Onggi adalah jenis tempayan yang terbuat dari tembikar yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari di Korea.[1][2][3] Orang Korea memanfaatkan Onggi sebagai tempat menyimpan makanan tradisional sejak lama seperti kimchi, jeotgal, kecap asin (ganjang), saus gochujang, doenjang dan sebagainya.[2] Istilah onggi mengacu kepada dua jenis tembikar, yang diglasir maupun yang tidak diglasir.[3]

Onggi

Sejarah

sunting

Onggi diperkirakan memiliki sejarah sama panjangnya dengan jenis makanan fermentasi yang disimpan di dalamnya.[3] Tidak diketahui sejak kapan onggi mulai diproduksi, tetapi sampai sekarang pun onggi masih digunakan oleh rakyat Korea untuk menyimpan makanan fermentasi.[1][3] Pada zaman Tiga Kerajaan, teknik membuat barang tembikar berkembang pesat dimana digunakan untuk menyimpan makanan dan palawija.[3] Hal ini dapat dibuktikan melalui dokumen sejarah dan lukisan.[3] Samguk sagi menyebutkan tentang Raja Sinmun dari Kerajaan Silla yang mengirimkan arak, pasta kedelai dan asinan makanan laut sebagai hadiah perkawinan kepada ratunya.[3] Disimpulkan bahwa tempat penyimpanan makanan tersebut adalah onggi.[3] Catatan sejarah Dinasti Song, Gaoli Dujing menyebutkan bahwa rakyat Goryeo menyimpan makanan dan minuman dalam tempayan yang dinamakan ong dan suong.[3] Berbagai tulisan dan lukisan juga memberikan banyak keterangan tentang onggi pada masa Dinasti Joseon.[3] Pada masa ini, onggi digunakan untuk tempat penyimpanan makanan dan diproduksi di beberapa tempat, seperti Mapo dan Noryangjin.[3] Dalam buku Imwon Gyeongjeji yang ditulis oleh Seo Yu-gu di akhir periode Dinasti Joseon, menyebutkan bahwa tempayan untuk menyimpan minuman keras dan makanan fermentasi dinamakan ong atau eng.[3] Jenis-jenis tempayan lain dinamakan berbeda berdasarkan ukuran dan kegunaannya.[3]

Jenis onggi

sunting

Dalam metode pembuatan barang pecah belah korea, secara umum istilah dojagi (tembikar) mengacu kepada peralatan yang terbuat dari tanah liat yang dibakar dan diglasir, yang terbagi lagi menjadi jenis dogi (keramik) dan jagi (porselen).[3] Onggi termasuk ke dalam kategori dogi, yang dibedakan lagi menjadi chil dan oji.[3]

Chil adalah jenis onggi yang tidak diglasir dan Oji adalah jenis yang diglasir.[3] Chil memiliki ciri khas warna abu-abu gelap yang berasal dari penyerapan asap pada saat proses pembakaran, permukaannya tidak mengkilap dan kasar.[1][3] Onggi yang diglasir dinamakan oji, yang memiliki ciri serupa dengan chil, dilapisi dengan jelaga namun diglasir dengan garam, abu daun, jerami dan kayu yang dibakar.[1][3] Garam ditaburkan ke dalam tungku pembakaran pada saat temperatur mencapai tingkat tertentu dan uap yang dihasilkannya berinteraksi dengan kimiawi tanah liat dan asap sehingga menciptakan permukaan glasir yang halus dan keras.[1][3]

Keunikan

sunting

Onggi tidak hanya berfungsi sebagai sebagai tempat penyimpanan, tetapi juga meningkatkan rasa makanan di dalamnya.[3] Keunikan onggi terletak pada kapasitas penyimpanan, ventilasi, serta kemampuannya untuk beradaptasi dengan kondisi iklim.[3] Makanan yang disimpan dalam onggi, seperti kimchi dan doenjang rasanya semakin baik dan lebih segar jika daripada disimpan di tempat plastik atau stainless steel.[3] Onggi memiliki saluran ventilasi yang tak kasatmata, sehingga dianggap dapat bernapas.[3]

Onggi dibuat dari bahan tanah liat kualitasnya tidak sebaik tanah liat untuk pembuatan jenis keramik baekja atau cheongja.[3] Tanah liat pembuat onggi mengandung kotoran dan bakteri organik.[3] Saat dibakar, kotoran dan organik tersebut hilang dan menguap yang menyebabkan permukaan bagian dalam onggi berlobang seukuran miskrokopik yang memungkinkan terjadinya ventilasi sehingga aktivitas mikroorganisme yang membantu proses fermentasi dapat dikendalikan dan memungkinkan makanan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama.[3] Garam yang mengandung kecap yang mengeras di permukaan onggi merupakan hasil resapan lewat lubang-lubang tak kasatmata ini.[3] Mulut onggi berfungsi mengendalikan banyaknya pancaran sinar matahari yang diterima.[3]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e (Inggris) Lee Hyoung-kwon (2002). "Lee Hyeon-bae : A Quest for Life-breathing Onggi" (PDF). Koreana. 16 (1): 58–63. Diakses tanggal 10 September 2010.  [pranala nonaktif permanen]
  2. ^ a b (Inggris) Rha, Sunhwa (2006). Pottery, Korean Traditional Handicrafts. Ewha Woman University Press, Seoul. hlm. 11-29. ISBN 89-7300-682-7-04630. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab (Inggris) Lee Young-ja (1999). "Onggi: Living and Breathing Crockery from the Choson Dynasty" (PDF). Koreana. 13 (4): 66–71. Diakses tanggal 23 Oktober 2010.  [pranala nonaktif permanen]