Hugo Chávez
Hugo Rafael Chávez Frías (pengucapan bahasa Spanyol: [ˈuɣo rafaˈel ˈtʃaβes ˈfɾi.as]; 28 Juli 1954 – 5 Maret 2013) adalah Presiden Venezuela mulai tahun 1999 sampai meninggal dunia tahun 2013. Sebelumnya ia merupakan ketua partai politik Gerakan Republik Kelima sejak didirikan tahun 1997 sampai 2007. Partai tersebut bergabung dengan beberapa partai lain dan membentuk Partai Sosialis Bersatu Venezuela (PSUV) yang ia pimpin sampai meninggal dunia. Karena memiliki paham politik Bolivarianisme dan "sosialisme abad ke-21", ia fokus menerapkan reformasi sosialis di negara ini sebagai bagian dari proyek sosial bernama Revolusi Bolivarian. Sepanjang masa kepemimpinannya, ia telah menerapkan konstitusi baru, mendirikan dewan demokrasi partisipasi, menasionalisasi sejumlah industri penting, meningkatkan anggaran kesehatan dan pendidikan, dan mengurangi tingkat kemiskinan secara besar-besaran.[1]
Datang dari keluarga kelas pekerja di Sabaneta, Barinas, Chávez sempat menjadi seorang perwira militer, dan setelah merasa tidak puas dengan sistem politik Venezuela, ia mendirikan organisasi rahasia Revolutionary Bolivarian Movement-200 (MBR-200) pada awal 1980-an yang bertujuan menggulingkan pemerintahan. Chávez memimpin MBR-200 dalam aksi kudeta pemerintahan Presiden Carlos Andrés Pérez dari Partai Aksi Demokrasi pada tahun 1992, sayangnya gagal dan ia dipenjara. Setelah bebas dari kurungan selama 2 tahun, ia mendirikan partai politik demokrasi sosial bernama Gerakan Republik Kelima. Ia kemudian terpilih sebagai presiden Venezuela tahun 1998. Chávez langsung memperkenalkana konstitusi baru yang menambah hak-hak kaum terpinggirkan dan mengubah struktur pemerintahan Venezuela. Ia terpilih lagi tahun 2000. Pada masa pemerintahannya yang kedua, ia memperkenalkan sistem Misi Bolivarian, Dewan Komunal, koperasi pekerja, dan program reformasi tanah, sambil menasionalisasikan sejumlah industri penting di Venezuela. Ia terpilih lagi tahun 2006 dengan jumlah suara 60%. Pada 7 Oktober 2012, Chávez memenangkan pemilu presiden untuk keempat kalinya, mengalahkan Henrique Capriles, dan terpilih untuk masa jabatan selama enam tahun.[2]
Chávez bergabung dengan pemerintahan Komunis Fidel dan Raúl Castro di Kuba dan pemerintahan Sosialis Evo Morales di Bolivia, Rafael Correa di Ekuador, dan Daniel Ortega di Nikaragua. Masa pemerintahannya dipandang sebagai bagian dari "gelombang merah jambu" sosialis yang menyapu seluruh Amerika Latin. Bersama mereka, Chávez menyatakan kebijakan-kebijakannya bersifat anti-imperialis, menjadi musuh utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat, dan pengkritik lantang neoliberalisme dan kapitalisme laissez-faire yang didukung A.S.[3] Ia mendukung kerja sama Amerika Latin dan Karibia dan memainkan peran penting dalam pendirian Persatuan Bangsa-Bangsa Amerika Selatan, Aliansi Bolivarian untuk Amerika, Bank Selatan, dan jaringan televisi regional TeleSUR. Akan tetapi, Chavez memiliki sejumlah permasalahan dengan Kolombia, termasuk dukungannya terhadap pemberontak di Kolombia dan Ekuador. Chávez adalah sosok yang sangat kontroversial baik di dalam maupun luar negeri. Ia semapt mencerca beberapa pemimpin dunia dan membanding-bandingkan presiden Amerika Serikat George W. Bush dengan seekor keledai[4] dan iblis.[5]
Pada tanggal 30 Juni 2011, Chávez menyatakan bahwa ia sedang memulihkan diri pasca-operasi pengangkatan tumor sel kanker.[6] Ia melaksanakan operasi kedua pada bulan Desember 2012.[7] Ia rencananya dilantik pada tanggal 10 Januari 2013, tetapi Majelis Nasional Venezuela sepakat menunda pelantikannya sampai ia pulih dan pulang dari tempat perawatannya di Kuba.[8] Chávez meninggal dunia di Caracas tanggal 5 Maret 2013 pada usia 58 tahun.[9][10]
Kehidupan awal
suntingMasa kecil
suntingHugo Chávez lahir pada tanggal 28 Juli 1954 di rumah nenek maternalnya, Rosa Inéz Chávez, rumah sederhana berkamar tiga yang terletak di desa Sabaneta, Barinas. Keluarga Chávez merupakan keturunan Amerindian, Afrika-Venezuela, dan Spanyol.[11] Orang tuanya, Hugo de los Reyes Chávez dan Elena Frías de Chávez, adalah guru kelas pekerja-menengah bawah yang menetap di desa kecil Los Rastrojos.
Hugo adalah anak kedua dari tujuh bersaudara. Adán Chávez adalah anak paling bungsu.[12][13] Orang tua mereka hidup miskin, sehingga mereka mengirim Hugo dan Adán untuk tinggal bersama neneknya, Rosa,[14] yang Hugo sebut sebagai "sosok yang murni... kasih sayang tulus, kebaikan sejati."[15] Neneknya adalah penganut Katolik Roma dan Hugo menjadi putra altar di gereja setempat.[16] Hugo menyebut masa kecilnya miskin dan sangat bahagia dan mengalami minder, kemiskinan, rasa sakit, kadang tidak bisa makan, serta ketidakadilan dunia.[17]
Mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar Julián Pino, hobi Chávez adalah menggambar, melukis, bermain bisbol, dan mempelajari sejarah. Ia sangat tertarik dengan jenderal federalis abad ke-19 Ezequiel Zamora. Kakek buyutnya pernah berdinas bersama Zamora.[18][19] Pada pertengahan 1960-an, Hugo, abang, dan neneknya pindah ke kota Barinas supaya keduanya bisa bersekolah di SMA satu-satunya di negara bagian pedesaan ini, SMA Daniel O'Leary.[20]
Akademi militer: 1971–1975
suntingPada usia 17 tahun, Chávez masuk Akademi Ilmu Militer Venezuela di Caracas. Di Akademi, ia menjagi anggota kelas pertama yang mengikuti kurikulum baru bernama Andrés Bello Plan. Kurikulum ini dicetuskan oleh sekelompok perwira militer progresif dan nasionalis yang percaya militer butuh perubahan.[21][22][23] Saat menetap di Caracas, ia malah melihat lebih banyak kemiskinan endemik yang dihadapi kaum pekerja Venezuela, mirip dengan kemiskinan yang dulu ia rasakan. Ia bersikeras bahwa pengalaman ini menjadikannya lebih semangat mengejar keadilan sosial.[24][25] Ia juga mulai terlibat dalam serangkaian aktivitas lokal di luar sekolah militer, bermain bisbol dan sofbol bersama tim Criollitos de Venezuela, melaju bersama mereka ke Kejuaraan Bisbol Nasional Venezuela. Hobi lain yang ia jalankan pada masa itu adalah menulis puisi, cerita, dan drama teater, melukis,[26] dan mempelajari kehidupan dan pemikiran politik revolusioner Amerika Selatan abad ke-19 Simón Bolívar.[27] Ia juga tertarik dengan revolusioner Marxis Che Guevara (1928–67) setelah membaca memoarnya, The Diary of Che Guevara, padahal buku biografi yang ia baca sangat beragam.[28]
