Mohamad Sunjaya
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Mei 2016. |
Mohamad Sunjaya (28 Agustus 1937 – 13 Februari 2020) adalah seniman berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui karya-karyanya berupa naskah drama dan penyutradaraan teater yang dipentaskan di berbagai panggung pertunjukan. Mohamad Sunjaya merupakan salah satu penerima hibah seni dari Yayasan Kelola.[1][2]
Latar belakang
suntingSebelum terjun ke dunia kesenian, Mohamad Sunjaya adalah aktivis radio yang pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Pusat Pemberitaan Radio, Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) Provinsi Jawa Barat. Namun pada akhir November 1991 dia dipecat karena menugaskan seorang reporter radio untuk meliput sekaligus melaporkan kegiatan demonstrasi mahasiswa di Bandung yang menentang Sumbangan Dana Sosial Berhadiah (SDSB). Akibatnya, selain dipecat, penguasa waktu itu melarangnya siaran di radio Mara selama dua tahun. Dan selama enam bulan, dia dilarang bepergian ke luar kota, semacam menjadi tahanan kota.
Ketika majalah Tempo, Editor, dan tabloid DeTik dibredel pada 1994, Mohamad Sunjaya bergabung dengan kelompok yang melawan pembredelan itu. Dua-tiga hari menjelang pembredelan, dia melakukan monitoring atas siaran-siaran secara intens. Sejumlah radio asing (BBC London, Radio Nederland, Radio Australia, Voice of America, Deutsche Welle) juga CNN, memberitakan pembredelan itu. Semua kegiatan itu dia rekam selama hampir 2 tahun. Hasilnya, sampai 1996, adalah 39 buah kaset, masing-masing berdurasi 90 menit, khusus berisi berita, komentar, wawancara, laporan mengenai pembredelan TEMPO, Editor, dan DeTik. Atas permintaan Goenawan Mohamad dan team redaksi Institut Studi Arus Informasi (ISAI) Jakarta, dokumentasi tersebut ditranskip dan diterbitkan menjadi buku berjudul Breidel di Udara, yang diluncurkan 21 Juni 1996 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Mohamad Sunjaya merupakan salah seorang pendiri ISAI bersama Goenawan Mohamad, Fikri Jufri, Aristides Katoppo, Ashadi Siregar, dan Mochtar Pabottinggi. Kelompok ini, kemudian dikenal sebagai Komunitas Utan Kayu. Sejak reformasi, dia lebih banyak aktif di dunia teater, dunianya yang sebenarnya. Sebagai anggota dan aktor senior, Mohamad Sunjaya aktif di kelompok awalnya, Studiklub Teater Bandung. Dan sebagai aktor senior, dia aktif menghidupkan kelompok barunya, Actors Unlimited (AUL), yang didirikan pada 28 Agustus 1995, di Bandung.[3][4]
Karya
sunting- Yang Berdiam Dalam Marahnya, Sikat, Sikut, Sakit (2010)
- Tarian Terakhir (2009)
- Dalam Bayangan Tuhan atau Interogasi Bagian I (2008)
- Kehidupan di Teater (2007)
- Pembunuhan di Katedral Keadilan (2006)
- Sketsa-sketsa yang Tersisa (kumpulan puisi)
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ Situs resmi Diarsipkan 2016-10-07 di Wayback Machine., diakses 4 April 2015
- ^ Situs remi Taman Ismail Marzuki Diarsipkan 2014-07-07 di Wayback Machine., diakses 4 April 2015
- ^ Dhenok: Mohamad Sunjaya, seniman teater sejati Diarsipkan 2016-03-05 di Wayback Machine., diakses 4 April 2015
- ^ Sundanews: 75 Taun Mohamad Sunjaya, diakses 4 April 2015