Kontroversi vaksin MMR
Artikel ini adalah bagian dari seri tentang |
Pengobatan alternatif dan semu |
---|
Kontroversi vaksin MMR dimulai setelah penerbitan sebuah artikel penelitian bermasalah di The Lancet tahun 1998 yang mengaitkan vaksin gabungan campak, beguk, dan rubela (MMR) dengan radang usus besar dan gangguan spektrum autisme.[1] Klaim-klaim yang dipaparkan dalam artikel ini menjadi sorotan media[2] dan memicu jatuhnya angka vaksinasi di Britania Raya dan Irlandia. Akibatnya, jumlah kasus campak dan beguk naik dan banyak korban jiwa dan cedera permanen berjatuhan.[3][4] Usai klaim awal pada tahun 1998, berbagai penelitian epidemiologi besar dilakukan. Peninjauan ulang bukti oleh Centers for Disease Control and Prevention,[5] American Academy of Pediatrics, Institute of Medicine dari Akademi Ilmu Pengetahuan Amerika Serikat,[6] National Health Service Britania Raya,[7] dan Cochrane Library[8] tidak menemukan kaitan antara vaksin MMR dan autisme.
Penyelidikan oleh wartawan Brian Deer menemukan bahwa Andrew Wakefield, penulis artikel penelitian yang menghubungkan vaksin dengan autisme, memiliki banyak konflik kepentingan yang disembunyikan,[9][10] memanipulasi bukti,[11] dan melanggar sejumlah kode etik. Artikel di jurnal Lancet dicabut separuh pada tahun 2004 dan dicabut sepenuhnya tahun 2010 setelah pemimpin redaksi Lancet, Richard Horton, menilai artikel tersebut "sangat keliru" dan mengaku bahwa jurnalnya telah "dibohongi".[12] Wakefield dinyatakan bersalah oleh General Medical Council atas penyalahgunaan jabatan serius pada Mei 2010 dan dicoret dari Medical Register, artinya ia tidak diizinkan membuka praktik dokter di Britania Raya.[13] Pada tahun 2011, Deer merilis informasi tambahan tentang praktik penelitian Wakefield yang tidak pantas di British Medical Journal; dalam editorial resmi, ia menyebut artikel Wakefield sebagai penipuan.[14][15] Konsensus ilmiah menyatakan bahwa vaksin MMR tidak ada hubungannya dengan perkembangan gejala autisme, dan manfaat vaksin ini lebih besar daripada mudaratnya.
Artikel Wakefield dicap sebagai "kebohongan medis paling membahayakan dalam 100 tahun terakhir".[16] Berbagai dokter, jurnal kedokteran, dan penyunting[17][18][19][20][21] mencap tindakan Wakefield sebagai penipuan yang menimbulkan penyebaran wabah dan korban jiwa.[22][23]
Latar belakang
suntingSebelum kontroversi autisme merebak tahun 1998, sejumlah pihak sudah mempersoalkan keamanan vaksin MMR karena ada efek samping dari galur beguk Urabe, termasuk kasus meningitis aseptik langka yang merugikan, bentuk jinak sementara dari virus meningitis.[24][25] Uji coba vaksin MMR bergalur beguk Urabe di Britania pada akhir 1980-an menghasilkan tiga kasus kejang demam per 1.000 vaksinasi yang diduga saling terkait. Reaksi merugikan terhadap vaksin ini dipersoalkan oleh pihak berwenang Amerika Serikat dan Kanada berdasarkan laporan dari Jepang yang mengaitkan MMR Urabe dengan meningoensefalitis. Kanada menarik sebuah merek vaksin berbasis Urabe pada akhir 1980-an.[26]
National Health Service Britania Raya memperkenalkan vaksin MMR menggunakan galur beguk Urabe pada tahun 1988 dan menggantinya dengan galur Jeryl Lynn pada September 1992 setelah risiko meningitis aseptik berbahaya ditemukan 15–35 hari pasca-vaksinasi.[27] Karena tidak ada risiko seperti itu dalam vaksin bergalur beguk Jeryl Lynn,[27][28] NHS Britania menarik dua dari tiga vaksin MMR dari pasaran (Immravax, diproduksi Merieux UK, dan Pluserix, diproduksi SmithKline Beecham) dan mengutamakan merek MMR II produksi Merck Sharp and Dohme yang bergalur Jeryl Lynn.[28] Meski vaksinasi MMR dilanjutkan menggunakan MMR II, tingkat vaksinasi MMR pertama kali jatuh pasca-1996 setelah Wakefield mengklaim bahwa vaksin ini memiliki hubungan dengan penyakit Crohn.[29]
Galur Urabe masih digunakan di sejumlah negara; MMR bergalur Urabe lebih murah diproduksi daripada galur Jeryl Lynn.[30] Galur yang keampuhannya lebih tinggi dengan efek samping ringan yang lebih banyak malah lebih unggul karena jumlah kasus penyakitnya semakin berkurang.[28]
Kampanye revaksinasi
suntingUsai wabah campak di Inggris tahun 1992 dan atas dasar analisis data seroepidemiologi yang dibantu model matematika, otoritas kesehatan Britania Raya memprediksi kebangkitan wabah campak di kalangan anak-anak usia sekolah. Saat itu, mereka mempertimbangkan dua strategi: memvaksin semua anak tanpa riwayat vaksinasi campak atau mengimunisasi semua anak tanpa memandang riwayat vaksinasinya.[31] Pada November 1994, opsi terakhir dipilih dan kampanye vaksinasi campak dan rubela nasional pun dilakukan. Kampanye ini disebut-sebut sebagai "salah satu inisiatif vaksinasi paling ambisius yang pernah dilakukan di Britania".[32] Dalam kurun satu bulan, 92% dari 7,1 juta anak sekolah di Inggris usia 5–16 tahun menerima vaksin campak dan rubela (MR).[33]
Gugatan MMR
suntingPada April 1994, Richard Barr,[34] seorang pengacara, berhasil mendapat bantuan hukum untuk mengajukan gugatan publik terhadap produsen vaksin MMR atas dasar Undang-Undang Perlindungan Konsumen 1987 yang disahkan Parlemen Britania Raya. Kasus publik ini menargetkan Aventis Pasteur, SmithKlineBeecham, dan Merck, masing-masing adalah produsen Immravax, Pluserix-MMR, dan MMR II.[35] Gugatan yang didasarkan pada klaim bahwa MMR adalah produk cacat dan sepantasnya tidak digunakan merupakan gugatan publik besar pertama yang didanai oleh Legal Aid Board (kelak berganti nama menjadi Legal Services Commission yang sebelumnya digantikan oleh Legal Aid Agency) setelah dibentuk tahun 1988. Setelah melihat dua artikel Andrew Wakefield yang membahas peran virus campak dalam penyakit Crohn dan penyakit radang usus,[36][37] Barr menghubungi Wakefield untuk menjadi saksi ahli. Menurut para pendukung Wakefield, Barr dan Wakefield bertemu untuk pertama kali pada tanggal 6 Januari 1996.[38] Legal Services Commission menghentikan proses pengadilan pada bulan September 2003 atas dasar potensi penolakan yang tinggi karena bukti medisnya. Penghentian ini mengakhiri kasus pendanaan penelitian pertama oleh LSC.[39]
Artikel The Lancet 1998
suntingPada Februari 1998, kelompok peneliti yang dipimpin Andrew Wakefield menerbitkan artikel bermasalah di jurnal kedokteran ternama Britania Raya, The Lancet, yang dibantu oleh konferensi pers di Royal Free Hospital di London.[40][41] Artikel ini melaporkan dua belas anak yang mengalami gangguan perkembangan di Royal Free Hospital. Orang tua atau dokter delapan anak di antaranya kabarnya mengaitkan awal gejala perilaku dengan vaksinasi MMR. Artikel ini menjelaskan berbagai gejala usus, temuan endoskopi dan temuan biopsi yang dijadikan bukti sindrom baru potensial yang kelak disebut enterokolitis autistik oleh Wakefield, dan menyarankan penelitian lebih lanjut tentang dugaan hubungan antara autisme dan vaksin MMR. Artikel tersebut berpendapat bahwa hubungan antara autisme dan patologi gastrointestinal itu nyata, tetapi tidak membuktikan kaitan antara vaksin MMR dan autisme.[1]
Dalam konferensi pers sebelum artikel terbit (kelak dicap sebagai "sains lewat konferensi pers"),[40] Wakefield mengatakan bahwa ia merasa sebaiknya vaksin tunggal digunakan daripada tiga vaksin MMR sampai vaksin ini ditetapkan sebagai pengancam lingkungan; orang tua delapan dari dua belas anak yang diteliti kabarnya menyalahkan vaksin MMR dan menyatakan bahwa gejala autisme telah muncul beberapa hari usai vaksinasi pada usia kurang lebih 14 bulan. Wakefield mengatakan, "saya tidak bisa mendukung penggunaan ketiga vaksin ini secara bersamaan sampai isu ini diselesaikan."[42] Dalam siaran berita video yang dirilis rumah sakit kepada penyiar menjelang konferensi pers, ia meminta MMR "dihentikan sementara dan diganti dengan vaksin tunggal".[43] Dalam wawancara BBC, guru Wakefield, Roy Pounder, yang tidak ikut menulis artikel, "mengakui penelitian ini kontroversial". Ia menambahkan, "Bila melihat ke belakang, mungkin solusi terbaik adalah memberi vaksinasi secara terpisah,... Ketika vaksinasi diberikan per orang, tidak ada masalah."[44] Saran-saran ini tidak didukung oleh para penulis artikel Wakefield maupun bukti ilmiah.[45]
Liputan pers awalnya tidak banyak. The Guardian dan The Independent melaporkannya di halaman depan, sedangkan The Daily Mail hanya menerbitkan kolom kecil di halaman tengah dan The Sun tidak meliputnya.[2]
Kontroversi artikel Wakefield di The Lancet
suntingKontroversi mulai menyeruak pada tahun 2001 dan 2002 setelah Wakefield menerbitkan beberapa artikel yang menunjukkan bahwa program imunisasi tidak aman. Artikel-artikel ini terdiri atas satu artikel tinjauan tanpa bukti baru di jurnal kecil dan dua artikel tentang penelitian laboratorium yang menunjukkan bahwa virus campak ditemukan di sampel jaringan anak yang mengalami autisme dan radang usus. Penerbitan ini mendapat sorotan luar dari media yang juga mengangkat bukti anekdot dari orang tua serta liputan politik yang mengkritik layanan kesehatan dan pemerintah. Puncaknya, masyarakat menuntut Perdana Menteri Tony Blair mengungkapkan apakah putranya yang masih kecil, Leo, divaksin. Artikel Wakefield menjadi berita sains terbesar tahun 2002 yang ditanggapi dengan 1.257 kolom berita oleh komentator non-ahli. Pada bulan Januari sampai September 2002, 32% kolom berita tentang MMR mencantumkan nama Leo Blair dan 25% lainnya mencantumkan Wakefield. Kurang dari sepertiga kolom berita mencantumkan bukti kuat bahwa vaksin MMR aman.[2] Artikel penelitian, konferensi pers, dan videonya memicu kepanikan kesehatan besar di Britania Raya. Akibat kepanikan ini, kepercayaan masyarakat terhadap MMR jatuh dari 59% menjadi 41% usai penerbitan artikel Wakefield. Pada tahun 2001, 26% dokter keluarga merasa pemerintah gagal membuktikan tidak adanya hubungan antara MMR dan autisme dan radang usus.[46] Dalam buku Bad Science, Ben Goldacre mengelompokkan kepanikan vaksin MMR sebagai satu dari "tiga berita sains palsu paling berkesan sepanjang masa" yang pernah diterbitkan oleh harian Britania Raya (dua berita lainnya adalah skandal Pusztai tentang tanaman modifikasi genetik, dan kebohongan Chris Malyszewicz dan MRSA).[47]