Tahun 1974, ia terpilih mewakili Venezuela dalam peringatan 150 tahun Pertempuran Ayacucho di Peru, yaitu konflik ketika letnan Simon Bolívar, Antonio José de Sucre, mengalahkan pasukan royalis pada Perang Kemerdekaan Peru. Di Peru, Chávez mendengarkan pidato presiden yang berpaham kiri, Jenderal Juan Velasco Alvarado (1910–1977). Ia terinspirasi oleh ide-ide Velasco bahwa militer harus memihak pada kaum pekerja jika kaum penguasa dianggap korup,[29]. Chávez membaca habis buku yang ditulis Velasco, bahkan nyaris hapal beberapa pidatonya.[30] Karena berteman dengan putra Presiden Panama Omar Torrijos (1929–1981), jenderal militer berpaham kiri lainnya, Chávez berkunjung ke Panama. Di sana ia bertemu Torrijos dan terpesona dengan program reformasi lahan yang dirancang agar menguntungkan para petani. Setelah begitu terpengaruh oleh Torrijos dan Velasco, ia melihat potensi di kalangan jenderal militer untuk mengambil alih pemerintahan ketika otoritas sipil dianggap hanya memenuhi kepentingan kaum elit dan kaya.[29][31] Berbeda dengan presiden militer seperti Torrijos dan Velasco, Chávez justru sangat kritis terhadap Augusto Pinochet, jenderal sayap kanan yang baru saja merebut kekuasaan di Chili dengan bantuan CIA Amerika Serikat.[32] Chávez kemudian mengatakan, "Bersama Torrijos, aku menjadi seorang Torrijis. Bersama Velasco, aku menjadi seorang Velasquis. Dan bersama Pinochet, aku menjadi seorang anti-Pinochetis."[33] Pada tahun 1975, Chávez lulus dari akademi militer dan menjadi satu dari delapan lulusan terbaik di angkatannya yang berjumlah 75 orang.[34][35][36]
Karier militer awal: 1976–1981
suntingSejak meninggalkan akademi, kurasa aku cenderung mengarah ke gerakan revolusi... Si Hugo Chávez yang masuk ke dunia itu dulunya seorang anak gunung, seorang Ilanero yang bermimpi menjadi pemain bisbol profesional. Empat tahun kemudian, seorang letnan dua yang telah mengambil jalur revolusi muncul. Sosok yang tidak tunduk pada siapapun, yang tidak dimiliki gerakan apapun, yang tidak terlibat dalam partai apapun, tetapi mengetahui arah hidupku dengan sangat baik.
Hugo Chávez[37]
Pasca kelulusannya, Chávez dipekerjakan sebagai petugas komunikasi di satuan kontrapemberontak di Barinas,[38] walaupun pemberontak Marxis-Leninis yang menjadi target pasukan sudah diberantas dari negara bagian itu, sehingga mereka punya banyak waktu luang. Chávez sendiri aktif di tim bisbol setempat, menulis kolom di surat kabar lokal, mengadakan permainan bingo, dan menjadi juri kontes kecantikan.[39] Pada satu saat, di dalam sebuah mobil penuh lubang peluru, ia menemukan tumpukan literatur Marxis yang kelihatannya dimiliki pihak pemberontak. Ia membaca buku-buku tersebut yang dikarang oleh para teoriwan seperti Karl Marx, Vladimir Lenin, dan Mao Zedong. Buku favoritnya adalah The Times of Ezequiel Zamora yang bercerita tentang jenderal federalis abad ke-19 yang merupakan tokoh favorit Chávez sejak kecil.[40] Buku-buku ini semakin meyakinkan Chávez tentang perlunya mendirikan pemerintahan sayap kiri di Venezuela. Ia menyatakan resmi beralih ke paham kiri pada usia 21 atau 22 tahun.[41]
Tahun 1977, pasukan Chávez ditransfer ke Anzoátegui dan terlibat dalam pertempuran melawan Partai Bendera Merah, sebuah grup pemberontak Marxis-Hoxhais.[42] Setelah ikut campur untuk mencegah pemukulan seorang terduga pemberontak oleh tentara lain,[43] Chávez mulai meragukan Angkatan Darat dan metode penyiksaan mereka.[41] Pada saat yang sama, ia semakin kritis terhadap korupsi di tubuh AD dan pemerintahan sipil. Ia percaya meski kekayaan datang dari cadangan minyak nasional, penduduk Venezuela yang miskin tidak kebagian. Ia merasa hal ini tidak demokratis. Demi mewujudkan tujuannya, ia mulai bersimpati dengan Partai Bendera Merah dan misi mereka, bukan metode kekerasannya.[44]
Pada tahun 1977, ia mendirikan gerakan revolusi di dalam tubuh militer dengan harapan mampu mendirikan pemerintahan sayap kiri di Venezuela. Pasukan Pembebasan Rakyat Venezuela (Ejército de Liberación del Pueblo de Venezuela, atau ELPV) adalah sel rahasia di dalam militer yang terdiri dari Chávez sendiri dan sejumlah rekan tentaranya. Meski mereka tahu bahwa mereka menginginkan jalan tengah antara kebijakan sayap kanan pemerintah dan posisi sayap kiri Bendera Merah, mereka tidak punya rencana matang untuk beraksi pada saat itu.[43][45][46] Sambil berharap mendapatkan aliansi dengan beberapa kelompok sipil kiri di Venezuela, Chávez bertemu sejumlah tokoh Marxis seperti Alfredo Maneiro (pendiri Radical Cause) dan Douglas Bravo, walaupun ada perbedaan politik di antara mereka.[47][48] Pada masa itu, Chávez menikahi seorang wanita kelas pekerja bernama Nancy Colmenares. Mereka dikaruniai tiga anak: Rosa Virginia (l. September 1978), Maria Gabriela (l. Maret 1980) dan Hugo Rafael (l. Oktober 1983).[49]
Karier militer dan MBR-200: 1982–1991
suntingLima tahun setelah pembentukan ELPV, Chávez membentuk sel rahasia baru di tubuh militer bernama Pasukan Revolusi Bolivarian-200 (EBR-200), yang kemudian berganti nama menjadi Gerakan Revolusi Bolivarian-200 (MBR-200).[21][50][51] Terinspirasi dari tiga orang Venezuela yang sangat digemari Chávez, Ezequiel Zamora (1817–1860), Simón Bolívar (1783–1830), dan Simón Rodríguez (1769–1854), ketiga tokoh ini dijuluki "tiga akar pohon" MBR-200.[52][53] Sambil menjelaskan dasar organisasinya, Chávez mengatakan bahwa "gerakan Bolivarian ini tidak mengusung tujuan politik... Tujuannya bersifat internal. Segala upayanya diarahkan untuk mempelajari sejarah militer Venezuela sebagai sumber doktrin militer kami sendiri yang sampai saat itu belum ada."[54] Akan tetapi, ia selalu berharap Gerakan Bolivarian mendominasi dunia politik. Tentang pemikiran politiknya pada masa itu, Chávez menyatakan bahwa "Pohon ini [Bolívar, Zamora, dan Rodríguez] harus menjadi lingkaran. Pohon ini harus menerima semua jenis pemikiran, dari kanan, dari kiri, dari bekas ideologi sistem kapitalis dan komunis lama."[55] Analis politik asal Irlandia Barry Cannon mengatakan bahwa ideologi awal Bolivarian jelas-jelas kapitalis, tetapi "doktrin tersebut masih dibangun, sebuah gabungan pikiran dan ideologi yang heterogen dari pemikiran universal, kapitalisme, Marxisme, tetapi menolak model neoliberal yang saat ini sedang diterapkan di Amerika Latin dan menolak model sosialis dan komunis Blok Soviet lama."[56]
