mengatakan, "dan jika kita berhasil melakukannya maka tugas kita [untuk mengalahkan pasukannya] akan tuntas."[120]
Koresh Muda yang mengetahui siasat dan strategi pasukan Persia dan Yunani, nyaris berhasil dalam menghilangkan kelemahan militer Akhemeniyah. Dia melengkapi pasukan Asianya dengan banyak tentara hoplites Yunani, membentuk batalion kavaleri berat yang mengenakan helm, lempeng dada, dan pelindung paha (yang juga melindungi bagian samping kuda), serta membawa pedang Yunani selain senjata mereka sendiri. Kuda-kuda mereka juga dilindungi dengan frontlet (pelindung dahi) dan lempeng dada.[121][122][123][124][125] Dia secaara efektif melakukan koordinasi kavaleri berat dan infantri berat.[k] Akan tetapi kebergunaan kavaleri kejut Persia amat dihambat oleh ketiadaan sanggurdi dan pelana. Penunggang kuda mempertahankan posisinya di atas kuda hanya dengan tekanan lututnya. Ini membuat penunggang kuda mudah dijatuhkan dari kudanya ketika sedang menyerang menggunakan pedang atau jika berada dalam jangkauan tentara musuh.[126][127]
Kekaisaran Akhemeniyah biasanya memperlakukan tawanan musuh dengan baik, terutama tawanan dari kalangan bangsawan. Rakyat yang memberontak dipindahkan ke daerah yang baru, di sana mereka diberi lahan dan rumah dan diperintahkan untuk menetap. Keberanian amat dihargai dan tentara yang menunjukkan keberanian sering kali diberikan penghargaan.[128] Catatan pertempuran dismpan, menguraikan jalannya bentrokan dan jumlah korban.[129] Juru tulis panglima tertinggi mencatat tindakan hebat para tentara. Herodotos menuturkan bahwa:[130]
Selama pertempuran Xerxes duduk di kaki bukit..., dan kapanpun dia melihat ada kaptennya yang melakukan tindakan yang luar biasa dia akan menanyakan identitasnya, dan kemudian juru tulisnya menuliskan namanya, bersama nama ayahnya serta kotanya.
Darius juga pernah mendata enam tentaranya, bersama dengan ayah dan kebangsaaan mereka. Dia menambahkan, "Kalian yang kelak menjadi raja, lindungilah keluarga orang-orang ini."[131] Pada tahun 335 SM Athena dan Thebes meminta bantuan Persia, dan utusan dari kota Thebes diterima dengan amat ramah di istana kekaisaran. Permintaaan Thebes dikabulkan karena Thebes pernah memberikan bantua nmiliter kepada Xerxes 150 tahun sebelumnya.[132]
Jumlah
suntingSalah satu sumber sejarah mengenai jumlah tentara Akhemeniyah adalah catatan para sejarawan Yunani kuno. Dalam sumber-sumber Yunani ini, Kekaisaran Akhemeniyah disebutkan mengerahkan tentara dengan jumlah yang amat banyak. Pasukan Xerxes dalam invasi ke Yunani disebutkan berjumlah dua juta[133] hingga tiga juta tentara,[134] pasukan Artaxerxes II dalam Pertempuran Kunaxa berjumlah 900.000 tentara,[135] dan pasukan Darius III dalam Pertempuran Gaugamela berjumlah lebih dari satu juta tentara.[136][137] Akan tetapi, para sejarawan modern berpendapat bahwa semua angka tersebut terlalu berlebih-lebihan dan memperkirakan bahwa jumlah pasukan Akhemeniyah yang sebenarnya adalah jauh lebih kecil. Melalui analisis topografi, logistik, pengaturan spada, serta perintah pertempuran resmi, sejumlah sejarawan modern mengajukan angka yang lebih kecil. Pasukan Xerxes diperkirakan berjumlah 70.000 infantri dan 9.000 kavaleri.