Kepercayaan terhadap vaksin MMR naik seiring terkuaknya bukti-bukti bahwa klaim Wakefield tidak didukung oleh bukti ilmiah. Survei tahun 2003 yang melibatkan 366 dokter keluarga di Britania Raya melaporkan bahwa 77% responden akan menyarankan vaksin MMR kepada anak yang keluarga dekatnya memiliki riwayat autisme dan 3% responden mengira bahwa autisme kadang disebabkan oleh vaksin MMR.[48] Survei serupa tahun 2004 menemukan bahwa masing-masing persentasenya berubah menjadi 82% dan 2% dan kepercayaan terhadap MMR meningkat selama dua tahun terakhir.[49]
Salah satu faktor dalam kontroversi ini adalah hanya vaksin gabungan yang tersedia lewat program National Health Service. Per 2010, tidak satupun vaksin campak, beguk, dan rubela terpisah yang diizinkan penggunaannya di Britania Raya.[50] Perdana Menteri Tony Blair mendukung program ini dan berpendapat bahwa vaksin cukup aman untuk putranya sendiri, Leo,[51] tetapi atas dasar privasi menolak menyatakan apakah Leo menerima vaksin; sebaliknya, Perdana Menteri pengganti Blair, Gordon Brown, secara eksplisit membenarkan bahwa putranya telah diimunisasi.[52] Saat mempromosikan otobiografinya, Cherie Blair membenarkan bahwa Leo menerima vaksinasi MMR.[2][53]
Penerapan vaksin gabungan alih-alih terpisah mengurangi risiko anak terkena penyakit saat menunggu imunisasi lengkap.[54] Dua suntikan vaksin gabungan lebih mudah diterima anak dan tidak membuat anak tertekan daripada enam suntikan vaksin terpisah. Kunjungan klinik tambahan yang diharuskan oleh vaksin terpisah meningkatkan kemungkinan tertundanya atau terlewatnya penyuntikan beberapa vaksin;[54][55] vaccination uptake significantly increased in the UK when MMR was introduced in 1988.[54] Para pekerja di sektor kesehatan mengkritik habis-habisan liputan media mengenai kontroversi ini karena memicu penurunan tingkat vaksinasi nasional.[56] Tidak ada dasar ilmiah untuk mengutamakan vaksin terpisah atau menetapkan jeda waktu antara vaksin terpisah.[57]
John Walker-Smith, salah satu penulis laporan Wakefield dan pendukung vaksin MMR, menulis pada tahun 2002 bahwa epidemiologi menunjukkan bahwa MMR aman bagi sebagian besar anak-anak, tetapi menyatakan bahwa epidemiologi adalah alat tumpul dan penelitian pun berpotensi melupakan golongan masyarakat berisiko yang benar-benar memiliki hubungan antara MMR dan autisme.[58] Namun, apabila ciri klinis dan patologis subtipe autisme langka sudah diidentifikasi dengan baik, penelitian epidemiologi dapat menyelesaikan persoalan apakah MMR memicu subtipe autisme tersebut.[59] Tidak ada bukti ilmiah bahwa MMR merusak sistem imun bayi dan banyak bukti yang menunjukkan sebaliknya (penguatan imun).[57]
Pada tahun 2001, Berelowitz, salah satu penulis laporan Wakefield, mengatakan, "Saya tidak mengetahui bukti kuat yang mendukung hipotesis kaitan antara MMR dan autisme".[60] Canadian Paediatric Society,[61] Centers for Disease Control and Prevention,[5] Institute of Medicine of the National Academy of Sciences, [6] dan National Health Service Britania Raya[7] sama-sama menyimpulkan bahwa tidak ada bukti hubungan antara vaksin MMR dan autisme dan artikel jurnal tahun 2011 yang menjelaskan hubungan vaksin–autisme adalah "kebohongan medis paling membahayakan dalam 100 tahun terakhir".[16]
Konflik kepentingan
suntingPada bulan Februari 2004, usai investigasi selama empat bulan, wartawan Brian Deer menulis di The Sunday Times London bahwa sebelum artikel penelitian dikirim ke The Lancet, Wakefield menerima £55.000 dari pengacara Legal Aid Board yang mencari bukti untuk melawan produsen vaksin, beberapa orang tua yang dikutip mengatakan bahwa MMR membuat anaknya sakit juga merupakan penggugat, dan Wakefield tidak memberitahu rekan atau pihak berwenang di lingkup kedokteran tentang adanya konflik kepentingan. Ketika penyunting The Lancet mengetahui hal ini, mereka menyatakan bahwa berdasarkan bukti Deer, artikel Wakefield seharusnya tidak boleh diterbitkan karena temuan-temuannya "lemah secara keseluruhan".[9] Walaupun Wakefield menegaskan bahwa dana bantuan hukum yang diterimanya ditujukan untuk penelitian terpisah yang belum terbit[62] (sikap ini kemudian ditolak oleh dewan General Medical Council Britania Raya), penyunting The Lancet menyatakan bahwa sumber pendanaan juga harus diungkapkan kepada mereka.[63] Richard Horton, pemimpin redaksi, menulis, "Sepertinya cukup jelas sekarang bahwa seandainya kami mempelajari seutuhnya konteks laporan penelitian dalam artikel Lancet tahun 1998 yang ditulis Wakefield dan rekan-rekannya, artikel tersebut tidak akan mendapat izin terbit."[64] Sejumlah rekan peneliti Wakefield juga mengkritik tindakannya yang tidak mengungkap konflik kepentingan.[9]
Deer melanjutkan laporan investigasinya lewat dokumenter televisi Dispatches, MMR: What They Didn't Tell You, yang disiarkan di Channel 4 tanggal 18 November 2004. Dokumenter ini menduga bahwa Wakefield mengajukan permohonan paten untuk vaksin yang menyaingi vaksin MMR dan ia tahu hasil tes dari laboratoriumnya sendiri di Royal Free Hospital yang berlawanan dengan klaim-klaimnya.[10] Permohonan paten Wakefield juga disebutkan di buku Autism's False Prophets (2008) karya Paul Offit.
Pada Januari 2005, Wakefield menggugat Channel 4, 20/20 Productions, dan wartawan investigasi Brian Deer yang membawakan program Dispatches. Akan tetapi, setelah sidang selama dua tahun dan terungkapnya pembayaran rahasia sebesar lebih dari £400.000 oleh pengacara kepada Wakefield, ia mencabut gugatannya dan membayar semua biaya hukum tergugat.
Tahun 2006, Deer melaporkan di The Sunday Times bahwa Wakefield dibayar £435.643 plus tunjangan oleh pengacara Britania yang berusaha membuktikan bahwa vaksin berbahaya. Pembayaran dengan jumlah rahasia dimulai dua tahun sebelum penerbitan artikel di Lancet.[65] Uangnya berasal dari dana bantuan hukum Britania Raya, dana bantuan hukum bagi orang miskin.[42]
Pencabutan interpretasi
suntingThe Lancet dan berbagai jurnal kedokteran lain mewajibkan setiap artikel menyertakan kesimpulan penulis tentang penelitiannya yang disebut "interpretasi". Berikut adalah ringkasan penutup artikel Lancet tahun 1998:
Interpretasi Kami mengidentifikasi penyakit gastrointestinal dan regresi perkembangan terkait pada anak-anak yang sebelumnya normal yang umumnya berkaitan secara bersamaan dengan dugaan pemicu lingkungan.[1]
Pada Maret 2004, tidak lama setelah berita tentang dugaan konflik kepentingan disiarkan, sepuluh dari 12 penulis artikel Wakefield mencabut interpretasi tersebut,[66] tetapi menegaskan bahwa kemungkinan kondisi gastrointestinal khusus pada anak-anak yang mengalami autisme dapat diteliti lebih lanjut.[39] Namun, penelitian lain terhadap anak-anak yang mengalami gangguan gastrointestinal tidak menemukan perbedaan antara anak-anak dengan gangguan spektrum autisme dan anak-anak tanpa gangguan tersebut meskipun ada RNA virus campak di usus; penelitian tersebut juga menemukan bahwa gejala gastrointestinal dan gejala autisme tidak berkaitan secara bersamaan dengan penyuntikan vaksin MMR.[67]
Manipulasi data
suntingPada tanggal 8 Februari 2009, Brian Deer melaporkan di The Sunday Times bahwa Wakefield telah "memperbaiki" hasil dan "memanipulasi" data pasien dalam artikelnya tahun 1998 sehingga seolah-olah menciptakan hubungan dengan autisme.[11] Wakefield membantah tuduhan tersebut[68] dan bahkan mengajukan keluhan kepada Press Complaints Commission (PCC)[69] atas artikel berita tersebut pada tanggal 13 Maret 2009. Keluhan ini diperluas dalam adendum tanggal 20 Maret 2009 oleh penerbit Wakefield.[70] Pada Juli 2009, PCC menyatakan bahwa mereka menahan penyelidikan apapun terhadap artikel Times karena menunggu kesimpulan penyelidikan GMC.[71] Setelah itu, Wakefield tidak melanjutkan keluhannya. Deer menerbitkan keluhan tersebut beserta pernyataan bahwa ia dan The Sunday Times menolaknya karena "[keluhan ini] keliru dan bohong seutuhnya". PCC menghentikan penyelidikan pada bulan Februari 2010.[72]
Investigasi General Medical Council
suntingGeneral Medical Council (GMC), badan yang bertugas melisensi dokter dan mengawasi etika medis di Britania Raya, menyelidiki skandal ini.[73] GMC menerima sendiri kasus ini tanpa keluhan dari siapapun dan mengklaim bahwa penyelidikan ini atas dasar kebaikan bersama. Menteri Kesehatan John Reid meminta penyelidikan oleh GMC, penyelidikan yang tampaknya diharapkan oleh Wakefield.[74] Dalam debat di Dewan Rakyat tanggal 5 Maret 2004, Dr. Evan Harris,[75] seorang anggota parlemen dari Partai Demokrat Liberal, meminta penyelidikan yudisial terhadap aspek etika dalam kasus ini. Ia bahkan menyarankan agar penyelidikan dilakukan oleh CPS.[76] Pada bulan Juni 2006, GMC membenarkan bahwa mereka akan mengadakan sidang dengar pendapat disipliner untuk Wakefield.