Pada tahun 1981, Chávez yang sudah menjadi kapten ditugaskan mengajar di akademi militer tempat ia belajar dulu. Ia langsung mendoktrin murid-muridnya dengan pemikiran "Bolivarian" dan merekrut beberapa orang yang bisa dijadikan anggota MBR-200, serta menyelenggarakan acara olahraga dan teater untuk para murid. Ia berhasil merekrut 30 dari 133 kadet.[57] Tahun 1984, ia bertemu seorang janda Venezuela keturunan Jerman bernama Herma Marksman yang berprofesi sebagai guru sejarah. Karena banyak kesamaan di antara mereka, Marksman terlibat dalam gerakan Chávez dan keduanya saling jatuh cinta. Chávez sempat terlibat dalam perselingkuhan selama beberapa tahun.[58][59] Figur lain yang terlibat dengan gerakan ini adalah Francisco Arias Cárdenas, seorang tentara yang tertarik dengan teologi pembebasan.[60] Posisi Cárdenas dalam kelompok ini naik dengan cepat, meski memiliki konflik ideologi dengan Chávez. Chávez yakin mereka harus melancarkan aksi militer langsung untuk menggulingkan pemerintah, tetapi Cárdenas menganggap tindakan ini terburu-buru.[61]
Sayangnya, sejumlah perwira militer senior curiga terhadap Chávez setelah mendengar rumor seputar MBR-200. Karena ia tidak bisa diberhentikan secara hormat tanpa bukti, mereka memindahtugaskannya supaya tidak bisa merekrut orang baru dari akademi. Ia diminta mengambil alih komando barak terpencil di Elorza, Apure.[62] Di sana ia terlibat dalam penyelenggaraan acara sosial dan melakukan kontak dengan suku pribumi yang belum terjamah, Cuiva dan Yaruro. Walaupun mereka menjadi tidak percaya karena pasukan Venezuela sebelumnya menangani mereka dengan cara yang salah, Chávez mendapatkan kepercayaan mereka dengan bergabung dalam ekspedisi antropologi. Pengalamannya dengan mereka kelak menjadi alasan Chávez untuk memperkenalkan hukum yang melindungi hak-hak suku pribumi.[63] Saat liburan, ia menapak tilas rute yang ditelusuri kakek buyutnya, revolusioner Pedro Pérez Delgado (dikenal sebagai Maisanta), untuk mempelajari sejarah keluarganya. Dalam perjalanan tersebut, ia bertemu wanita yang memberitahu Chávez bagaimana Maisanta menjadi pahlawan lokal setelah menyelamatkan seorang gadis yang diculik.[64] Tahun 1988, setelah naik pangkat menjadi mayor, Jenderal Rodríguez Ochoa mulai menyukai Chávez dan mempekerjakannya sebagai asisten di kantornya di Caracas.[65]
Operasi Zamora: 1992
suntingPada tahun 1989, Carlos Andrés Pérez (1922–2010), calon dari Partai Aksi Demokrasi yang sentris, terpilih sebagai Presiden setelah berjanji menentang Konsensus Washington yang diusung Amerika Serikat dan kebijakan keuangan yang disarankan International Monetary Fund (IMF). Sayang sekali, setelah menjabat ia malah mengikuti kebijakan ekonomi neoliberal yang didukung Amerika Serikat dan IMF. Ia memangkas anggaran besar-besaran dan menempatkan orang-orang penting di jabatan pemerintahan. Kebijakan Pérez menuai kecaman publik.[66][67][68] Untuk menghentikan protes dan penjarahan yang meluas pasca-pemangkasan anggaran, Pérez menjalankan solusi melalui kekerasan dan pembantaian pengunjuk rasa yang dikenal sebagai El Caracazo. Menurut keterangan resmi, penumpasan unjuk rasa ini menewaskan 276 orang, melukai lainnya, dan menimbulkan kerugian material parah. Jumlah tersebut dianggap tidak akurat setelah ditemukannya sejumah kuburan massal.[69][70][71] Pérez memanfaatkan polisi politik DISIP dan Angkatan Darat untuk El Caracazo. Chávez tidak berpartisipasi dalam penumpasan ini karena saat itu sedang dirawat akibat cacar. Ia lalu mengutuk peristiwa ini sebagai bentuk genosida.[72][73]
Muak gara-gara Caracazo, korupsi pemerintah, dominasi politik oleh oligarki Venezuela melalui Pakta Punto Fijo, dan apa yang ia sebut sebagai "kediktatoran IMF", Chávez mulai mempersiapkan kudeta militer[71][74] dengan kode Operasi Zamora.[75] Awalnya direncanakan untuk bulan Desember, Chávez menunda kudeta MBR-200 sampai subuh tanggal 4 Februari 1992. Saat itu, lima satuan militer di bawah komando Chávez bergerak ke pusat kota Caracas untuk menduduki instalasi militer dan komunikasi penting, termasuk istana kepresidenan Miraflores, kementerian pertahanan, bandara militer La Carlota, dan Museum Militer. Tujuan utama Chávez adalah menyergap dan menahan Pérez yang saat itu baru pulang dari perjalanan ke luar negeri. Meski sudah direncanakan bertahun-tahun, kudeta mengalami hambatan. Ketika kudeta berlangsung, Chávez didukung oleh kurang dari 10% pasukan militer Venezuela[76] dan karena terjadi pengkhianatan, kecacatan rencana, kesalahan, dan persitwa tak terduga, Chávez dan sekelompok kecil pemberontak bersembunyi di Museum Militer tanpa bermaksud meneruskan perintah ke jaringan mata-mata dan kolaborator mereka di seluruh Venezuela.[77] Selain itu, sekutu Chávez gagal menyiarkan rekaman mereka melalui radio nasional. Rencananya Chávez akan meminta warga sipil ikut memberontak melawan pemerintahan Pérez. Akhirnya, pasukan Chávez gagal menangkap Pérez yang sudah kabur. Empat belas tentara tewas dan lima puluh lainnya cedera. Sekitar 80 warga sipil terluka saat peristiwa ini terjadi.[78][79][80]
Menyadari kudeta tersebut gagal, Chávez menyerahkan diri kepada pihak pemerintah. Dengan syarat harus meminta rekan-rekannya yang aktif agar menghentikan kudeta, ia dibolehkan tampil di televisi nasional. Dalam pidatonya, ia mengangkat nama pahlawan nasional Simón Bolívar dan menyatakan kepada rakyat Venezuela, "Kamerad, sayang sekali untuk saat ini misi yang kami rancang gagal dijalankan di ibu kota. Beberapa di antara kita yang berada di Caracas tidak merebut kekuasaan. Di manapun kalian berada, kalian telah melakukan hal terbaik, tetapi sekarang adalah masa untuk merenung. Kesempatan baru akan muncul dan negara ini harus diarahkan ke masa depan yang lebih baik."[81] Banyak penonton menyebut Chávez mengatakan ia gagal hanya untuk sementara (por ahora).[21][82][83][84][85] Nama Chávez langsung melambung ke seantero Venezuela. Banyak kalangan, termasuk yang miskin, memandangnya sebagai sosok yang berusaha melawan korupsi dan kleptokrasi di tubuh pemerintahan.[86][87][88]
Chávez ditangkap dan dipenjara di stokade militer San Carlos, tempat ia merasa menyesal dan bertanggung jawab atas kegagalan kudeta.[89][90] Demonstrasi pro-Chávez yang berlangsung di luar San Carlos membuat ia ditransfer ke penjara Yare tidak lama kemudian.[91] Sementara itu, pemerintah mulai membubarkan media yang mendukung Chávez dan kudetanya.[92] Kudeta lain terhadap pemerintah terjadi bulan November dan berhasil digagalkan.[74][93] Pérez sendiri dimakzulkan setahun kemudian karena penyalahgunaan anggaran untuk aktivitas ilegal.[94][95]
Kancah politik: 1992–1998
