Yayasan Kelola

Lembaga sosial

Yayasan Kelola adalah organisasi nirlaba berjangkauan nasional yang memberi perhatian pada seni dan budaya Indonesia dengan menyediakan peluang belajar, akses pendanaan, informasi, dan pertukaran budaya bagi seniman dan kelompok seni untuk terus melahirkan karya-karya berkualitas, yang diharapkan dapat mengangkat harkat dan budaya bangsa Indonesia. Yayasan ini didirikan pada tahun 1999. Lebih dari 3.500 seniman Indonesia telah mendapatkan kesempatan tersebut dari Yayasan Kelola.[1]

Logo Yayasan Kelola

Latar belakang

sunting

Yayasan Kelola merupakan organisasi nirlaba yang memiliki jangkauan secara nasional dengan memberikan perhatian khusus agar dari generasi ke generasi, seni dan budaya Indonesia terus hidup dan berdaya saing di kancah internasional. Kelola menyediakan peluang belajar, pendanaan dan informasi, mewujudkan pertukaran budaya dengan menjalin kerjasama antar pelaku seni untuk berdialog, berbagi ketrampilan serta pengetahuan, dan membangun jejaring kerja dengan masyarakat seni dan budaya nasional maupun internasional.[2]

Dalam menjalankan kegiatannya, program-program Kelola disusun sebagai tanggapan terhadap berbagai kebutuhan dan permasalahan yang diungkapkan oleh masyarakat seni visual, tari, musik, dan teater Indonesia. Bila kebutuhan masyarakat-masyarakat seni dan budaya bergeser dan berubah, program Kelola pun akan ikut berubah. Selain dengan perorangan, Kelola juga bekerjasama dengan berbagai organisasi yang memiliki kepedulian terhadap seni-budaya, antara lain HIVOS, The Ford Foundation, The Asian Cultural Council, The Asialink Centre, Biyan Wanaatmadja, dan First State Investments Indonesia.[3]

Jenis program

sunting

Magang nusantara

sunting

Sejak diluncurkan pada tahun 2000, Magang Nusantara telah memiliki lebih dari seratus alumni yang tersebar di seluruh Indonesia. Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang seni, melalui praktik kerja di organisasi seni budaya terkemuka.[4]

Para peserta yang mengikuti program magang seni antara lain disalurkan ke Institut Français Indonesia (IFI) Jakarta, Goethe Institut, JiFFest, Kineforum, Museum dan Galeri Foto Antara, Teater Koma, The Japan Foundation, Teater Satu, Saung Angklung Udjo, Selasar Sunaryo Art Space, Lembaga Indonesia Prancis/Institut Français Indonesia Yogyakarta, Sanggar Tari Didik Nini Thowok, Teater Garasi, dan Yayasan Bagong Kussudiardja. Lembaga-lembaga itu disebut Organisasi Tuan Rumah (OTR) Magang Nusantara.

Melalui kegiatan yang dilaksanakan oleh masing-masing tuan rumah, peraih magang belajar mengelola organisasi budaya atau sanggar, penyusunan program, manajemen panggung hingga manajemen perfilman.

Sasaran yang diharapkan dari program magang adalah peserta bisa berbagi pengalaman serta wawasan yang diperoleh kepada komunitas seni di daerah asal dan menjalin kerja sama dengan jejaring baru yang terbuka saat program berlangsung.

Empowering Women Artists

sunting

Program Empowering Women Artists (EWA) memberikan akses dan suara lebih besar kepada perempuan seniman yang berkarya. EWA digagas berdasarkan data jumlah perempuan seniman peraih hibah untuk penciptaan karya seni pertunjukan yang hanya sekitar 25%.

Sejak diluncurkan pada tahun 2007, dua belas seniman seni pertunjukan terpilih telah menghasilkan 27 karya yang dipersembahkan kepada penonton di Payakumbuh, Padangpanjang, Padang, Pekanbaru, Jakarta, Yogyakarta, Solo, Surabaya, dan Makassar.

Seniman perempuan terpilih berkesempatan mewujudkan dua karya pertunjukan dalam rentang waktu dua tahun berturut-turut. Untuk pembekalan artistik, penguatan konsep dan kemampuan manajerial, seniman berkesempatan mengikuti lokakarya yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan peraih EWA, residensi dan pendampingan dalam proses berkarya.

Hibah Cipta Perempuan

sunting

Hibah Cipta Perempuan hadir sebagai kelanjutan program Empowering Women Artists (EWA) yang bertujuan memberikan kesempatan lebih besar bagi sutradara, koreografer, komposer perempuan Indonesia untuk mengembangkan diri dan mewujudkan karya. Dalam tiga periode, EWA menampilkan dua puluh tujuh pertunjukan dari dua belas seniman perempuan berkualitas seperti Hartati (koreografer), Maria Tri Sulistyani (sutradara), Naomi Srikandi (sutradara), Gema Swaratyagita (komposer), Andara F. Moeis (koreografer). Hal ini menunjukkan pentingnya peran EWA dalam dunia seni pertunjukan yang saat itu masih banyak didominasi pria.

Melanjutkan apa yang telah dirintis EWA, Hibah Cipta Perempuan menawarkan dukungan bagi perempuan seniman Indonesia melalui proses seleksi yang kompetitif. Lewat program ini, seniman perempuan Indonesia memperoleh kesempatan untuk menciptakan karya baru dengan didampingi oleh praktisi seni berpengalaman. Proses pendampingan diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam proses penggarapan artistik karya.