Dewan Kelayakan Praktik GMC (Fitness to Practise Panel) bertemu pada tanggal 16 Juli 2007[77] untuk mempertimbangkan kasus Dr. Wakefield, Profesor John Angus Walker-Smith, dan Profesor Simon Harry Murch.[78] Ketiganya dituduh melakukan tindakan tidak profesional. Di antara sejumlah aspek etika, GMC mempelajari apakah Wakefield dan rekan-rekannya mendapat persetujuan yang diperlukan untuk melakukan pengujian terhadap anak-anak; tuduhan manipulasi data di Times yang muncul setelah kasus ini disiapkan tidak diangkat dalam sidang tersebut.[79] GMC menekankan bahwa mereka tidak akan menilai keabsahan teori ilmiah yang bertentangan mengenai MMR dan autisme. General Medical Council menuduh ketiganya bersikap tidak etis dan tidak jujur saat mempersiapkan penelitian vaksin MMR. Mereka membantah tuduhan tersebut.[80] Kasus ini diangkat di hadapan Dewan Kelayakan Praktik GMC yang terdiri atas tiga anggota medis dan dua anggota awam.[81]
Pada tanggal 28 Januari 2010, dewan GMC menyampaikan keputusannya atas fakta-fakta dalam kasus ini: Wakefield dinyatakan telah bersikap "tidak jujur dan tidak bertanggung jawab" dan bertindak "dengan ceroboh" terhadap anak-anak dalam penelitiannya, melakukan pengujian yang tidak perlu dan invasif.[82][83] Dewan menemukan bahwa pengujian dilakukan secara tidak layak tanpa persetujuan komite etik independen[84] dan Wakefield memiliki beberapa konflik kepentingan yang disembunyikan.[85]
Pencabutan penuh dan tuduhan penipuan
suntingSebagai tanggapan terhadap penyelidikan dan temuan GMC, para penyunting The Lancet mengumumkan pada 2 Februari 2010 bahwa mereka "sepenuhnya mencabut artikel penelitian ini dari catatan penerbitan".[86]
Teks Hansard tanggal 16 Maret 2010 melaporkan bahwa[87] Lord McColl bertanya apakah pemerintah berencana mengembalikan uang bantuan hukum yang dibayarkan kepada para pakar yang terkait dengan gugatan vaksin campak, beguk, dan rubela/campak dan rubela. Menteri Kehakiman Lord Bach menjawab tidak mungkin.
Dalam laporan The BMJ bulan April 2010, Deer membahas lebih lanjut aspek laboratorium dalam temuannya yang menjabarkan bagaimana hasil histopatologi klinis normal dari Royal Free Hospital diganti di sekolah kedokteran menjadi hasil abnormal dan diterbitkan di The Lancet.[88] Deer menulis sebuah artikel di The BMJ yang meragukan "enterokolitis autistik" yang diklaim Wakefield ditemukan oleh dirinya.[88] Dalam edisi yang sama, Deirdre Kelly, Presiden European Society of Pediatric Gastroenterology and Nutrition dan penyunting Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap penerbitan artikel ini oleh The BMJ karena GMC masih menyelidiki kasus ini.[89]
Pada tanggal 24 Mei 2010, dewan GMC menyatakan Wakefield bersalah atas sikap tidak profesional serius dengan empat bukti ketidakjujuran dan 12 bukti perlakuan tidak pantas terhadap anak yang mengalami gangguan perkembangan. Dewan memerintahkan agar ia dicoret dari daftar dokter resmi.[90] John Walker-Smith juga dinyatakan bersalah atas sikap tidak profesional serius dan dicoret dari daftar dokter resmi, tetapi keputusan ini dibatalkan di sidang banding oleh Pengadilan Tinggi pada tahun 2012 karena dewan GMC tidak bisa memutuskan apakah Walker-Smith benar-benar mengira ia sedang melakukan penelitian yang dicantumkan sebagai penyelidikan dan perawatan klinis. Pengadilan Tinggi mengkritik "sejumlah" kesimpulan keliru oleh dewan disipliner serta "alasan yang tidak cukup dan berlebihan".[91] Simon Murch dinyatakan tidak bersalah.[90]
Pada tanggal 5 Januari 2011, The BMJ menerbitkan artikel pertama dari serangkaian artikel karya Brian Deer yang menjabarkan cara Wakefield dan rekan-rekannya memalsukan sejumlah data di balik artikel Lancet tahun 1998. Dengan melihat catatan dan mewawancarai orang tua, Deer menemukan bahwa diagnosis keduabelas anak dalam penelitian Wakefield telah diubah atau tanggalnya diganti agar pas dengan kesimpulan artikel.[92] Dalam artikel berikutnya di BMJ tanggal 11 Januari 2011,[93] Deer menulis bahwa berdasarkan dokumen yang ia peroleh sesuai Undang-Undang Kebebasan Informasi,[94] Wakefield—bekerja sama dengan bapak salah satu anak yang diteliti—berencana membangun usaha dengan memanfaatkan kepanikan vaksinasi MMR yang akan meraup untung dari uji medis baru dan "uji berbasis gugatan hukum".[95] The Washington Post melaporkan bahwa Deer mengatakan bahwa Wakefield memperkirakan ia "dapat menghasilkan lebih dari $43 juta per tahun dari alat diagnosis" untuk penyakit baru ini, enterokolitis autistik.[94] WebMD menurunkan laporan tentang laporan Deer di BMJ bahwa prediksi laba tahunan sebesar $43 juta tersebut berasal dari alat pemasaran untuk "mendiagnosis pasien yang mengalami autisme" dan "pasar pertama untuk diagnosis tersebut adalah pengujian berbasis gugatan hukum terhadap pasien yang mengalami AE [enterokolitis autistik, gangguan tak terbukti yang diklaim Wakefield] di Britania Raya dan Amerika Serikat".[96] Menurut WebMD, artikel BMJ juga mengklaim bahwa usaha tersebut akan berhasil memasarkan produk dan mengembangkan vaksin pengganti apabila "kepercayaan publik terhadap vaksin MMR hilang".[96]
Peran media
suntingPara pengamat mengkritik keterlibatan media massa dalam kontroversi yang dikenal dengan istilah 'sains lewat konferensi pers'.[40] Mereka menuduuh bahwa media memberi kredibilitas berlebihan terhadap penelitian Wakefield. Artikel bulan Maret 2007 di BMC Public Health oleh Shona Hilton, Mark Petticrew, dan Kate Hunt menyatakan bahwa laporan media mengenai penelitian Wakefield telah "menciptakan kesan keliru bahwa bukti hubungan dengan autisme sama kuatnya dengan bukti sebaliknya".[97] Artikel sebelumnya di Communication in Medicine dan British Medical Journal menyimpulkan bahwa laporan media memberi gambaran keliru mengenai dukungan terhadap hipotesis Wakefield.[98][99][100]
Sebuah editorial di Australian Doctor tahun 2007 mengeluh bahwa sejumlah wartawan masih terus-terusan membela penelitian Wakefield meskipun sudah ditarik oleh The Lancet oleh 10 dari 12 penulisnya, tetapi juga mengakui kerja wartawan inevstigasi Brian Deer yang berperan penting karena menguak kelemahan penelitian tersebut.[101] PRWeek menulis bahwa setelah Wakefield dicoret dari daftar dokter resmi atas sikap tidak profesional bulan Mei 2010, 62% responden jajak pendapat tentang kontroversi MMR menyatakan bahwa mereka merasa media melakukan peliputan isu kesehatan yang tidak bertanggung jawab.[102]
Sebuah artikel New England Journal of Medicine yang mempelajari sejarah antivaksinasionis menyebutkan bahwa penolakan terhadap vaksin sudah ada sejak abad ke-19, tetapi "kini, media pilihan para antivaksinasionis selalu televisi dan Internet, termasuk laman media sosialnya, yang dipakai untuk mengubah opini publik dan mengalihkan perhatian dari bukti ilmiah".[22] Editorial itu mencap kalangan antivaksinasionis sebagai orang-orang yang "cenderung tidak percaya sepenuhnya dengan pemerintah dan produsen, membayangkan konspirasi, suka membantah, berpola pikir kognitif rendah, bernalar pendek, dan selalu mengklaim anekdot emosi sebagai data", termasuk orang-orang yang "tidak mampu memahami dan memadukan konsep risiko dan peluang dalam pembuatan keputusan berbasis sains" dan orang-orang yang "dengan sengaja menyebarkan kebohongan, intimidasi, data palsu, dan ancaman kekerasan".[22]
Dalam editorial The American Spectator bulan Januari 2011, Robert M. Goldberg berpendapat bahwa bukti komunitas ilmuwan mengenai permasalahan penelitian Wakefield " ... terabaikan karena media membiarkan Wakefield dan pengikutnya membantah temuan ilmuwan tanpa bukti".[103]
Seth Mnookin, penulis The Panic Virus, juga menyalahkan media karena memaparkan keseimbangan palsu antara bukti ilmiah dan pengalaman pribadi: "Liputan berita sudah masuk lubang kesesatan 'di satu sisi, di sisi lain', artinya apabila mereka melihat dua sisi yang saling bertentangan, mereka memaparkan dua-duanya dengan seimbang."[104]
Fiona Godlee, penyunting The BMJ, mengatakan pada Januari 2011:
Artikel aslinya mendapat sorotan media yang sangat besar sehingga berpotensi merusak kesehatan masyarakat dan tidak ada duanya sepanjang sejarah ilmu kedokteran. Banyak penipuan medis lain yang dikuak, tetapi berhasil diredam tidak lama setelah terbit dan itu pun menyinggung isu kesehatan yang tidak terlalu penting.[18]
Sebagian pihak juga mempermasalahkan sistem penelaahan sejawat jurnal yang sangat bergantung pada kepercayaan antarpeneliti.[17] Mereka mempersoalkan peran wartawan yang meliput teori ilmiah karena "bukan bidang mereka untuk mempertanyakan dan mendalami teori tersebut".[20] Neil Cameron, sejarawan di bidang sejarah sains, menulis di Montreal Gazette bahwa kontroversi ini adalah "kegagalan jurnalisme" yang mengakibatkan korban jiwa. Menurutnya, 1) The Lancet tidak boleh menerbitkan penelitian berdasarkan "hasil tanpa bukti secara statistik" dari 12 kasus saja; 2) kampanye anti-vaksinasi dikompori oleh majalah satur Private Eye; dan 3) banyak orang tua yang khawatir dan selebriti yang "goblok" ikut memanas-manasi kepanikan masyarakat.[105] Gazette juga melaporkan:
Tidak ada jaminan bahwa membantah penelitian [Wakefield] akan mengubah pikiran semua orang tua. Para pakar medis perlu bekerja keras untuk mencoba memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh peneliti medis liar yang karyanya tidak ditinjau lebih lanjut oleh sebuah jurnal internasional ternama.[106]
Gugatan hukum
suntingSepanjang 1980-an dan 1990-an, beberapa gugatan hukum melawan produsen vaksin menuduh bahwa vaksin menyebabkan gangguan jiwa dan fisik pada anak-anak. Meski gagal, gugatan-gugatan ini memicu kenaikan harga vaksin MMR dan perusahaan farmasi pun mencari perlindungan undang-undang. Pada tahun 1993, Merck KGaA menjadi satu-satunya perusahaan yang bersedia menjual vaksin MMR di Amerika Serikat dan Britania Raya.