[138] Pasukan Artaxerxes berjumlah 40,000 tentara.[139] dan pasukan Darius berjumlah 34.000 kavaleri serta beberapa infantri.[140] Banyak sejarawan Iran yang menganggap bahwa jumlah pasukan Akhemeniyah yang terlalu dilebih-lebihkan itu membuat banyak orang salah menilai sejarah Persia yang sebenarnya.[68]
Angkatan laut
suntingPada awalnya, Kekaisaran Akhemeniyah lebih mengutamakan pasukan darat yang kuat dan tidak terlalu memperhatikan kekuatan laut. Namun pada abad ke-5 SM, hal ini mulai berubah ketika kekaisaran mengalami kontak dengan orang Yunani dan Mesir, yang memiliki tradisi dan kemampuan maritim. Darius I disebut-sebut sebagai raja Akhemeniya pertama yang membentuk armada Persia.[141] Bahkan pada saat itu belum ada "angkatan laut kekaisaran" penuh baik di Yunani maupun Mesir, jadi Akhemeniyah merupakan kekaisaran pertama yang memiliki angkatan laut kekaisaran reguler.[141] Meskipun demikian, kru kapal dalam angkatan laut Akhemeniyah bukanlah orang Persia, melainkan orang Fenisia (terutama dai Sidon), Mesir, Siprus, dan Yunani.[141]
Awalnya kapal-kapal Akhemeniyah dibuat di Sidon oleh orang Fenisia. Kapal Akhemeniyah pertama memiliki panjang sekitar 40 meter dan lebar 6 meter, dengan daya angkut hingga 300 orang. Seiring waktu, wilayah-wilayah lainnya di kekaisaran mulai membuat kapal mereka sendiri dengan memasukkan ciri khas lokal.[141] Angkatan laut Persia menjadi basis bagi eksistensi bahari Persia yang kuat di Teluk Persia, yang berlangsung hingga kedatangan Perusahaan Hindia Timur Britania, dan Angkatan Laut Kerajaannya pada pertengahan abad ke-19 SM. Kekaisaran Akhemeniyah tidak hanya menempatkan kapal-kapalnya di pulau-pulau di Teluk Persia, melainkan sering pula memgirimkan kapal dengan kapasitas 100 hingga 200 orang untuk berpatroli di banyak sungai di kekaisaran, termasuk di sungai Shatt-al-Arab, Tigris dan Nil, serta di jalur air Sind di India.[141]
Komando tingi angkatan laut Akhemeniyah mendirikan pangkalan laut besar di sepanjang Shatt-al-Arab, Bahrain, Oman, dan Yaman. Armada Akhemeniyah tak hanya digunakan untuk menjaga keamanan di sana, tetapi juga untuk membuka jalur perdagangan dengan India melalui Teluk Persia.[141] Angkatan laut Akhemeniyah pada masa itu sudah menjadi suatu kekuatan besar dunia, tetapi adalah Artaxerxes II yang pada musim panas tahun 397 SM membangun angkatan laut tangguh, sebagai bagian dari pengumpulan kekuatan yang kelak berujung pada kemenangan telaknya di Knidos pada tahun 394 SM, mendirikan ulang kekuatan Akhemeniyah di Ionia. Artaxerxes II juga memanfaatkan angkatan lautnya yang besar untuk memadamkan pemberontakan di Mesir.[142]
Kapal-kapal Akhemeniyah dibuat dari kayu, tetapi beberapa kapal berzirah Akhemeniyah memiliki lempengan logam di bagian depannya, digunakan untuk menabrak kapal musuh. Kapal Akhemeniyah juga dilengkapi dengan kait di bagian sampingnya untuk menarik kapal musuh atau untuk mempertahankan posisinya. Kapal digerakkan dengan layar atau tenaga manusia. Dalam pertempuran laut, kapal dilengkapi dengan dua mangonel yang melancarkan proyektil seperti batu atau benda berapi kepada musuh.[141]