suntingSaat Chávez dan anggota senior MBR-200 dipenjara, hubungannya dengan Herma Marksman berakhir bulan Juli 1993.[96] Marksman kemudain menjadi penentang Chávez.[97] Pada tahun 1994, Rafael Caldera (1916–2009) dari Partai Konvergensi Nasional yang sentris terpilih sebagai presiden. Sesaat setelah menduduki jabatan, ia membebaskan Chávez dan anggota MBR-200 lainnya sebagai wujud janjinya sebelum pemilu. Caldera melarang mereka kembali ke militer demi mencegah kudeta selanjutnya.[98][99] Pasca pembebasannya, Chávez mengadakan tur 100 hari ke seluruh penjuru Venezuela untuk mempromosikan revolusi sosial Bolivariannya.[100] Ia saat itu hidup dari uang pensiun militernya yang sedikit ditambah sumbangan dari para pendukungnya. Ia terus menafkahi ketiga anak dan ibunya, Nanci Colmenares, meski sudah bercerai. Dalam turnya, ia bertemu Marisabel Rodríguez yang kelak melahirkan seorang putri sesaat sebelum dinikahi Chávez tahun 1997.[101][102]
Selama tur keliling Amerika Latin untuk menggalang dukungan asing atas gerakan Bolivariannya, ia mengunjungi Argentina, Uruguay, Chili, Lolombia, dan terakhir Kuba. Di Kuba, pemimpin komunis Fidel Castro (1926–) menyusun jadwal untuk bertemu Chávez. Setelah beberapa hari menetap di Kuba, Chávez dan Castro menjadi sahabat. Chávez pun menganggap Castro sebagai sosok ayahnya.[103] Sepulangnya ke Venezuela, Chávez gagal merebut perhatian media arus utama atas tujuan-tujuan politiknya. Sebaliknya, ia mendapatkan simpati dari surat kabar dan media lokal yang kecil.[104] Sebagai bagian dari ketidaksukaannya terhadap pihak penguasa, Chávez semakin kritis terhadap Presiden Caldera yang kebijakan ekonomi neoliberalnya mengakibatkan inflasi. Caldera juga menahan jaminan konstitusional dan menahan sejumlah pendukung Chávez.[105] Menurut PBB, pada tahun 1997, pendapatan per kapita warga Venezuela turun menjadi US$2.858 dari US$5.192 tahun 1990, sementara tingkat kemiskinan naik 17,65% sejak 1980. Tingkat pembunuhan dan kejahatan lain berlipat ganda sejak 1986, khususnya di Caracas.[106] Standar hidup juga ikut jatuh. Ketidakpuasan yang meluas terhadap sistem demokrasi perwakilan di Venezuela menciptakan celah antara pihak penguasa dan yang dikuasai yang mengidam-idamkan pemimpin populis.[107]
Gerakan Bolivarian kemudian berbeda pendapat apakah mereka harus memimpin dalam pemilu atau terus percaya bahwa tindakan militer adalah satu-satunya cara membawa perubahan politik. Chávez adalah pendukung pendapat yang terakhir. Ia yakin oligarki tidak akan mengizinkannya memenangkan pemilu,[108] sementara Francisco Arias Cárdenas bersikukuh agar mereka ikut serta dalam proses demokrasi perwakilan. Cárdenas sendiri membuktikan kata-katanya dengan memenangkan pemilu gubernur negara bagian Zulia pada Desember 1995 setelah bergabung dengan partai sosialis Tujuan Radikal.[109] Setelah berubah pikiran, Chávez dan para pendukungnya di gerakan Bolivarian memutuskan untuk mendirikan partai politiknya sendiri, Gerakan Republik Kelima (MVR – Movimiento Quinta República) pada Juli 1997 dengan tujuan mendukung pencalonan Chávez pada pemilihan umum presiden Venezuela 1998.[78][110][111][112]
Pemilu 1998
suntingPemilihan seorang presiden sayap kiri di Venezuela tahun 1998 menjadi awal dari gelombang kandidat presiden sayap kiri di Amerika Latin selama tujuh tahun berikutnya... Luiz Inácio "Lula" da Silva di Brasil bulan Oktober 2002, kemudian Lucio Gutiérrez di Ekuador bulan Januari 2003, Néstor Kirchner di Argentina bulan Mei 2003, Tabaré Vázquez di Uruguay bulan Oktober 2004, Evo Morales di Bolivia bulan Desember 2005, Rafael Correa di Ekuador bulan November 2006, dan terakhir Daniel Ortega di Nikaragua, juga bulan November 2006. Meski beberapa di antaranya cenderung moderat [ke arah tengah atau tengah-kanan] setelah menduduki jabatan, seperti Gutiérrez dan da Silva, mereka mewakili gelombang pemimpin kiri-atau-tengah yang pemilihannya merupakan kejutan karena saat itu kaum kiri di seluruh dunia mengalami disorientasi.
Gregory Wilpert, analis politik Jerman-Amerika (2007).[113]
Menjelang pemilu, banyak survei menempatkan Irene Sáez, wali kota distrik termakmur di Caracas, Chacao, di posisi pertama. Meski merupakan kandidat independen, ia dibantu oleh salah satu partai politik terbesar di Venezuela, Copei.[114] Bertentangan dengan pandangan sayap kanan dan pro-pendiriannya, Chávez dan pendukungnya menyebut tujuan Sáez adalah "meletakkan dasar republik baru" untuk mengganti yang lama. Tujuan ini mereka anggap "didominasi oleh partai". Konstitusi Venezuela saat itu juga dianggap Chávez sebagai "penerapan puntofijismo secara legal dan politis", sistem patronase dwipartai di Venezuela.[115] Retorika revolusi ini membuahkan dukungan untuk Chávez dan MVR dari sejumlah partai sayap kiri lain, termasuk Patria Para Todos (Tanah Air untuk Semua), Partido Comunist Venezolano (Partai Komunis Venezuela) dan Movimiento al Socialismo (Gerakan Sosialisme), yang bersama-sama membentuk koalisi politik bernama Polo Patriotic untuk mendukung pencalonannya.[112][116]
Janji-janji Chávez tentang reformasi sosial dan ekonomi besar-besaran menarik simpati kaum miskin dan kelas pekerja. Pada Agustus 1998, dukungan untuk Chávez naik hingga 39%.[117] Kebanyakan dukungannya muncul karena imej populis dan karismanya.[118] Kenaikan popularitas ini mengkhawatirkan para pesaing Chávez. Media arus utama milik oligarki menyerangnya dengan serangkaian tuduhan, termasuk klaim konyol bahwa ia adalah kanibal yang memakan anak-anak.[119] Seiring peningkatan dukungan untuknya dan berkurangnya dukungan untuk Sáez, dua partai politik besar, Copei dan Aksi Demokrasi, mendukung Henrique Salas Römer, seorang ekonom lulusan Yale University dari Partai Proyek Venezuela.[120]
Chávez memenangkan pemilu dengan perolehan suara 56,20%. Salas Römer masuk urutan kedua dengan jumlah 39,97%, sementara kandidat lain seperti Irene Sáez dan Alfaro Ucero mendapatkan sedikit sekali pangsa suara.[95][121] Analisis akademik tentang pemilu menunjukkan bahwa banyak dukungan untuk Chávez berasal dari kaum miskin dan "kelas menengah yang tidak puas" yang standar hidupnya berkurang drastis pada dasawarsa sebelumnya,[122] meski pada saat yang sama banyak warga kelas menengah dan atas memilih Salas Römer.[123] Setelah pengumuman kemenangannya, Chávez menyampaikan pidato bahwa "kebangkitan Venezuela telah dimulai dan tak ada yang bisa menghentikannya."[121]
48 Jam yang Dramatis
suntingPresiden Hugo Chavez mengundurkan diri di bawah tekanan pemimpin-pemimpin militer Venezuela pada pagi-pagi pada hari Jumat waktu setempat tanggal 12 April 2002. Kudeta dramatis yang dilakukan militer terhadap presiden mengembangkan situasi dilematis. Beberapa jam setelah Chavez mundur, Pedro Carmona diangkat sebagai presiden sementara (interim). Tetapi, Jaksa Agung Venezuela (Isaias Rodriguez) menyatakan bahwa penunjukan presiden interim Pedro Carmona adalah inskontitusional dan menandaskan bahwa Presiden Venezuela tetap Hugo Chavez.