Italia
suntingPada Juni 2012, pengadilan setempat di Rimini, Italia, memutuskan bahwa vaksinasi MMR menyebabkan autisme pada seorang anak laki-laki berusia 15 bulan. Pengadilan sangat bergantung pada artikel Lancet yang sudah dicabut dan mengabaikan bukti ilmiah yang dipaparkan. Putusan ini diangkat ke pengadilan banding.[107] Pada tanggal 13 Februari 2015, putusan tersebut dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi di Bologna.[108]
Jepang
suntingKepanikan MMR menurunkan persentase vaksinasi beguk (kurang dari 30%) sehingga memicu wabah di Jepang.[109] Ada 2.002 korban jiwa yang berkaitan dengan campak di Jepang dan tidak ada korban di Britania Raya, tetapi kematian tambahan ini disebabkan oleh vaksinasi usia tua di Jepang. Juru bicara Kementerian Kesehatan mengatakan bahwa penghentian vaksinasi tidak berpengaruh pada campak, tetapi juga menyebutkan bahwa banyak korban jiwa akibat campak ketika program vaksinasi MMR masih berjalan.[110] Pada tahun 1994, pemerintah menghapus kewajiban vaksinasi campak dan rubela karena kepanikan MMR 1993.[111] Jepang kini merupakan satu-satunya negara maju dengan wabah campak massal. Jepang dicap sebagai "eksportir campak" oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat.[111] Akibat lain dari kepanikan ini adalah pada tahun 2003, 7 juta anak sekolah tidak menerima vaksin rubela.[112]
Jumlah autisme terus meningkat di Jepang setelah vaksin MMR dihentikan. Fakta ini membantah efek samping vaksinasi[113] dan berarti bahwa penarikan vaksin MMR di negara lain tidak mungkin mengurangi kasus autisme.[114] Pemerintah Jepang tidak mengakui adanya hubungan apapun antara MMR dan autisme.[110] Pada tahun 2003, Jepang masih mencoba menemukan vaksin gabungan untuk mengganti MMR.[115]
Pemerintah kemudian menemukan bahwa sejumlah vaksin disuntikkan melewati tanggal kedaluwarsa dan vaksinasi wajib MMR baru dihentikan setelah tiga anak meninggal dunia dan lebih dari 2.000 kasus efek samping bermunculan.[112] Per 1993, pemerintah Jepang telah membayar $160.000 sebagai kompensasi kepada keluarga ketiga anak yang meninggal tersebut.[112] Orang tua lainnya tidak menerima kompensasi karena pemerintah mengatakan bahwa tidak ada buktinya vaksin MMR menyebabkan autisme; mereka memutuskan menggugat produsen vaksin alih-alih pemerintah.[112] Pengadilan distrik Osaka memutuskan pada 13 Maret 2003 bahwa kematian dua anak disebabkan oleh MMR bergalur Urabe di Jepang.[116][117] Tahun 2006, Pengadilan Tinggi Osaka menyatakan dalam putusan lain bahwa negara bertanggung jawab atas kegagalannya mengawasi produsen vaksin campak-beguk-rubela yang mengakibatkan efek samping parah pada anak-anak.[118]
Britania Raya
suntingPenggugatan MMR dimulai sebelum Peraturan Prosedur Sipil (Civil Procedure Rules) dirumuskan. Status gugatan kelompok ditetapkan berdasarkan arahan praktik Ketua Pengadilan (Lord Chief Justice) tanggal 8 Juli 1999. Pada tanggal 8 Juni 2007, hakim Pengadilan Tinggi, Justice Keith, mengakhiri gugatan kelompok ini karena pencabutan bantuan hukum oleh komisi pelayanan hukum membuat penyelidikan terhadap para pengklaim tidak mungkin dilakukan. Ia memutuskan bahwa semua kecuali dua klaim terhadap perusahaan farmasi harus dihentikan.[119] Hakim menekankan bahwa putusannya bukan berarti menolak klaim bahwa MMR telah membuat anak-anak sakit.[120]
Kelompok penekan bernama JABS (Justice, Awareness, Basic Support) dibentuk untuk mewakili keluarga yang anaknya "sakit akibat vaksin" menurut orang tuanya. Dana bantuan hukum publik sebesar £15 juta dikeluarkan untuk gugatan hukum. £9,7 juta di antaranya dibayarkan kepada pengacara dan £4,3 juta sisanya dibayarkan ke saksi ahli.[121]
Beberapa kasus di Britania Raya yang orang tuanya mengklaim bahwa anaknya meninggal akibat MMR Urabe telah diselesaikan dengan kompensasi di bawah skema "pembayaran dampak vaksin".[116]
Amerika Serikat
suntingSidang autisme omnibus (OAP)[122] adalah sidang terkoordinasi di hadapan Office of Special Masters of the U.S. Court of Federal Claims—biasa disebut pengadilan vaksin. Sidang ini dirancang untuk memfasilitasi penanganan hampir 5.000 petisi vaksin yang melibatkan klaim bahwa anak yang menerima vaksin tertentu mengalami perkembangan autisme. Petitioners' Steering Committee mengklaim bahwa vaksin MMR dapat menyebabkan autisme dan mungkin bila dipadukan dengan vaksin yang mengandung thiomersal.[123] Pada tahun 2007, tiga kasus uji dipaparkan untuk menguji klaim tentang perpaduan vaksin tersebut; semuanya kalah. Pengadilan vaksin memutuskan menolak gugatan dalam tiga kasus tersebut karena bukti yang dipaparkan tidak membuktikan klaim mereka bahwa vaksinasi menyebabkan autisme pada pasien-pasien tertentu atau secara umum.[124]
Dalam sejumlah kasus, pengacara penggugat tidak menggunakan Omnibus Autism Proceedings yang khusus menangani autisme dan permasalahan radang usus; mereka membawa kasusnya ke pengadilan vaksin biasa.