Xenophon menuturkan pengalamannya ketika melihat pembuatan jembatan militer besar dengan cara menyatukan 37 kapal Akhemeniyah melintasi sungai Tigris. Daya apung kapal dimanfaatkan untuk menopang jembatan yang terhubung di atasnya.[141] Herodotos juga menuturkan banyak kisah mengenai pasukan Akhemeniyah yang memanfaatkan kapal untuk membuat jembatan.[143][144] Darius I, dalam upayanya untuk menaklukan bangsa Skyhtia, pernah berusaha menyeberangi Bosporus, menggunakan jembatan besar yang dibuat dengan menggunakan kapal-kapal Akhemenyah, kemudian berjalan hingga ke sungai Danube, dan menyeberanginya dengan menggunakan cara yang sama.[145] Jembatan yang melalui Bosporus pada dasarnya menghubungkan ujung terdekat Asia dengan Eropa, meliputi setidaknya sekitar 100 meter permukaan air terbuka. Herodotos menyebut jembatan itu sebagai "jembatan Darius." Dia menuturkan:[146]
Selat yang disebut Bosporus, yang diseberangi oleh jembatan Darous, memiliki panjang seratus dua puluh furlong, terbentang dari Euxine, hingga ke Propontis. Propontis lima ratus furlong di seberangnya, dan seribu empat ratus furlong panjangnya. Airnya mengalir ke Hellespontos, yang panjangnya empat ratus furlong.
Bertahun-tahun kemudian, jembatan serupa juga dibuat oleh Xerxes I dalam invasinya ke Yunani. Tradisi pemanfaatan kekuatan bahari tetap diteruskan oleh para raja Akhemeniyah setelahnya, terutama Artaxerxes II. Setelah Aleksander menaklukan Kekaisaran Akhemeniyah dan menginvasi India, dia juga mengikuti langkah Akhemeniyah dengan menyuruh Hephaistion dan Perdikkas untuk membangun jembatan perahu di sungai Indus pada musim semi tahun 327 SM.[147]
Panji
suntingMasing-masing divisi membawa panji-panji yang berbeda[148] namun panji kekaisaran adalah elang emas dengan sayap yang terbentang. Panji kekaisaran ini terpasang pada tombak di samping panglima tertinggi pasukan.[149][150]
Keterangan
sunting- ^ Orang Ionia dan orang Aiolia dimasukkan dalam pasukan Koresh[16] dan dalam pasukan Kambyses.[17]
- ^ Pasukan ini kemungkinan meliputi pula suku bangsa Iran selain bangsa Persia, yaitu bangsa Mede dan Elam.[40]
- ^ Orang lainnya yang pernah menjadi komandan Pasukan Abadi adalah seorang wanita bernama Pantea Arteshbod.[49][50]
- ^ Orang Khwarezmia sudah dikerahkan sebagai satuan kavaleri berat pada masa Koresh dan menjadi pendahulu bagi katafrak Parthia.[59]
- ^ Setelah masa Akhemeniyah, sistem ini tak digunakan lagi oleh pasukan di Asia hingga kebangkitan bangsa Mongol.[67]
- ^ Sistem ini disebutkan "jauh lebih superior daripada sistem apapun di Yunani pada masa itu."[68]
- ^ Lima dari sebelas putra Darius tewas di garis depan pertempuran, mereka adalah Ariabignes,[74] Akhaimenes,[75][76] Arsāmes,[77][78] Abrokomas, dan Hyperanthes.[79] Sementara dua adik Xerxes gugur dalam Pertempuran Thermopylae.[80].