Menurut Jaksa Agung, pengunduran diri presiden baru resmi setelah diterima Kongres. Chavez mengundurkan diri di bawah tekanan pemimpin-pemimpin militer. “Tuan Presiden, dulu saya loyal habis-habisan. Akan tetapi, kematian banyak orang yang terjadi, tak bisa ditoleransi,” kata Jenderal Efraim Vazguez Velasco (Panglima Angkatan Bersenjata) dalam pidatonya di televisi nasional yang dikutip pers Indonesia.
Di tengah mengalirnya kritik internasional terhadap tindakan kudeta, militer menunjuk seorang ekonom bernama Pedro Carmona yang merupakan salah satu pimpinan kamar dagang. Saat pelantikan sebagai presiden interim, Carmona mengumumkan segera melakukan pemilihan presiden dalam setahun. Kongres juga dibubarkan karena sebagai pendukung Chavez. Dalam salah satu dekret yang diumumkan pemerintahan sementara juga diungkapkan dibentuknya sebuah Dewan Konsultatif yang terdiri 35 anggota. Mereka mengemban tugas sebagai badan penasihat presiden republik.
Dekret juga menetapkan, presiden interim akan mengkoordinasikan kebijakan pemerintahan transisi dan keputusan lain yang diperlukan guna menjamin kebijakan, dengan otoritas pemerintah pusat maupun daerah. Dekret tersebut mengundang banyak kritikan. Presiden Meksiko Vicente Fox secara tegas menyatakan tidak mengakui pemerintahan baru Venezuela sampai dilaksanakan pemilu baru. Demikian juga dengan pemimpin-pemimpin Argentina dan Paraguay menyatakan, pemerintahan baru Venezuela tidak sah.
Sehari setelah Hugo Chavez digulingkan melalui kudeta militer dan digantikan Pedro Carmona atas inisiatif sebagian perwira militer, Chavez kembali dikukuhkan menjadi Presiden Venezuela (14 April 2002). Pedro Carmona yang hanya menduduki sebagai presiden interim selama sehari dipaksa mengumumkan pengunduran dirinya setelah Jaksa Agung menyatakan bahwa kudeta tidak sah.
Berhasilnya Chavez kembali ke tampuk pemerintahan antara lain disebabkan militer terpecah. Sebagian jenderal memang mendukung Carmona, tetapi sebagian besar prajurit dan perwira menengah loyal terhadap Chavez. Selain itu, di kalangan kelompok masyarakat miskin pun Chavez sangat populer sehingga ketika ia digulingkan ribuan orang melakukan unjuk rasa agar Chavez dikukuhkan kembali menjadi presiden. Dalam aksi yang diwarnai penjarahan tersebut, belasan orang tewas.
Hugo Chavez sempat ditahan di Pulau La Orchila oleh para pejabat senior militer dan terbang kembali ke Caracas dengan menggunakan helikopter serta dielu-elukan ribuan pendukungnya. Dengan mengepalkan tangan ke atas, Chavez memasuki Istana Kepresidenan Miraflores yang berhasil direbut kembali oleh pendukungnya. Sementara, Jaksa Agung menegaskan bahwa para menteri di bawah pemerintahan interim ditahan dan sejumlah petinggi militer juga diadili dengan tuduhan pembangkangan militer, termasuk pimpinan interim mereka yang seorang ekonom bernama Pedro Carmona.
Referendum 8 Agustus 2004 sebagai upaya menggulingkan Presiden Hugo Chaves oleh oposisi kembali dilakukan, tetapi masih dimenangkan oleh Hugo Chavez dengan 58 persen suara. Kemenangan tersebut membuat dirinya berhasil mengatasi salah satu tantangan terbesar dalam masa pemerintahannya dan menjadikannya sebagai sebuah mandat yang lebih besar untuk melanjutkan “revolusi bagi kaum miskin-“nya.
Pada pemilu legislatif pada Desember 2005, partai pimpinan Chavez berhasil menyapu bersih seluruh kursi parlemen setelah pihak oposisi memboikot pemilu tersebut.
Dia mencalonkan lagi sebagai presiden dan mengalahkan Henrique Capriles Radonski.
Konser Shakira
suntingPada 18 November 2006, ia membuka lapangan udara militer di Caracas sekaligus membuka konser yang menghadirkan penyanyi Shakira asal Kolombia. Pidato pembukaan disiarkan televisi, meskipun ia mengaku membenci musik yang berasal dari Amerika. Ia rajin mendengung-dengungkan pentingnya musik nasional. Kehadiran Shakira lebih sebagai perkecualian.
Kematian
suntingPada tanggal 5 Maret 2013, Wakil Presiden Nicolás Maduro mengumumkan di televisi nasional bahwa Chávez telah meninggal dunia di Caracas pada pukul 16:25 waktu setempat.[124] Wapres menyatakan Chávez meninggal "setelah berjuang melawan penyakit yang dideritanya selama hampir dua tahun."[124] Wapres Maduro dan para pendukung Chávez mencurigai ada permainan di balik penyakit yang diderita Chávez dan kematiannya.[124][125] Pemakaman Chávez rencananya akan dilakukan di Caracas.[126] [127][128][129][130] Maduro berspekulasi Chávez telah diracun. Pada pidato itu pula, Maduro memaksa pulang atase kedubes Amerika Serikat karena dianggap melakukan "plot terhadap pemerintah" Venezuela.[131][132][133][134][135] Chávez sendiri mengklaim dirinya sebagai "korban upaya pembunuhan oleh A.S."[136] Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyebut tuduhan tersebut "mengada-ada".[137]
Sesuai konstitusi Venezuela, pemilu presiden harus diadakan dalam kurun 30 hari pasca kematian Chávez. Menteri Luar Negeri Venezuela menyatakan bahwa Wapres Nicolas Maduro akan menjabat sebagai presiden sementara.[138]
Penghargaan
suntingMajalah Time memasukkan Hugo Chávez dalam daftar 100 tokoh paling berpengaruh di dunia tahun 2005 dan 2006.[139][140] Dalam daftar "Pahlawan Sejarah" tahun 2006 yang disusun majalah New Statesman, ia menempati peringkat ke-11.[141] Tahun 2010, majalah tersebut memasukkan Chávez dalam daftar tahunan 50 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia.[142] Penulis biografinya, Marcano dan Tyszka, percaya bahwa dalam hitungan tahun masa pemerintahannya, ia "sudah mendapatkan tempat dalam sejarah sebagai presiden yang paling dicintai dan diagungkan rakyat Venezuela, presiden yang menginspirasi semangat terdalam dan perubahan terbesar secara bersamaan."[143]
Seumur hidupnya, Chávez mendapatkan sejumlah gelar kehormatan:[144]
- Doktor Kehormatan dalam Ilmu Politik – Diberikan oleh Universitas Kyung Hee (Korea Selatan) pada 16 Oktober 1999.