Pada tanggal 30 Juli 2007, keluarga Bailey Banks, anak yang mengalami penundaan perkembangan pervasif, memenangi kasusnya melawan Departemen Kesehatan dan Pelayanan Masyarakat Amerika Serikat.[125] Dalam kasus yang berkaitan dengan 'penundaan perkembangan non-autistik', Special Master Richard B. Abell memutuskan bahwa Banks berhasil menunjukkan bahwa "vaksin MMR yang dipermasalahkan benar-benar menyebabkan kondisi yang diderita dan terus diderita Bailey". Dalam kesimpulannya, ia memutuskan bahwa ia puas MMR terbukti menyebabkan nyeri otak bernama acute disseminated encephalomyelitis (ADEM). Ia mengeluarkan putusan ini atas dasar dua kasus vaksin tahun 1994 dan 2001 yang menyimpulkan, "ADEM dapat disebabkan oleh infeksi campak, beguk, dan rubela alami serta vaksin campak, beguk, dan rubela."[126]
Dalam kasus-kasus lain, pengacara tidak mengklaim bahwa vaksin menyebabkan autisme; mereka menuntut kompensasi atas ensefalopati, ensefalitis, atau kejang-kejang.[127]
Penelitian
suntingJumlah kasus autisme yang dilaporkan naik pesat pada tahun 1990-an dan awal 2000-an. Sebagian besar kenaikan kasus ini justru dipicu oleh perubahan praktik diagnosis; belum diketahui seberapa besar kenaikan yang dipicu oleh perubahan prevalensi autisme, dan tidak ada hubungan sebab-akibat dengan vaksin MMR.[128]
Pada tahun 2004, meta-analisis yang didanai Uni Eropa mengamati bukti dalam 120 penelitian dan mempertimbangkan efek vaksin MMR yang tidak diharapkan. Meta-analisis ini menyimpulkan bahwa meski vaksin memiliki efek samping positif dan negatif, hubungan antara MMR dan autisme "tidak mungkin ada".[129] Pada tahun yang sama, sebuah artikel tinjauan menyimpulkan, "Saat ini banyak bukti meyakinkan bahwa vaksin campak–beguk–rubela tidak menyebabkan autisme atau subtipe gangguan spektrum autistik apapun."[130] Tinjauan literatur tahun 2006 tentang vaksin dan autisme menemukan bahwa "semua bukti menunjukkan tidak ada hubungan sebab-akibat antara vaksin MMR dan autisme."[131] Studi kasus tahun 2007 menggunakan angka dalam surat Wakefield tahun 1999 ke The Lancet yang menduga adanya hubungan sementara antara vaksinasi MMR dan autisme[132] sebagai contoh grafik yang tidak mewakili data. Studi tersebut menyarankan penulis dan penerbit agar menghindari kesalahan yang sama pada penelitian-penelitian selanjutnya.[133] Tinjauan studi independen tahun 2007 yang dilakukan setelah penerbitan laporan pertama Wakefield et al. menemukan bahwa studi-studi independen tersebut memberi bukti kuat melawan hipotesis bahwa MMR berkaitan dengan autisme.[134] Tinjauan penelitian tahun 2004 untuk sidang pengadilan Britania Raya yang baru dirilis tahun 2007 menemukan bahwa analisis reaksi berantai polimerase yang penting dalam penelitian Wakefield et al. rusak parah akibat kontaminasi sehingga campak mustahil terdeteksi.[121] Tinjauan penelitian tahun 2009 mengenai hubungan antara vaksin dan autisme membahas kontroversi vaksin MMR sebagai satu dari tiga hipotesis utama yang tidak didukung kajian epidemiologi dan biologi.[135]
Pada tahun 2012, Cochrane Library menerbitkan tinjauan terhadap puluhan penelitian ilmiah yang melibatkan kurang lebih 14.700.00 anak. Mereka tidak menemukan bukti kredibel adanya kaitan MMR dengan autisme atau penyakit Crohn. Para penulisnya menyatakan, "susunan dan pelaporan hasil keamanan dalam penelitian vaksin MMR, baik pra- dan pasca-pemasaran, sangat tidak memadai".[8] Meta-analisis bulan Juni 2014 yang melibatkan lebih dari 1,25 juta anak menemukan bahwa "vaksinasi tidak berkaitan dengan perkembangan autisme atau gangguan spektrum autisme. Selain itu, komponen vaksin (thimerosal atau merkuri) atau vaksin gabungan (MMR) tidak berkaitan dengan perkembangan autisme atau gangguan spektrum autisme."[136] Pada Juli 2014, sebuah tinjauan sistematis menemukan "bukti kuat bahwa vaksin MMR tidak berkaitan dengan autisme".[137]
Wabah penyakit
suntingSetelah kontroversi merebak, kepatuhan vaksinasi MMR jatuh bebas di Britania Raya dari 92% tahun 1996 menjadi 84% tahun 2002. Di sebagian wilayah London, persentasenya jatuh hingga 61% tahun 2003, jauh di bawah persentase yang diperlukan untuk mencegah wabah campak.[138] Per 2006, vaksinasi MMR di Britania Raya pada usia 24 bulan mencapai 85%, lebih rendah daripada persentase 94% yang dimiliki vaksin-vaksin lain.[3]
Setelah tingkat vaksinasi jatuh, jumlah pengidap dua sampai tiga penyakit meningkat drastis di Britania Raya. Pada tahun 1998, terdapat 56 kasus campak yang terkonfirmasi di Britania Raya; tahun 2006, 449 kasus muncul pada lima bulan pertama tahun itu dengan korban jiwa pertama sejak tahun 1992; semua kasus ini dialami oleh anak yang tidak menerima vaksin memadai.[139] Kasus beguk meningkat pada tahun 1999 setelah beberapa tahun diredam. Pada tahun 200, Britania Raya mengalami wabah beguk dengan 5.000 kasus pada bulan pertama tahun 2005.[140] Kelompok usia yang mengalami beguk terlalu tua sehingga tidak menerima imunisasi MMR rutin ketika artikel Wakefield et al. terbit dan terlalu muda sehingga tidak terjangkit beguk alami yang diperlukan untuk menciptakan efek kekebalan kelompok. Seiring menurunnya kasus beguk setelah vaksin MMR diperkenalkkan, mereka belum pernah terpapar penyakit ini, tetapi tidak memiliki kekebalan, baik kekebalan alami atau kekebalan vaksin. Karena itu, ketika tingkat imunisasi menurun usai kontroversi dan wabah merebak, mereka rentang terkena infeksi.[141][142] Kasus campak dan beguk terus bertambah pada tahun 2006, masing-masing 13 dan 37 kali lebih besar daripada jumlah kasus tahun 1998.[143] Dua anak cedera parah dan permanen akibat ensefalitis campak meski menjalani transplantasi ginjal di London.[4]
Wabah penyakit juga menimbulkan korban jiwa di negara-negara sekitar. Tiga korban jiwa dan 1.500 kasus dilaporkan saat wabah di Irlandia tahun 2000 yang terjadi akibat menurunnya tingkat vaksinasi usai kepanikan MMR.[4]
Pada tahun 2008, untuk pertama kalinya dalam 14 tahun, campak dinyatakan sebagai penyakit endemik di Britania Raya, artinya penyakit ini sudah bertahan di dalam populasi penduduk; hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat vaksinasi MMR pada dasawarsa sebelumnya sehingga menciptakan populasi anak rentan yang dapat menyebarkan penyakit ini.[144] Tingkat vaksinasi MMR anak-anak Inggris tidak berubah pada tahun 2007–08 sejak tahun sebelumnya dan terlalu rendah untuk mencegah wabah campak massal.[145] Pada Mei 2008, seorang remaja Britania berusia 17 tahun dengan kelemahan imun meninggal akibat campak. Pada tahun 2008, Eropa juga menghadapi wabah campak, termasuk wabah massal di Austria, Italia, dan Swiss.[144]
Setelah pernyataan tentang penipuan Wakefield terbit di BMJ bulan Januari 2011, Paul Offit, seorang dokter anak di Children's Hospital of Philadelphia dan "pengkritik ancaman gerakan anti-vaksin", mengatakan, "bahwa artikel penelitian membunuh anak-anak",[146][147][148] dan Michael Smith dari University of Louisville, "pakar penyakit menular yang mendalami dampak kontroversi autisme terhadap tingkat imunisasi," mengatakan, "jelas sekali bahwa hasil penelitian (Wakefield) ini berdampak buruk."[149][150] Pada tahun 2014, Laurie Garrett, anggota senior Council on Foreign Relations, menyalahkan "Wakefieldisme" atas meningkatnya jumlah anak yang tidak divaksin di negara-negara seperti Australia dan Selandia Baru. Ia mengatakan, "Data kami menunjukkan bahwa campak selalu muncul di negara-negara yang mengamini artikel Wakefield."[151]
Dampak terhadap masyarakat
suntingNew England Journal of Medicine menyebutkan bahwa aktivitas antivaksinasionis membuat masyarakat rugi besar, "termasuk rusaknya kesejahteraan individu dan masyarakat akibat wabah penyakit yang sebelumnya bisa dikendalikan, penarikan produsen vaksin dari pasaran, ancaman terhadap keamanan nasional (dalam kasus vaksin antraks dan cacar), dan hilangnya produktivitas masyarakat".[22]
Kerugian masyarakat akibat turunnya tingkat vaksinasi (dalam dolar AS) diperkirakan oleh AOL Daily Finance pada tahun 2011:[152]
- Wabah campak di Italia tahun 2002–2003 "yang membuat lebih dari 5.000 orang dilarikan ke rumah sakit secara keseluruhan memakan biaya antara 17,6 juta euro dan 22,0 juta euro".
- Wabah campak tahun 2004 akibat "seorang pelajar yang tidak divaksin sepulang dari India tahun 2004 di Iowa memakan biaya $142.452".
- Wabah beguk di Chicago tahun 2006 "yang diakibatkan oleh karyawan-karyawan yang jarang diimunisasi memakan biaya $262.788, atau $29.199 per kasus".
- Wabah beguk Nova Scotia tahun 2007 memakan biaya $3.511 per kasus.
- Wabah campak di San Diego, California, tahun 2008 memakan biaya $177.000, atau $10.376 per kasus.
Di Amerika Serikat, Jenny McCarthy menyalahkan vaksinasi atas gangguan yang dialami putranya, Evan, dan memanfaatkan status selebritinya untuk mengingatkan para orang tua tentang hubungan antara vaksin dan autisme. Gangguan yang dialami Evan dimulai dengan kejang-kejang dan ia pulih setelah kejangnya ditangani. Pakar gejala penyakit mengatakan bahwa gejala Evan cocok dengan sindrom Landau–Kleffner yang sering sekali disalahartikan sebagai autisme.[153] After the Lancet article was discredited, McCarthy continued to defend Wakefield.[154] Sebuah artikel di Salon.com mencap McCarthy sebagai "ancaman" karena bertahan dengan sikapnya bahwa vaksin itu berbahaya.[155]
Bill Gates mengkritik keras Wakefield dan perilaku para aktivis anti-vaksinasi:
Dr. [Andrew] Wakefield terbukti memakai data yang benar-benar dipalsukan. Ia memiliki kepentingan finansial di sejumlah gugatan hukum, ia membuat artikel palsu, diizinkan terbit oleh jurnalnya. Berbagai penelitian berkali-kali membuktikan tidak ada hubungan apapun. Artikel ini adalah kebohongan besar yang telah menewaskan ribuan anak. Gara-gara mendengar kebohongan tersebut, banyak orang tua tidak menyuntik anaknya dengan vaksin pertusis atau campak, lalu anak mereka meninggal. Jadi, orang-orang yang aktif dalam kampanye anti-vaksin — asal tahu saja, mereka, mereka membunuh anak-anak. Ini sangat menyedihkan karena vaksin itu penting.[156]
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ a b c Wakefield A, Murch S, Anthony A; et al. (1998). "Ileal-lymphoid-nodular hyperplasia, non-specific colitis, and pervasive developmental disorder in children". The Lancet. 351 (9103): 637–41. doi:10.1016/S0140-6736(97)11096-0. PMID 9500320. Diakses tanggal 2007-09-05. (Dicabut, lihat PMID 20137807)
- ^ a b c d Goldacre B (30 August 2008). "The MMR hoax". The Guardian. London. Archived from the original on 2008-09-01. Diakses tanggal 2008-08-30.