- ^ Orang Persia mengklaim bahwa kabar dapat disampaikan pada hari yang sama.[99]
- ^ Contonnya Gerbang Kilikia,[101][102] Gerbang Kaspia[103] dan Gerbang Persia.[104]
- ^ Misil timah dengan jangkauan lemparan yang lebih jauh banyak digunakan sejak sekitar 400 SM, dan peluru timah dengan nama Tissaphernes ditemukan di Yunani.[110]
- ^ Siasat ini kelak digunakan secara amat baik dengan hasil maksimal oleh Agesilaos dan khususnya Aleksander Agung.[40]
Catatan kaki
sunting- ^ a b Rawlinson, hlm. 172
- ^ Meyer, 63-73
- ^ Hinz, hlm. 135-50
- ^ Bovon, A. (1963). La representation des guerriers perses et la notion du barbare dans la Ire moitie du Ve siecle. Bulletin de correspondence heWnique, 87, hlm. 579-602
- ^ Graeve, V. V. (1970). Der Alexander sarkophag and seine Werkstatt. Berlin. hlm. 951
- ^ Herodotos 1.125
- ^ Brandenstein, W. dan Mayrhofer, M. (1966). Handbuch des Altpersischen. Wiesbaden. hlm. 129
- ^ Hignett, hlm. 40.
- ^ Darius, Persepolis e, 13.
- ^ Darius, Persepolis e, 3.90
- ^ Darius, Persepolis e, 7.61
- ^ Junge, P. J. (1944). Dareios I. Konig der Perser. Leipzig
- ^ Meyer, hlm. 64
- ^ Hinz, hlm. 137
- ^ Ehtecham, M. (1946). L'Iran sous les Achemmenides. Freiburg, 1946 [edisi revisi Persia: (1976). Iran dar zamān-e Haxāmanešiān. Tehran. hlm. 57]
- ^ Herodotos 1.171
- ^ Herodotos 3.1.25
- ^ Xenophon, Anabasis, 1.3.21
- ^ Parke, H. W. (1933). Greek Mercenary Soldiers. Oxford
- ^ Roy, J. (1967). The Mercenaries of Cyrus. Historia, 16, hlm. 287-323
- ^ Seibt, G. F. (1977). Griechische Soldner im Achaimenidenreich. Bonn
- ^ Herodotos, 7.61
- ^ Rawlinson, hlm. 174
- ^ Hinz, hlm. 140
- ^ Walser, hlm. 65, 93.
- ^ Rahe, hlm. 82
- ^ Herodotos 9.61, 102
- ^ Walser, hlm. 28, 77
- ^ Hinz, hlm. 14
- ^ a b Hignett, hlm. 44
- ^ a b Herodotos 7.41
- ^ Herodotos 3.139
- ^ Justi, F. (1896). Der Chiliarch des Dareios. ZDMG, 50, hlm. 659-664
- ^ Marquart, hlm. 57-63
- ^ Junge, P. J. (1940). Hazarapatis. Klio, 33, hlm. 13-39
- ^ Benveniste, E. (1961) Titres et noms propres en iranien ancien. Paris. hlm. 67-70.
- ^ Herodotos 9.63
- ^ Xenophon, Kyrou Paideia
- ^ Herodotos 7.87
- ^ a b c d Shahbazi, A. Sh. "Achaemenid Army". Iran Chamber Society. Diakses tanggal 04-08-2011.
- ^ a b Xenophon. Kyrou Paideia 7.41.83
- ^ a b Lendering, Jona. "'Immortals'". Livius. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-03-25. Diakses tanggal 09-04-2011.
- ^ a b Trikeriotis, John. "The Immortals". 300 Spartan Warriors. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-09-17. Diakses tanggal 10-09-2011.
- ^ Herodotos 7.16
- ^ "The Persian Immortal". Warfare in Hellas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-07-25. Diakses tanggal 1-04-2011.
- ^ Olmstead, A. T. (1948). History of the Persian Empire. Chicago. hlm. 238-239
- ^ "HYDARNES". Encyclopaedia Iranica. Diakses tanggal 07-10-2011.
- ^ Lendering, Jona. "Hydarnes (2)". Livius.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-03-27. Diakses tanggal 07-10-2011.
- ^ X, Ahreeman. "Famous Historical Persian Women". Iran Politics Club. Diakses tanggal 07-10-2011.
- ^ B, Pantea. "Fun stuff about Pantea and Shirin!". PeaceJam. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-12. Diakses tanggal 07-10-2011.
- ^ Fahrani, Mia. "Pasukan Paling Elite yang Pernah Ada (1)". GALAMEDIA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-19. Diakses tanggal 07-10-2011.