- Doktor Kehormatan dalam Yurisprudensi – Diberikan oleh Universidad Autónoma de Santo Domingo (Republik Dominika) pada 9 Maret 2001.
- Doktor Kehormatan – Diberikan oleh Universitas Brasília (Brasil) pada 3 April 2001.
- Doktor Kehormatan – Diberikan oleh Akademi Diplomatik Kementerian Luar Negeri (Federasi Rusia) pada 15 Mei 2001.
- Doktor Kehormatan dalam Ilmu Ekonomi – Diberikan oleh Fakultas Ekonomi dan Perdagangan Universitas Beijing (Republik Rakyat Tiongkok) pada 24 Mei 2001.
Hugo Chávez mendapatkan penghargaan purnawirawan Order of the Republic of Serbia.[145]
Lihat pula
suntingReferensi
suntingCatatan kaki
sunting- ^ Ian James (4 October 2012). "Venezuela vote puts 'Chavismo' to critical test". Yahoo. Diakses tanggal 2 February 2013.
- ^ "Venezuela's Chávez re-elected to extend socialist rule". Reuters. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-10-16. Diakses tanggal 8 October 2012.
- ^ Ellner 2002
- ^ "Chavez calls Bush jr. a donkey". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-03-28. Diakses tanggal 2013-03-06.
- ^ Chavez calls bush Satan
- ^ "President Chávez's address to the Nation".
- ^ Virginia Lopez in Caracas. "Hugo Chávez names successor after confirming need for cancer surgery". Guardian. Diakses tanggal 2013-02-02.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-19. Diakses tanggal 2013-03-06.
- ^ Castillo, Mariano (5 March 2013). "Venezuelan leader Hugo Chávez dies". CNN. Diakses tanggal 5 March 2013.
- ^ Cawthorne, Andrew (5 March 2013). "Venezuela's Hugo Chávez dies from cancer: VP". Reuters. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-24. Diakses tanggal 5 March 2013.
- ^ Beaumont 2006.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. pp. 7–8, 247.
- ^ Jones 2007. p. 21.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. pp. 08–09.
- ^ Chávez quoted in Jones 2007. pp. 22, 25.
- ^ Jones 2007. p. 24.
- ^ Chávez quoted in Jones 2007. pp. 23, 25–26.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. p. 11.
- ^ Jones 2007. pp. 23–24, 26–27.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. pp. 07, 24–26.
- ^ a b c Cannon 2009. p. 55.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. p. 30.
- ^ Jones 2007. p. 38.
- ^ Jones 2007. pp. 49–50.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. p. 31.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. p. 35.
- ^ Jones 2007. pp. 40–47.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. pp. 29–30.
- ^ a b Marcano and Tyszka 2007. p. 36.
- ^ Chávez quoted in Jones 2007. p. 40-47.
- ^ Jones 2007. pp. 52–53.
- ^ Jones 2007. p. 54.
- ^ Chávez quoted in Marcano and Tyszka 2007. pp. 36–37.
- ^ "Hugo Chávez Frías / Venezuela / América del Sur / Biografías Líderes Políticos / Documentation / CIDOB home page". Cidob.org. 23 March 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-04-06. Diakses tanggal 14 April 2012.
- ^ Jones 2007. pp. 54–56.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. p. 37.
- ^ Chávez quoted in Jones 2007 pp. 54–55.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. p. 38.
- ^ Jones 2007. pp. 57–59.
- ^ Jones 2007. p. 59.
- ^ a b Chávez, quoted in Jones 2007. p. 59.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. p. 39.
- ^ a b Marcano and Tyszka 2007. p. 41.
- ^ Chávez, quoted in Jones 2007. pp. 60–64.
- ^ Jones 2007. pp. 63–65.
- ^ Wilpert 2007. p. 15.
- ^ Cannon 2009. p. 54.
- ^ Jones 2007. pp. 65–77.
- ^ Jones 2007. p. 634.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. pp. 48–49, 56.
- ^ Wilpert 2007. p. 16.
- ^ Gott 2005. pp. 23–24.
- ^ Cannon 2009. p. 56.
- ^ Chávez, quoted in Jones 2007. p. 80.
- ^ Chávez, quoted in Jones 2007. p. 81.
- ^ Cannon 2009. p. 58.
- ^ Jones 2007. pp. 83–85.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. pp. 51–53.
- ^ Jones 2007. pp. 86–90.
- ^ Jones 2007. pp. 92–93.
- ^ Cárdenas, quoted in Jones 2007. pp. 92–93.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. p. 50.
- ^ Jones 2007. p. 98-102.
- ^ Jones 2007. p. 103.
- ^ Jones 2007. pp. 105, 108.
- ^ Cannon 2009. pp. 36–37.
- ^ Kozloff 2006. pp. 43–44.
- ^ Gibbs 2006. p. 270.
- ^ Inter-American Court of Human Rights 1999.
- ^ Pretel 2005.
- ^ a b Kozloff 2006. pp. 46–47.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. p. 55.
- ^ Jones 2007. pp. 122–123, 126.
- ^ a b Cannon 2009. pp. 55–56.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. p. 64.
- ^ Gott 2005. p. 64.
- ^ Gott 2005. p. 63.
- ^ a b Sylvia and Danopolous 2003. p. 66.
- ^ Gott 2005. p. 69.
- ^ Jones 2007. pp. 131–155.
- ^ Chávez quoted in Jones 2007. p. 157.
- ^ Gott 2005. p. 23.
- ^ Jones 2007. p. 157.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. p. 75.
- ^ International Crisis Group 2007. p. 04.
- ^ Gott 2005. p. 67.
- ^ O'Keefe 2005.
- ^ Cannon 2009. p. 41.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. pp. 75–77.
- ^ International Crisis Group 2007. pp. 04–05.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. pp. 91–92.
- ^ Jones 2007. pp. 161–165.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. p. 95.
- ^ Tarver and Frederick 2005. p. 167.
- ^ a b Cannon 2009. p. 37.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. pp. 104–105.
- ^ Jones 2007. pp. 177–181.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. pp. 107–108.
- ^ Jones 2007. pp. 182–186.
- ^ Jones 2007. pp. 187–188.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. pp. 235–236.
- ^ Jones 2007. pp. 190–191, 219.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. pp. 214–215, 220.
- ^ Jones 2007. pp. 192–195.
- ^ Jones 2007. pp. 195–198.
- ^ Cannon 2009. pp. 35–36.
- ^ Cannon 2009. p. 48.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. p. 116.
- ^ Jones 2007. pp. 202–203.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. p. 119.
- ^ Jones 2007. p. 204.
- ^ a b Cannon 2009. p. 59.
- ^ Wilpert 2007. pp. 01–02.
- ^ Jones 2007. pp. 205–207.
- ^ "Chávez's constitutional reform; A hard look at the rationale & proposals", Latin America Weekly Report, 12 January 1999, Venezuela; Politics; WR-99-02; P. 18
- ^ Jones 2007. p. 214.
- ^ Trinkunas, Harold (1999). "Observation of the 1998 Venezuelan Elections: A Report of the Council of Freely Elected Heads of Government" (PDF). Carter Center. hlm. p. 49. Diakses tanggal 30 December 2006.