- ^ a b McIntyre P, Leask J (2008). "Improving uptake of MMR vaccine". The BMJ. 336 (7647): 729–30. doi:10.1136/bmj.39503.508484.80. PMC 2287215 . PMID 18309963.
- ^ a b c Pepys MB (2007). "Science and serendipity". Clinical Medicine. 7 (6): 562–78. doi:10.7861/clinmedicine.7-6-562. PMID 18193704.
- ^ a b "Measles, mumps, and rubella (MMR) vaccine". Centers for Disease Control and Prevention. 22 August 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 April 2008. Diakses tanggal 2008-12-21.
- ^ a b Institute of Medicine (US) Immunization Safety Review Committee (17 May 2004). "Immunization Safety Review: Vaccines and Autism". Institute of Medicine of the National Academy of Sciences. PMID 20669467. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-10-26. Diakses tanggal 13 June 2007.
- ^ a b "MMR The facts". NHS Immunisation Information. 2004. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 January 2013. Diakses tanggal 2007-09-19.
- ^ a b Demicheli V, Rivetti A, Debalini MG, Di Pietrantonj C (2012). "Vaccines for measles, mumps and rubella in children". The Cochrane Database of Systematic Reviews. 2 (2): CD004407. doi:10.1002/14651858.CD004407.pub3. PMID 22336803.
- ^ a b c The Sunday Times 2004:
- Deer B (22 February 2004). "Revealed: MMR research scandal". The Sunday Times. London. Diakses tanggal 2007-09-23.
- Deer B (2007). "The Lancet scandal". Diakses tanggal 2007-09-23.
- ^ a b 2004 BBC documentary:
- Deer B (2007). "The Wakefield factor". Diakses tanggal 2007-09-23.
- Berger A (2004). "Dispatches. MMR: What They Didn't Tell You". The BMJ. 329 (7477): 1293. doi:10.1136/bmj.329.7477.1293.
- ^ a b Deer B (8 February 2009). "MMR doctor Andrew Wakefield fixed data on autism". The Sunday Times. London. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-03-20. Diakses tanggal 2009-02-09.
- ^ Boseley, Sarah (2 February 2010). "Lancet retracts 'utterly false' MMR paper". The Guardian. London. Diakses tanggal 14 January 2015.
- ^ Triggle, Nick (24 May 2010). "MMR doctor struck off register". BBC News. Diakses tanggal 24 May 2010.
- ^ Godlee F, Smith J, Marcovitch H (2011). "Wakefield's article linking MMR vaccine and autism was fraudulent". The BMJ. 342: c7452. doi:10.1136/bmj.c7452. PMID 21209060.
- ^ Deer B (2011). "Wakefield's article linking MMR vaccine and autism was fraudulent". The BMJ. 342: c5347. doi:10.1136/bmj.c5347. PMID 21209059.
- ^ a b Flaherty DK (October 2011). "The vaccine-autism connection: a public health crisis caused by unethical medical practices and fraudulent science". Annals of Pharmacotherapy. 45 (10): 1302–4. doi:10.1345/aph.1Q318. PMID 21917556.
- ^ a b Gever, John (5 January 2011). "BMJ Lifts Curtain on MMR-Autism Fraud". MedPage Today. Diakses tanggal 2011-01-08.
- ^ a b Godlee F (January 2011). "The fraud behind the MMR scare". The BMJ. 342 (jan06 1): d22–d22. doi:10.1136/bmj.d22.
- ^ Deer, Brian (6 January 2011). "Brian Deer: Piltdown medicine: The missing link between MMR and autism". BMJ Group Blogs. Diakses tanggal 2011-01-08.
- ^ a b "Link between MMR Vaccines and Autism conclusively broken". IB Times. 7 January 2011. Diakses tanggal 2011-01-08.
- ^ Broyd, Nicky (6 January 2011). "BMJ Declares Vaccine-Autism Study 'an Elaborate Fraud', 1998 Lancet Study Not Bad Science but Deliberate Fraud, Claims Journal". WebMD Health News. Diakses tanggal 2011-01-08.
- ^ a b c d Poland GA, Jacobson RM (13 January 2011). "The Age-Old Struggle against the Antivaccinationists". The New England Journal of Medicine. 364 (2): 97–9. doi:10.1056/NEJMp1010594. PMID 21226573.
- ^ Jasek, Marissa (6 January 2011). "Healthwatch: Disputed autism study sparks debate about vaccines". WWAY Newschannel 3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 July 2011. Diakses tanggal 2011-01-07.
- ^ Schattner A (2005). "Consequence or coincidence? The occurrence, pathogenesis and significance of autoimmune manifestations after viral vaccines". Vaccine. 23 (30): 3876–86. doi:10.1016/j.vaccine.2005.03.005. PMID 15917108.
- ^ Institute of Medicine (1994). "Measles and mumps vaccines". Adverse Events Associated with Childhood Vaccines: Evidence Bearing on Causality. National Academy Press. ISBN 0-309-07496-7.
- ^ "ARCHIVED - Guidelines for the Prevention and Control of Mumps Outbreaks in Canada". Public Health Agency of Canada. Diakses tanggal 27 March 2016.
- ^ a b Miller E, Hill A, Morgan-Capner P, Forsey T, Rush M (June 1995). "Antibodies to measles, mumps and rubella in UK children 4 years after vaccination with different MMR vaccines". Vaccine. 13 (9): 799–802. doi:10.1016/0264-410X(94)00086-3. PMID 7483800.
- ^ a b c Colville A, Pugh S, Miller E, Schmitt HJ, Just M, Neiss A (1994). "Withdrawal of a mumps vaccine". European Journal of Pediatrics. 153 (6): 467–8. doi:10.1007/BF01983415. PMID 8088305.
- ^ "MMR timeline". The Guardian. London. 28 January 2010. Diakses tanggal 2010-10-28.
- ^ Fullerton KE, Reef SE (2002). "Commentary: Ongoing debate over the safety of the different mumps vaccine strains impacts mumps disease control". International Journal of Epidemiology. 31 (5): 983–4. doi:10.1093/ije/31.5.983. PMID 12435772.
- ^ Calvert N, Cutts F, Irving R, Brown D, Marsh J, Miller E (February 1996). "Measles immunity and response to revaccination among secondary school children in Cumbria". Epidemiology & Infection. 116 (1): 65–70. doi:10.1017/S0950268800058969. PMC 2271248 . PMID 8626005.
- ^ Miller E (October 1994). "The new measles campaign". The BMJ. 309 (6962): 1102–3. doi:10.1136/bmj.309.6962.1102. PMC 2541903 . PMID 7987096.
- ^ Cutts FT (March 1996). "Revaccination against measles and rubella". The BMJ. 312 (7031): 589–90. doi:10.1136/bmj.312.7031.589. PMC 2350416 . PMID 8595319.
- ^ "Richard Barr original writing site". www.richardbarr.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-07. Diakses tanggal 2018-01-10.
- ^ Michael Fitzpatrick. "spiked-health | Medicine on trial". Spiked-online.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-25. Diakses tanggal 2011-01-08.
- ^ Wakefield AJ, Pittilo RM, Sim R; et al. (1993). "Evidence of Persistent Measles Virus in Crohn's Disease". Journal of Medical Virology. 39 (4): 345–53. doi:10.1002/jmv.1890390415. PMID 8492105.
- ^ Thompson, N.P; Pounder, R.E; Wakefield, A.J; Montgomery, S.M (1995). "Is Measles Vaccine a Risk for Inflammatory Bowel Disease?". The Lancet. 345 (8957): 1071–74. doi:10.1016/s0140-6736(95)90816-1.
- ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2010-05-25. Diakses tanggal 2018-01-10.
- ^ a b Fitzpatrick M (2004). MMR and Autism: What Parents Need to Know. Routledge. ISBN 978-0-415-32179-2. Diakses tanggal 2011-02-02.
- ^ a b c Moore Andrew (2006). "Bad science in the headlines: Who takes responsibility when science is distorted in the mass media?". EMBO Reports. 7 (12): 1193–1196. doi:10.1038/sj.embor.7400862.
- ^ Press release from the Royal Free Hospital School of Medicine, 26 February 1998, hosted at briandeer.com
- ^ a b Deer B (2 November 2008). "The MMR–autism crisis – our story so far". Diakses tanggal 2008-12-06.
- ^ Deer B. "Royal Free facilitates attack on MMR, in Dr Andrew Wakefield "single shots" video". Diakses tanggal 2007-07-27.
- ^ "Child vaccine linked to autism". BBC News. 27 February 1998. Diakses tanggal 2007-09-05.
- ^ "MMR – the controversy". 1 August 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-26. Diakses tanggal 2007-09-06.
- ^ Halvorsen R (2007). The Truth about Vaccines. Gibson Square. ISBN 978-1-903933-92-3.
- ^ Goldacre, Ben (2009). Bad Science. London: Fourth Estate. hlm. 283. ISBN 978-0-00-728487-0.
- ^ "Health professionals 2003 childhood immunisation survey report" (PDF). NHS Immunisation Information. 2003. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 29 September 2006. Diakses tanggal 2007-09-06.
- ^ BMRB Social Research (2004). "Health professionals 2004 childhood immunisation survey executive summary" (PDF). Immunisation Information England. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 29 September 2006. Diakses tanggal 2007-09-06.
- ^ "MMR vaccine – measles, mumps, rubella vaccine". Immunisation Scotland. Diakses tanggal 2010-07-01.
- ^ "Blair signals support for MMR". BBC News. 7 February 2002. Diakses tanggal 2008-07-10.
- ^ Nic Fleming My son has had MMR jab, says Brown (in dig at Blair) Diarsipkan 2006-03-01 di Wayback Machine. Telegraph 7 February 2006
- ^ "Cherie Blair: what she said". The Guardian. 12 May 2008. Diakses tanggal 2012-03-09.
- ^ a b c "Why is MMR preferable to single vaccines?". Health Protection Agency. 2008. Diakses tanggal 2008-08-31.