- ^ Cook, J.M. The Persian Empire. New York: Schocken Books, 1983. hlm, 105.
- ^ Herodotos, Historia 7.83.2
- ^ Rastani, Nabil. "The Guards of the Shahanshah". Iranian.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-09-13. Diakses tanggal 09-04-2011.
- ^ Quintus Curtius, III 3.13
- ^ Drury, Mark. "Persian Image 9". Achaemenid Persia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-02. Diakses tanggal 27-08-2012.
- ^ Sekunda, hlm. 30
- ^ Xenophon, Anabasis, 1.8.3
- ^ Rubins, B. (1955). Die Entstehung der Kataphraktenreiterei im Lichte der chorezmischen Ausgrabungen. Historia, 4, hlm. 264
- ^ Schmidt, E. F. (1957). Persepolis II. Chicago. hlm.100
- ^ Ebeling, E. (1952). Die Rustung eines babylonischen Panzerreiters nach einem Vertrage aus der Zeit Darius II. ZA, N.F., 16, hlm. 204-13
- ^ Arrianos, Anabasis, 3.8
- ^ Chinnock, hlm.38.
- ^ Nossov, hlm.19.
- ^ a b c d e Drury, Mark. "The Early Achaemenid Persian Army". Achaemenid Persia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-08-28. Diakses tanggal 24-08-2012.
- ^ Hinz, Altiranisches Sprachgut, hlm. 115
- ^ Hinz, hlm. 135
- ^ a b Hignett, hlm. 42
- ^ Hinz, Altiranisches Sprachgut, hlm. 87
- ^ Hinz, hlm. 240
- ^ Marquart, hlm. 57
- ^ Marquart, hlm. 19
- ^ Xenophon, Hellenika 1.4.1-4
- ^ Herodotos 7.89
- ^ Herodotos 3.12
- ^ Herodotos 6.7
- ^ Aiskhylos, Persai, 36
- ^ Aiskhylos, Persai, 310
- ^ Herodotos 7.224
- ^ Bauer, hlm. 602
- ^ Strabo 15.3.18-19
- ^ Herodotos 1.136
- ^ Herodotos 9.122
- ^ Xenophon, Kyro Paideia, 1.2.9-11
- ^ Herodotos 1.209
- ^ a b Strabo 15.3.19
- ^ Darius, Naqš-e Rostam b, 40-45, penerj. Kent, bahasa Persia Lama, hlm. 140
- ^ Herodotos 4.43
- ^ Herodotos 7.37
- ^ Herodotos 1.190
- ^ Rawlinson, hlm. 192
- ^ Meyer, hlm. 66
- ^ Herodotos 7.40
- ^ Xenophon, Kyro Paideia 8.3.12
- ^ Quintus Curtius 3.8.11
- ^ Xenophon, Anabasis, 1.7.11
- ^ Arrianos, Anabasis, 2.8
- ^ Herodotos 8.98
- ^ Aristoteles, de Mundo, 398'
- ^ Hinz, Darius 11, hlm. 146
- ^ Xenophon, Anabasis, 1.2.21
- ^ Arrianos, Anabasis, 2.4
- ^ Arrianos, Anabasis, 3.2
- ^ Arrianos, Anabasis, 3.18.2
- ^ Rawlinson, hlm. 188
- ^ Rawlinson, hlm. 190
- ^ Herodotos 1.90.208
- ^ Xenophon, Anabasis, 1.2.5
- ^ Darius, Behistun 3.86
- ^ Foss, C. (1975). A Bullet of Tissaphernes. Journal of Hellenic Studies, 95, hlm. 25-30
- ^ Xenophon, Anabasis, 3.3.6
- ^ Xenophon, Anabasis, 4.16
- ^ Quintus Curtius 4.14
- ^ Strabo 15.3.18
- ^ How, W. w. (1923). Arms, Tactics, and Strategy in the Persian Wars. Journal of Hellenic Studies, 43, hlm. 117
- ^ Hignett, hlm. 40
- ^ Rahe, hlm. 79
- ^ Herodotos 9.62
- ^ Rawlinson, hlm. 186-87
- ^ Xenophon, Anabasis, 1.8.12-13
- ^ Xenophon, Anabasis 1.8.6