Peraih Hibah Cipta Perempuan dapat mengajukan lamaran pada tahun berikutnya (tahun kedua) untuk memperoleh kembali dukungan Hibah Cipta Perempuan.

Komunitas Kreatif

sunting

Yayasan Kelola, bekerjasama dengan PNPM Support Facility (PSF), meluncurkan Komunitas Kreatif II. Program terbaru Kelola ini adalah program pendukung Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan dan PNPM Generasi Sehat Cerdas (GSC). KK-II, melalui penggunaan ekspresi kreatif dan budaya masyarakat Indonesia bertujuan untuk meningkatkan proses pemberdayaan dalam PNPM.

Kegiatan Komunitas Kreatif II terwujud dalam Creative Empowerment Processes (CEPs) yang berlangsung di tengah masyarakat. CEPs ini menggunakan metode teater pemberdayaan dan video partisipatif sebagai sebuah cara yang kreatif dan inovatif untuk memberdayakan kelompok masyarakat yang terpinggirkan. Dalam CEPs ini masyarakat dilibatkan secara langsung dalam segala aspek proses dengan harapan pengalaman dan pelajaran yang diperoleh dapat meningkatkan kapasitas masyarakat untuk terlibat secara lebih bermakna dalam kegiatan PNPM.

Sampai saat ini Komunitas Kreatif II telah melaksanakan CEPs di 3 lokasi percontohan terpilih, yaitu Kabupaten Lombok Utara (Nusa Tenggara Barat), Kabupaten Landak (Kalimatan Barat), dan Kabupaten Bone (Sulawesi Selatan).

Program Komunitas Kreatif II merupakan tindak lanjut dari Komunitas Kreatif I, yang dilaksanakan dari 2008 hingga 2010 di 29 kecamatan di Provinsi Sumatera Barat, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Timur.

Kegiatan pendukung lain adalah Hibah Komunitas Kreatif yang diumumkan secara terbuka. Individu, LSM lokal, dan lembaga seni budaya dapat berpartisipasi secara kompetitif dengan mengirimkan proposal kegiatan yang dapat meningkatkan partisipasi kelompok masyarakat terpinggirkan di kegiatan PNPM. Selain CEPs dan Hibah Komunitas Kreatif, pelaku-pelaku Komunitas Kreatif II akan memperkenalkan dan mengadvokasi pendekatan budaya kepada fasilitator dan kader-kader PNPM setempat dan pemerintah daerah.

Teater Pemberdayaan

sunting

Program Teater Pemberdayaan selalu mengangkat masalah sosial yang aktual di Indonesia. Pertunjukan kami mencerminkan kehidupan dan menyadarkan kembali bahwa kita berpotensi menjadi agen perubahan dalam setiap masalah sosial. Teater Pemberdayaan bekerja di level akar rumput dengan menggunakan bahasa dan simbolik yang dekat dan akrab dengan masyarakat.

Perbedaan Teater Pemberdayaan dengan teater biasa adalah adanya keterlibatan masyarakat dalam menentukan tema yang diangkat, tentu saja berdasarkan isu sosial yang sedang hangat dibicarakan. Wujud Teater Pemberdayaan tidak selalu berupa pementasan namun bisa berupa instalasi, arak-arakan, pameran lukisan, karya sastra dan lain sebagainya.

Program kreatif ini membuktikan bahwa ekspresi seni budaya, teater khususnya, mempunyai peran penting dalam pembangunan berkelanjutan dan berdampak di level yang paling penting, yaitu di tengah masyarakat. Program Teater Pemberdayaan dimulai pada akhir 2009 dan dikembangkan atas kerjasama Kelola (Indonesia) dengan Theatre Embassy (Belanda).[5]

Hibah seni

sunting

Indonesia memiliki banyak seniman berbakat yang aktif berkarya tanpa dukungan memadai. Untuk mendorong seniman agar terus menghasilkan karya dengan kualitas yang semakin baik, maka sejak tahun 2001, Kelola menawarkan program Hibah seni. Hibah seni memiliki dua kategori; karya inovatif dan pentas keliling. Karya Inovatif ditujukan untuk karya seni yang mencari dan mengedepankan hal-hal baru dalam seni. Pentas Keliling diberikan agar karya seni terpilih dapat dipentaskan di suatu kota dan dilihat oleh penonton baru di kota-kota lain. Oleh karena kelompok tradisi juga berkesempatan mendapatkan hibah pentas keliling, maka pementasan keliling juga menjadi ruang untuk merayakan keberagaman seni di Indonesia. Program ini terbuka bagi semua seniman Indonesia. Proposal pertunjukan yang diajukan akan diseleksi oleh tim pakar independen yang keanggotaannya selalu berganti. Sebagai bentuk tanggung jawab, peraih hibah diminta untuk memberikan laporan tertulis, dokumentasi video dan foto, serta catatan penggunaan dana hibah. Sehingga secara tidak langsung seniman dapat mengasah keterampilan manajemen produksi, belajar mengelola dan mempertanggungjawabkan bantuan yang diberikan.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Website resmi Yayasan Kelola, diakses 22 Februari 2015
  2. ^ Komunitas Salihara: A part of passion Diarsipkan 2015-02-22 di Wayback Machine., diakses 22 Februari 2015
  3. ^ Art Culture Indonesia Diarsipkan 2015-02-22 di Wayback Machine., diakses 22 Februari 2015
  4. ^ Berita Satu: Pertunjukan Women on mendobrak persepsi soal wanita, diakses 22 Februari 2015
  5. ^ Teater Garasi, diakses 22 Februari 2015