- ^ MMR vs three separate vaccines:
- Halsey NA; Hyman SL; Conference Writing Panel (2001). "Measles–mumps–rubella vaccine and autistic spectrum disorder: report from the New Challenges in Childhood Immunizations Conference convened in Oak Brook, Illinois, June 12–13, 2000". Pediatrics. 107 (5): e84. doi:10.1542/peds.107.5.e84. PMID 11331734. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-04-05. Diakses tanggal 2018-01-10.
- Leitch R, Halsey N, Hyman SL (2002). "MMR—separate administration—has it been done?". Pediatrics. 109 (1): 172. doi:10.1542/peds.109.1.172. PMID 11773568. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-02-16. Diakses tanggal 2018-01-10.
- Miller E (2002). "MMR vaccine: review of benefits and risks". Journal of Infection. 44 (1): 1–6. doi:10.1053/jinf.2001.0930. PMID 11972410.
- "MMR – scientific research". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-08-08. Diakses tanggal 2007-03-29.
- ^ "Doctors issue plea over MMR jab". BBC News. 26 June 2006. Diakses tanggal 2009-02-04.
- ^ a b Fitzpatrick M (2004). "MMR: risk, choice, chance". British Medical Bulletin. 69 (1): 143–53. doi:10.1093/bmb/ldh002. PMID 15226203.
- ^ Walker-Smith J (2002). "Autism, bowel inflammation, and measles". The Lancet. 359 (9307): 705–6. doi:10.1016/S0140-6736(02)07783-8. PMID 11879886.
- ^ Smeeth L, Hall A, Rodrigues L, Cook C, Fombonne E (2002). "Autism, bowel inflammation, and measles". The Lancet. 359 (9323): 2112–3. doi:10.1016/S0140-6736(02)08918-3. PMID 12086784.
- ^ "MMR: myths and truths". NHS Immunisation Information. 2004. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-09-13. Diakses tanggal 2008-08-31.
- ^ Infectious Diseases; Immunization Committee; Canadian Paediatric Society (2007). "Autistic spectrum disorder: No causal relationship with vaccines". Paediatrics and Child Health. 12 (5): 393–5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 December 2008. Diakses tanggal 2008-10-17. Also published (2007) in Canadian Journal of Infectious Diseases and Medical Microbiology 18 (3): 177–9. PMID 18923720.
- ^ Wakefield A (2004). "A statement by Dr Andrew Wakefield". The Lancet. 363 (9411): 823–4. doi:10.1016/S0140-6736(04)15710-3. PMID 15022650.
- ^ Horton R (2004). "A statement by the editors of The Lancet". The Lancet. 363 (9411): 820–1. doi:10.1016/S0140-6736(04)15699-7. PMID 15022645.
- ^ Horton R (2004). "The lessons of MMR". The Lancet. 363 (9411): 747–9. doi:10.1016/S0140-6736(04)15714-0. PMID 15016482.
- ^ Deer B (31 December 2006). "MMR doctor given legal aid thousands". The Sunday Times. London. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-02-23. Diakses tanggal 2007-09-23.
- ^ Murch SH, Anthony A, Casson DH, et al. (2004). "Retraction of an interpretation". The Lancet. 363 (9411): 750. doi:10.1016/S0140-6736(04)15715-2. PMID 15016483.
- ^ Hornig M, Briese T, Buie T, et al. (2008). Cookson MR, ed. "Lack of association between measles virus vaccine and autism with enteropathy: a case-control study". PLoS ONE. 3 (9): e3140. Bibcode:2008PLoSO...3.3140H. doi:10.1371/journal.pone.0003140. PMC 2526159 . PMID 18769550. Ringkasan – The Washington Post (2008-09-04).
- ^ Gever J (11 February 2009). "Father of vaccine–autism link said to have fudged data". MedPage Today. Diakses tanggal 2009-02-11.
- ^ "Complaint to UK". Box.net. 20 March 2009. Diakses tanggal 2011-01-08.
- ^ "Countering Age of Autism". Counteringageofautism.blogspot.com. 28 January 2010. Diakses tanggal 2011-01-08.
- ^ "Statement by the Press Complaints Commission". Pcc.org.uk. 8 February 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 August 2011. Diakses tanggal 2011-01-08.
- ^ "Andrew Wakefield: Submission to the UK Press Complaints Commission (with a statement by Brian Deer)" (PDF). Diakses tanggal 2011-01-08.
- ^ Deer B (11 September 2005). "MMR scare doctor faces list of charges". The Sunday Times. London. Diakses tanggal 2008-07-10.
- ^ "Andrew Wakefield Lodges Complaint About Brian Deer with Press Complaints Commission | Holford Watch: Patrick Holford, nutritionism and bad science". Holfordwatch.info. 16 March 2009. Diakses tanggal 2011-01-08.
- ^ "Dr Andrew Wakefield and the MMR Scare – Evan on C4 News". Drevanharrismp.wordpress.com. 29 January 2010. Diakses tanggal 2011-01-08.
- ^ "Evan Harris demands inquiry into MMR research on children". Briandeer.com. Diakses tanggal 2011-01-08.
- ^ "Andrew Wakefield, John Walker-Smith, Simon Murch. General Medical Council Fitness to Practise Panel – Charge Sheet" (PDF). 16 July 2007. Diakses tanggal 2011-01-08.
- ^ "Wayback Machine" (PDF). 2 June 2010. Archived from the original on 2010-06-02. Diakses tanggal 2018-01-10.
- ^ "Father of Vaccine-Autism Link Said to Have Fudged Data". Medpagetoday.com. Diakses tanggal 2011-01-08.
- ^ "MMR scare doctor 'paid children'". BBC News. 16 July 2007. Diakses tanggal 2008-03-09.
- ^ General Medical Council. "Dr Andrew Wakefield, Professor John Walker-Smith, Professor Simon Murch". Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 September 2007. Diakses tanggal 2007-09-06.
- ^ Boseley S (28 January 2010). "Andrew Wakefield found 'irresponsible' by GMC over MMR vaccine scare". The Guardian. London.
- ^ "Doctor in MMR-Autism Scare Ruled Unethical". Time. 29 January 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-08-17. Diakses tanggal 2010-05-12.
- ^ Rose D (3 February 2010). "Lancet journal retracts Andrew Wakefield MMR scare paper". The Times. Diakses tanggal 13 January 2011.
- ^ Rose D (29 January 2010). "Fall of Andrew Wakefield, 'dishonest' doctor who started MMR scare". The Times. Diakses tanggal 13 January 2011.
- ^ The Editors Of The Lancet (February 2010). "Retraction—Ileal-lymphoid-nodular hyperplasia, non-specific colitis, and pervasive developmental disorder in children". The Lancet. 375 (9713): 445. doi:10.1016/S0140-6736(10)60175-4. PMID 20137807. Diakses tanggal 2010-02-02. Ringkasan – BBC News (2010-02-02).
- ^ Department of the Official Report (Hansard), House of Lords, Westminster. "Lords Hansard text for 16 Mar 201016 Mar 2010 (pt 0004)". Publications.parliament.uk. Diakses tanggal 2011-01-08.
- ^ a b Deer B (2010). "Wakefield's "autistic enterocolitis" under the microscope". The BMJ. 340 (apr15 2): c1127. doi:10.1136/bmj.c1127. PMID 20395277.
- ^ Brian Deer. "Response to feature Wakefield's "autistic enterocolitis" under the microscope from ESPGHAN". The BMJ. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 May 2010. Diakses tanggal 2011-01-08.
- ^ a b Sanchez R, Rose D (25 May 2010). "Dr Andrew Wakefield struck off medical register". The Times. London.
- ^ John Aston (7 March 2012). "MMR Doctor John Walker-Smith wins High Court appeal". The Independent. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-25. Diakses tanggal 16 April 2012.
- ^ Deer B (2011). "How the case against the MMR vaccine was fixed". The BMJ. 342 (jan05 1): c5347. doi:10.1136/bmj.c5347. PMID 21209059.
- ^ Deer B (11 January 2011). "How the vaccine crisis was meant to make money". The BMJ. 342 (jan11 4): c5258–c5258. doi:10.1136/bmj.c5258. PMID 21224310.
- ^ a b Stein, Rob (11 January 2011). "Wakefield tried to capitalize on autism-vaccine link, report says". The Washington Post. Diakses tanggal 2011-01-12.
- ^ "Vaccine study's author held related patent, medical journal reports". CNN. 11 January 2011. Diakses tanggal 2011-01-12.
- ^ a b Russell, Peter (11 January 2011). "MMR Doctor 'Planned to Make Millions,' Journal Claims". WebMD Health News. Diakses tanggal 2011-01-12.
- ^ Hilton S, Petticrew M, Hunt K (2007). "Parents' champions vs. vested interests: Who do parents believe about MMR? A qualitative study". BMC Public Health. 7: 42. doi:10.1186/1471-2458-7-42. PMC 1851707 . PMID 17391507.
- ^ Speers T, Justin L (September 2004). "Journalists and jabs: media coverage of the MMR vaccine". Communication and Medicine. 1 (2): 171–181. doi:10.1515/come.2004.1.2.171. PMID 16808699.
- ^ Jackson T (2003). "MMR: more scrutiny, please". The BMJ. 326 (7401): 1272. doi:10.1136/bmj.326.7401.1272.
- ^ Dobson Roger (May 2003). "Media misled the public over the MMR vaccine, study says". The BMJ. 326 (7399): 1107. doi:10.1136/bmj.326.7399.1107-a. PMC 1150987 . PMID 12763972.
- ^ Katelaris A (17 August 2007). "Wakefield saga a study in integrity". Australian Doctor: 20. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-08.
- ^ "Reputation Survey: MMR panic subsides". PR Week, 2 June 2010: 24.
- ^ Goldberg, Robert M., "Andrew Wakefield's Lethal Legacy" Diarsipkan 10 January 2011 di Wayback Machine., The American Spectator, 7 January 2011. Retrieved 11 January 2011.
- ^ "Vaccines: An Unhealthy Skepticism". Retro Report. 1 February 2015. Diakses tanggal 31 July 2015.
- ^ Cameron, Neil (12 January 2011). "Autism 'study' represents a failure of journalism". The Montreal Gazette. Diakses tanggal 2011-01-12.[pranala nonaktif]
- ^ "False autism study has done untold harm". The Montreal Gazette. 10 January 2011. Diakses tanggal 2011-01-12.[pranala nonaktif]
- ^ Willingham E (2013-08-08). "Court Rulings Don't Confirm Autism-Vaccine Link". Forbes. Diakses tanggal 2013-08-13.