- ^ The Art of Horsemanship 12.8-10
- ^ Bernard, P. (1964). Syria, 41, hlm. 195-216
- ^ Anderson, J. K. (1960). Journal of Hellenic Studies, 80, hlm. 9
- ^ Shahbazi, A. Sh. (1975). Irano-Gycian Monuments. Tehran. hlm. 140-42
- ^ Xenophon, Anabasis, 3.2.18-19
- ^ Rahe, hlm. 85
- ^ Rawlinson, hlm. 193
- ^ Darius, Behistun 1-5
- ^ Herodotos 8.90
- ^ Darius, Behistun 4.80
- ^ Diodoros 17.14
- ^ Herodotos 7.185
- ^ Simonides dikutip oleh Herodotos 7.228
- ^ Xenophon, Anabasis, 1.7.12
- ^ Arrianos, Anabasis, 2.8.8
- ^ Arrianos, Anabasis, 3.8.6
- ^ Hignett, hlm. 355
- ^ Meyer, hlm. 185
- ^ Hignett, hlm. 344
- ^ Routledge & Kegan Paul (1982). Encyclopaedia iranica, Volume 4, Issues 5–8.
- ^ John Manuel Cook (1983). The Persian Empire. Schocken Books.
- ^ E. V. Cernenko, Angus McBride, M. V. Gorelik. The Scythians, 700-300 BC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-12-09. Diakses tanggal 2012-08-28.
- ^ Herodotus (Translation by George Rawlinson, Sir Henry Creswicke Rawlinson, Sir John Gardner Wilkinson) (1859). The History of Herodotus: a new English version, Volume 3. John Murray. hlm. 77 (Chp. 86).
- ^ Waldemar Heckel (2006). Who's who in the age of Alexander the Great: prosopography of Alexander's empire. Wiley-Blackwell. hlm. 134. ISBN 978-1-4051-1210-9.
- ^ Herodotos 9.59
- ^ Xenophon, Anabasis, 1.10.12
- ^ Quintus Curtius 3.3.10
Rujukan
sunting- Bauer, Susan W. (2010). Sejarah Dunia Kuno. Jakarta: Elex Media Komputindo. ISBN 978-979-27-9043-6.
- Chinnock, E. J. The Anabasis of Alexander: The Battle of Gaugamela by Arrian (terj).
- Kaveh Farrokh (2007). Shadows in the desert: ancient Persia at war. Osprey Publishing. ISBN 978-1-84603-108-3.[pranala nonaktif permanen]
- Hignett, C. (1963). Xerxes' Invasion of Greece. Oxford
- Hinz, W. (1975). Altiranisches Sprachgut der Nebenuberlieferungen. Weisbaden
- Hinz, W. (1979). Darius and die Perser. Baden-Baden
- Jeff Jonas, Kardakes or Cardaces: AtG Designer's notes. (Contains a letter by Duncan Head).
- Marquart, J. (1896). Untersuchungen zur Geschichte von Eran I. Gottingen
- Nossov, Konstantin. (2008). War Elephants. ISBN 978-1-84603-268-4.
- Meyer, E. (1939). Geschichte des Altertums. edisi IV/1. Stuttgart
- Pierre Briant, From Cyrus to Alexander: A History of the Persian Empire. Especially pages 1036-1037.
- Rahe, P. H. (1980). The Military Situation in Western Asia on the Eve of Cunaxa. American Journal of Philology, 101
- Rawlinson, George. (1871). The Five Great Monarchies of the Ancient Eastern World. London
- Sekunda, Nicholas. (1992). The Persian Army 560-330 BC. Osprey Publishing. ISBN 978-1-85532
- Walser, G. (1966). Die Volkerschaften auf den Reliefs von Persepolis. Berlin