- ^ Sylvia and Danopolous 2003. p. 67.
- ^ Jones 2007. p. 218.
- ^ Jones 2007. pp. 220–223.
- ^ a b Jones 2007. p. 223.
- ^ Wilpert 2007 pp. 18–19.
- ^ Cannon 2009. pp. 41–42.
- ^ a b c Venezuelan President Hugo Chávez dead, VP says Published March 05, 2013, Associated Press
- ^ "Hugo Chávez, Venezuelan President, Dead at 58". ABC News. Diakses tanggal 5 March 2013.
- ^ http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/southamerica/venezuela/9780372/Hugo-Chavez-dies.html. Diakses tanggal 2013-03-06. Tidak memiliki atau tanpa
|title=
(bantuan)[pranala nonaktif] - ^ "Venezuelan President Hugo Chávez dead, VP says". Fox News. 2013-03-05. Diakses tanggal 2013-03-05.
- ^ Frank Bajak (2013-03-05). "Hugo Chávez, Fiery Venezuelan Leader, Dies at 58". ABC News. Diakses tanggal 2013-03-05.
- ^ Jonathan Watts (2013-03-05). "Hugo Chávez, president of Venezuela, dies in Caracas". the Guardian. Diakses tanggal 2013-03-05.
- ^ Kraul, Chris. "Venezuelan strongman Hugo Chávez dead after struggle with cancer". latimes.com. Diakses tanggal 2013-03-05.
- ^ "Venezuela Expels 2 US Diplomats; Vice President Claims Hugo Chávez was Poisoned | Fox News Latino". Latino.foxnews.com. Diakses tanggal 2013-03-05.
- ^ "Venezuelan VP: Chávez was Poisoned - Latest News Briefs". Israel National News. Diakses tanggal 2013-03-05.
- ^ Cawthorne, Andrew. "Venezuela's Hugo Chávez dies from cancer". Reuters. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-24. Diakses tanggal 2013-03-05.
- ^ "Hugo Chávez, Venezuela's Anti-U.S. Socialist Leader, Dies at 58". SFGate. Diakses tanggal 2013-03-05.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Venezuela accuses enemies of Chávez plot – This Just In - CNN.com Blogs". News.blogs.cnn.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-03-07. Diakses tanggal 2013-03-05.
- ^ "FOX News Confirms: Venezuelan President Hugo Chávez Dies « FOX News Radio". Radio.foxnews.com. Diakses tanggal 2013-03-05.
- ^ "S rejects Venezuela's conspiracy claims". AFP. March 05, 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-03-06. Diakses tanggal March 05, 2013.
- ^ "FOREIGN MINISTER: VP MADURO IS INTERIM PRESIDENT". AP. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-13. Diakses tanggal 6 March 2013.
- ^ Padgett 2005.
- ^ Padgett 2006.
- ^ Cowley 2006.
- ^ New Statesman 2010.
- ^ Marcano and Tyszka 2007. p. 148.
- ^ (Spanyol) "Gobierno en Línea: Biografía del Presidente Hugo Rafael Chávez Frías". Government of Venezuela. 2005. Diakses tanggal 15 October 2011.
- ^ "Председник Николић постхумно одликовао Уга Чавеса, председника Венецуеле". Predsednik.rs. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-20. Diakses tanggal 2013-03-07.
Pustaka
suntingBuku
sunting- Ali, Tariq (2006). Pirates of the Caribbean: Axis of Hope. London and New York: Verso. ISBN 978-1-84467-102-1.
- Brewer-Carías, Allan (2010). Dismantling Democracy in Venezuela: The Chávez Authoritarian Experiment. Cambridge and New York: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-19587-4.
- Bruce, Iain (2008). The Real Venezuela: Making Socialism in the 21st century. London: Pluto Press. ISBN 978-0-7453-2736-5.
- Cannon, Barry (2009). Hugo Chávez and the Bolivarian Revolution: Populism and Democracy in a Globalised Age. Manchester: Manchester University Press. ISBN 978-0-7190-7771-5.
- Corrales, Javier and Penfold, Michael (2011). Dragon in the Tropics: Hugo Chávez and the Political Economy of Revolution in Venezuela. Washington D.C.: Brookings Institution Press. ISBN 978-0-8157-0497-3.
- Gates, Leslie C. (2010). Electing Chávez: The Business of Anti-Neoliberal Politics in Venezuela. Pittsburgh, Pennsylvania: University of Pittsburgh Press. ISBN 978-0-8229-6064-5.
- Gott, Richard (2005). Hugo Chávez and the Bolivarian Revolution in Venezuela. London and New York: Verso. ISBN 978-1-84467-533-3.
- Hawkins, Kirk A. (2010). Venezuela's Chavismo and Populism in Comparative Perspective. New York: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-76503-9.
- Jones, Bart (2007). Hugo! The Hugo Chávez Story from Mud Hut to Perpetual Revolution. Hanover, New Hampshire: Steerforth Press. ISBN 978-1-58642-135-9.
- Kozloff, Nicholas (2006). Hugo Chávez: Oil, Politics, and the Challenge to the United States. New York: Palgrave Macmillan. ISBN 978-1-4039-7315-3.
- Kozloff, Nicholas (2008). Revolution!: South America and the Rise of the New Left. New York: Palgrave Macmillan. ISBN 978-0-230-61754-4.
- Marcano, Christina and Tyszka, Alberto Barrera (2007). Hugo Chávez: The Definitive Biography of Venezuela's Controversial President. New York: Random House. ISBN 978-0-679-45666-7.
- McCaughan, Michael (2005). The Battle of Venezuela. New York: Seven Stories Press. ISBN 978-1-58322-680-3.
- Tarver, H. Michael and Frederick, Julia C. (2005). The History of Venezuela. Westport, Connecticut: Greenwood Publishing Group. ISBN 978-0-313-33525-9.
- Trinkunas, Harold A. (2005). Crafting Civilian Control of the Military in Venezuela: A Comparative Perspective. Chapel Hill, North Carolina: University of North Carolina Press. ISBN 978-0-8078-5650-5.
- Wilpert, Gregory (2007). Changing Venezuela by Taking Power: The History and Policies of the Chávez Government. London and New York: Verso. ISBN 978-1-84467-552-4.
- Woods, Alan (2006). The Venezuelan Revolution: A Marxist Perspective (Third Edition). London: Well Red Books. ISBN 978-1-900007-21-4.
Artikel akademik
sunting- Ellner, Steve, S. (2002). "The 'Radical' Thesis on Globalization and the Case of Venezuela's Hugo Chávez". Latin American Perspectives. Thousand oaks, California: SAGE Publications. 29 (6): 88–93. doi:10.1177/0094582X0202900609. JSTOR 3185001.
- Gibbs, Terry, T. (2006). "Business as Usual: what the Chávez era tells us about democracy under globalisation". Third World Quarterly. London: Routledge. 27 (2): 265–279. doi:10.1080/01436590500492931. JSTOR 4017674.
- López Maya, Margarita (2003). "Hugo Chávez Frías: His Movement and His Presidency". Dalam Ellner, Steve; Hellinger, Daniel. Venezuelan Politics in the Chávez Era: Class, Polarization and Conflict. Boulder: Lynne Riener. hlm. 73–92. ISBN 978-1-58826-297-4.
- Ramírez, Cristóbal Valencia, C. b. V. (2005). "Venezuela's Bolivarian Revolution: Who Are the Chavistas?". Latin American Perspectives. Thousand Oaks, California: SAGE Publications. 32 (3): 79–97. doi:10.1177/0094582X05275532. JSTOR 30040243.