- ^ Bocci, Michele (1 March 2015), "Autismo, i giudici assolvono il vaccino ("Autism, the judges acquit the vaccine")", La Repubblica, diakses tanggal 4 March 2015
- ^ Yoshida N, Fujino M, Ota Y, et al. (26 January 2007). "Simple differentiation method of mumps Hoshino vaccine strain from wild strains by reverse transcription loop-mediated isothermal amplification (RT-LAMP)". Vaccine. 25 (7): 1281–1286. doi:10.1016/j.vaccine.2006.09.093. PMID 17097200.
- ^ a b "Why Japan stopped using MMR". BBC news. 8 February 2002.
- ^ a b Justin Norrie (27 May 2007). "Japanese measles epidemic brings campuses to standstill". The Sydney Morning Herald.
- ^ a b c d Suvendrini Kakuchi (25 February 2003). ": Halth-Japan: Vaccine Manufacturer Sued over deaths". Global Information Network, New York. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-11-12. Diakses tanggal 2018-01-10.
- ^ Andy Coghlan (3 March 2005). "Autism rises despite MMR ban in Japan". New Scientist.
- ^ Hideo Honda; Yasuo Shimizu; Michael Rutter (18 February 2005). "No effect of MMR withdrawal on the incidence of autism: a total population study". Journal of Child Psychology and Psychiatry. 46 (6): 572–579. doi:10.1111/j.1469-7610.2005.01425.x. PMID 15877763. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-03-27. Diakses tanggal 2018-01-10.
- ^ I-han Chou (2003). "Japanese scientists plan MMR alternative". Nature Medicine. 9 (11): 1337. doi:10.1038/nm1103-1337b. PMID 14595415.
- ^ a b "comments on MMR vaccine". FOIA Centre. Diakses tanggal 2011-01-08.
- ^ "Families win lawsuit over MMR vaccine". The Japan Times. 14 March 2003. Diakses tanggal 2011-01-08.
- ^ VoIP and Call Center News Editor (20 April 2006). "High court rules state responsible for vaccine side effects". Tmcnet.com. Diakses tanggal 2011-01-08.
- ^ http://briandeer.com/wakefield/keith-judgment.doc
- ^ "FOIA Centre news: MMR group legal claim collapses in high court". FOIA Centre. Diakses tanggal 2011-01-08.
- ^ a b Fitzpatrick M (4 July 2007). "'The MMR–autism theory? There's nothing in it'". spiked. Diakses tanggal 2008-01-22.
- ^ "Omnibus Autism Proceeding | US Court of Federal Claims". Uscfc.uscourts.gov. Diakses tanggal 2011-01-08.
- ^ "Editorial: Vaccines Exonerated on Autism". The New York Times. 12 February 2009. Diakses tanggal 1 November 2013.
- ^ Cedillo v. HHS[pranala nonaktif permanen] (PDF), U.S. Court of Federal Claims, Office of Special Masters, No. 98-916V (12 February 2009). Retrieved 2009-03-25.
- ^ "Archived copy" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 14 May 2009. Diakses tanggal 2010-05-23.
- ^ Vaccines and Autism: The Unending Story, thedailybeast.com
- ^ "Robert F. Kennedy, Jr. and David Kirby: Vaccine Court: Autism Debate Continues". Huffington Post. Diakses tanggal 2011-01-08.
- ^ Rutter M (2005). "Incidence of autism spectrum disorders: changes over time and their meaning". Acta Paediatrica. 94 (1): 2–15. doi:10.1111/j.1651-2227.2005.tb01779.x. PMID 15858952.
- ^ Jefferson T, Price D, Demicheli V, Bianco E (2003). "Unintended events following immunization with MMR: a systematic review". Vaccine. 21 (25–26): 3954–60. doi:10.1016/S0264-410X(03)00271-8. PMID 12922131.
- ^ DeStefano, F; Thompson, WW (February 2004). "MMR vaccine and autism: an update of the scientific evidence". Expert Review of Vaccines. 3 (1): 19–22. doi:10.1586/14760584.3.1.19. PMID 14761240.
- ^ Doja A, Roberts W (November 2006). "Immunizations and autism: a review of the literature". Canadian Journal of Neurological Sciences. 33 (4): 341–6. doi:10.1017/s031716710000528x. PMID 17168158.
- ^ Wakefield AJ (1999). "MMR vaccination and autism". The Lancet. 354 (9182): 949–50. doi:10.1016/S0140-6736(05)75696-8. PMID 10489978.
- ^ Cox AR, Kirkham H (2007). "A case study of a graphical misrepresentation: drawing the wrong conclusions about the measles, mumps and rubella virus vaccine". Drug Safety. 30 (10): 831–6. doi:10.2165/00002018-200730100-00002. PMID 17867721.
- ^ DeStefano F (2007). "Vaccines and autism: evidence does not support a causal association". Clinical Pharmacology & Therapeutics. 82 (6): 756–9. doi:10.1038/sj.clpt.6100407. PMID 17928818.
- ^ Gerber JS, Offit PA (2009). "Vaccines and autism: a tale of shifting hypotheses". Clinical Infectious Diseases. 48 (4): 456–61. doi:10.1086/596476. PMC 2908388 . PMID 19128068. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-04-18. Ringkasan – IDSA (2009-01-30).
- ^ Taylor LE, Swerdfeger AL, Eslick GD (June 2014). "Vaccines are not associated with autism: an evidence-based meta-analysis of case-control and cohort studies". Vaccine. 32 (29): 3623–9. doi:10.1016/j.vaccine.2014.04.085. PMID 24814559.
- ^ Maglione MA, Das L, Raaen L, et al. (August 2014). "Safety of vaccines used for routine immunization of U.S. children: a systematic review". Pediatrics. 134 (2): 325–37. doi:10.1542/peds.2014-1079. PMID 25086160.
- ^ Murch S (2003). "Separating inflammation from speculation in autism". The Lancet. 362 (9394): 1498–9. doi:10.1016/S0140-6736(03)14699-5. PMID 14602448.
- ^ Asaria P, MacMahon E (2006). "Measles in the United Kingdom: can we eradicate it by 2010?". The BMJ. 333 (7574): 890–5. doi:10.1136/bmj.38989.445845.7C. PMC 1626346 . PMID 17068034.
- ^ Gupta RK, Best J, MacMahon E (2005). "Mumps and the UK epidemic 2005". The BMJ. 330 (7500): 1132–5. doi:10.1136/bmj.330.7500.1132. PMC 557899 . PMID 15891229.
- ^ "England and Wales in grip of mumps epidemic". N Z Herald. 13 May 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2005-04-10. Diakses tanggal 2008-07-10.
- ^ "Mumps". Health Protection Agency. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 May 2007. Diakses tanggal 2008-07-10.
- ^ "Confirmed cases of measles, mumps & rubella". Health Protection Agency. 22 March 2007. Diakses tanggal 2007-09-05.
- ^ a b European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) – Surveillance and Communication Unit (2008). "Measles once again endemic in the United Kingdom". Eurosurveillance. 13 (27): 18919. PMID 18761933.
- ^ "MMR vaccine uptake rise 'stalls'". BBC News. 24 September 2008. Diakses tanggal 2008-09-24.
- ^ "Study linking vaccines to autism is 'fraudulent'". Time. 6 January 2011. Diakses tanggal 2011-01-07.
- ^ Gupta, Sanjay (6 January 2011). "Dr. Sanjay Gupta Confronts Autism Study Doctor". CBS Evening News. Diakses tanggal 2011-01-08.
'Four children died from measles,' says Offit. 'Three died in Ireland, one died in England, died from a disease that was perfectly and safely prevented by a vaccine, died because of that paper. That paper killed four children.'
- ^ McBrien J, Murphy J, Gill D, Cronin M, O'Donovan C, Cafferkey MT (July 2003). "Measles outbreak in Dublin, 2000". The Pediatric Infectious Disease Journal. 22 (7): 580–4. doi:10.1097/00006454-200307000-00002. PMID 12867830.
- ^ "Will autism fraud report be a vaccine booster?". Associated Press. 7 January 2011. Diakses tanggal 2011-01-08.
- ^ Smith MJ, Ellenberg SS, Bell LM, Rubin DM (April 2008). "Media coverage of the measles-mumps-rubella vaccine and autism controversy and its relationship to MMR immunization rates in the United States". Pediatrics. 121 (4): e836–43. doi:10.1542/peds.2007-1760. PMID 18381512.
- ^ Harlow, John (17 February 2014). "Measles map exposes global fallout of an autism scare campaign". The Australian. Diakses tanggal 18 February 2014.
- ^ Alazraki, Molly (12 January 2011). "The Autism Vaccine Fraud: Dr. Wakefield's Costly Lie to Society". AOL Money and Finance: Daily Finance. Diakses tanggal 2011-01-13.
- ^ Greenfeld KT (25 February 2010). "The autism debate: who's afraid of Jenny McCarthy?". Time. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-18. Diakses tanggal 2018-01-10. Archived copy
- ^ McCarthy, Jenny (10 January 2011). "Jenny McCarthy: In the Vaccine-Autism Debate, What Can Parents Believe?". The Huffington Post. Diakses tanggal 22 September 2013.
- ^ Williams, Mary Elizabeth (6 January 2011). "Jenny McCarthy's autism fight grows more misguided". Salon. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-01-10. Diakses tanggal 22 September 2013.
- ^ Finnegan, Gary (March 18, 2011). "Bill Gates: Anti-vaccine myths 'kill children'". VaccinesToday. Diakses tanggal January 7, 2018.
Bacaan lanjutan
sunting- "The Vaccine War". Frontline. PBS. 27 April 2010. Diakses tanggal 28 December 2013.
- Willingham, Emily; Helft, Laura (5 September 2014). "The Autism-Vaccine Myth with Timeline". PBS NOVA.
- DeNoon, Daniel J (6 January 2011). "Autism/MMR Vaccine Study Faked: FAQ". WebMD Health News. Diakses tanggal 27 December 2013.
- "MMR research timeline". BBC News. 4 February 2008. Diakses tanggal 27 December 2013.