- Sylvia, Ronald D. and Danopoulos, Constantine P., R. D.; Danopoulos, C. P. (2003). "The Chávez Phenomenon: Political Change in Venezuela". Third World Quarterly. London: Routledge. 24 (1) (1): 63–76. doi:10.1080/713701367. JSTOR 3993630.
- Zúquete, José Pedro, José Pedro (Spring 2008). "The Missionary Politics of Hugo Chávez". Latin American Politics and Society. Hoboken, New Jersey: Wiley-Blackwell. 50 (1): 91–121. doi:10.1111/j.1548-2456.2008.00005.x. JSTOR 30130840.
Artikel berita dan laporan
sunting- Alford, Deann (14 October 2005). "Venezuela to Expel New Tribes Mission". Christianity Today. Carol Stream, Illinois: Christianity Today International. Diakses tanggal 25 March 2011.
- Beaumont, Peter (7 May 2006). "The new kid in the barrio". The Observer. London: Guardian Media Group. Diakses tanggal 25 March 2011.
- Bellos, Alex (17 December 1999). "New Venezuela hands Chávez wide powers". The Guardian. London: Guardian Media Group. Diakses tanggal 25 March 2011.
- Carl, Traci (11 January 2007). "Nicaragua's Ortega Signs Trade Pact". The Washington Post. Washington D.C.: The Washington Post Company. Diakses tanggal 12 May 2011.
- Carroll, Rory (16 February 2009). "Hugo Chávez wins referendum allowing indefinite re-election". The Guardian. London: Guardian Media Group. Diakses tanggal 27 March 2011.
- Chulov, Martin (3 March 2011). "Libyan rebels reject Hugo Chávez mediation offer". The Guardian. London: Guardian Media Group. Diakses tanggal 25 March 2011.
- Cowley, Jason (22 May 2006). "Heroes of our time – the top 50". New Statesman. London. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-04-28. Diakses tanggal 27 March 2011.
- Padgett, Tim (18 April 2005). "Hugo Chávez: The Radical with Deep Pockets". Time. New York City: Time Inc. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-03-07. Diakses tanggal 25 March 2011.
- Padgett, Tim (30 April 2006). "Hugo Chávez: Leading the Left Wing Charge". Time. New York City: Time Inc. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-04-05. Diakses tanggal 25 March 2011.
- Padgett, Tim (3 March 2008). "War Drums in Latin America". Time. New York City: Time Inc. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-03-06. Diakses tanggal 25 March 2011.
- Pretel, Enrique Andres (21 September 2009). "Venezuela exhumes unnamed dead in riot investigation". London: Reuters. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-28. Diakses tanggal 30 March 2011.
- Romero, Simon (16 February 2010). "Purging Loyalists, Chávez Tightens His Inner Circle". The New York Times. New York City: The New York Times Company. Diakses tanggal 10 April 2011.
- Shifter, Michael, M. (2006). "In Search of Hugo Chávez". Foreign Affairs. New York City: Council on Foreign Relations. 85 (3): 45–59. doi:10.2307/20031966. JSTOR 20031966.
- "Chávez to nationalise Venezuelan gold industry". The Guardian. London: Guardian Media Group. 18 August 2011. Diakses tanggal 15 October 2011.
- "Chávez offers oil to Europe's poor". The Observer. London: Guardian Media Group. 14 May 2006. Diakses tanggal 27 March 2011.
- "Chávez wins Venezuela re-election". London: BBC News. 4 December 2006. Diakses tanggal 27 March 2011.
- "Venezuela President Hugo Chávez meets Libyan delegation". London: BBC News. 26 April 2011. Diakses tanggal 11 May 2011.
- "Venezuela President Hugo Chávez in middle class appeal". London: BBC News. 30 July 2011. Diakses tanggal 30 July 2011.
- "50 People Who Matter 2010: 10. Hugo Chávez". New Statesman. London. 21 September 2010. Diakses tanggal 27 March 2011.
Wawancara
sunting- Sackur, Stephen (15 June 2010). "Hugo Chávez, President of Venezuela". HARDtalk. London: British Broadcasting Corporation. Diakses tanggal 25 March 2011.
Situs web dan publikasi
sunting- Ellner, Steve (17 October 2005). "Venezuela's "Demonstration Effect": Defying Globalization's Logic". Venezuela Analysis. Diakses tanggal 30 March 2011.
- O'Keefe, Derrick (9 March 2005). "Building a democratic, humanist socialism". ZCommunications. Diakses tanggal 30 March 2011.
- Wilpert, Gregory (27 August 2003). "Venezuela's New Constitution". Venezuela Analysis. Diakses tanggal 3 May 2011.
- Trinkunas, Harold and McCoy, Jennifer (February 1999). "Observation of the 1998 Venezuelan Elections: A Report of the Council of Freely Elected Heads of Government" (PDF). Atlanta, Georgia: The Carter Centre. Diakses tanggal 21 March 2011.
- "Del Caracazo Case". Inter-American Court of Human Rights. 11 November 2011. Diakses tanggal 21 March 2011.
- "Venezuela: Hugo Chávez's Revolution". International Crisis Group. 22 February 2007. Diakses tanggal 8 April 2011.
Pranala luar
suntingCari tahu mengenai Hugo Chávez pada proyek-proyek Wikimedia lainnya: | |
Gambar dan media dari Commons | |
Berita dari Wikinews | |
Kutipan dari Wikiquote | |
Teks sumber dari Wikisource |
Sumber pustaka mengenai Hugo Chávez |
- Blog pribadi resmi (Spanyol)
- Multimedia
- PBS Frontline Documentary: The Hugo Chávez Show
- Chavez: Inside the Coup: The Revolution Will Not Be Televised
- The Guardian: The Rise and Rule of 'Hurricane Hugo' audio slide show
- Democracy Now! 16 September 2005 Interview: Part I Diarsipkan 2007-11-13 di Wayback Machine. and Part II Diarsipkan 2005-11-04 di Wayback Machine. with Hugo Chávez, in New York City
- ABC News Video, 27 April 2007: Barbara Walters interviews Hugo Chávez
- Interview with Hugo Chávez about the American threat October 2009
- NPR Audio Report, 18 February 2008: The Politics of Venezuela's Hugo Chávez
- Kemunculan di C-SPAN
- Hugo Chávez Campaign Material Diarsipkan 2013-03-13 di Wayback Machine. by ArchivoElectoral.org
- Artikel dan wawancara
- BBC News: Profile: Hugo Chávez
- Shifter, Michael. In Search of Hugo Chávez. Diarsipkan 2008-01-09 di Wayback Machine. Foreign Affairs, May/June 2006 issue
- Palast, Greg. Hugo Chávez Interview. The Progressive, July 2006
- Hugo Chávez - Kumpulan berita dan komentar di Al Jazeera English
- (Inggris) Hugo Chávez - Berita dan komentar di The Guardian
- (Inggris) Hugo Chávez - Berita dan komentar di The New York Times
- (Inggris) Hugo Chávez - Kumpulan berita dan komentar di The Wall Street Journal
- Lain-lain
- Extended biography by CIDOB (in Spanish)
- Hugo Chávez di IMDb (dalam bahasa Inggris)
- (Inggris) Karya atau profil mengenai Hugo Chávez di perpustakaan (katalog WorldCat)
Jabatan partai politik | ||
---|---|---|
Posisi baru | Ketua Gerakan Republik Kelima 1997–2007 |
Jabatan dihapus |
Ketua Partai Sosialis Bersatu Venezuela 2007–2013 |
Kosong | |
Jabatan politik | ||
Didahului oleh: Rafael Caldera |
Presiden Venezuela 1999–2013 |
Diteruskan oleh: Nicolás Maduro Sementara |