Hausman Baboe
Hausman Baboe (EYD: Hausman Babu) atau juga ditulis Hausmann Baboe adalah seorang kepala daerah kolonial Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah, di Hindia Belanda; ia juga merupakan seorang jurnalis Dayak dan seorang nasionalis Indonesia. Hausman lahir dalam keluarga bangsawan Dayak Ngaju dan menjabat sebagai kepala daerah Kuala Kapuas di bawah pemerintahan kolonial Belanda, tetapi diberhentikan dari jabatannya karena pernyataan anti kolonialnya. Ia menjadi tokoh politik Dayak terkemuka dan beberapa kali dituduh sebagai seorang komunis karena hubungannya yang erat dengan partai politik sayap kiri Sarekat Rakjat.[a] Meskipun beragama Kristen, cita-cita nasionalis Indonesianya membuatnya dekat dengan Sarekat Islam.[1]
Hausman Baboe | |
---|---|
Kelahiran | Awal 1880-an Kwala-Kapoeas, Hindia Belanda |
Kematian | 20 Desember 1943 (umur 58 – 63) Bandjarmasin, Pendudukan Jepang di Hindia Belanda |
Pasangan | |
Keturunan | 9 anak[1][2][3] |
Ayah | Yoesoea Baboe |
Ibu | Soemboel |
Agama | Kristen |
Hausman memulai beberapa kongres organisasi pribumi Kalimantan dan berupaya mengundang Oemar Said Tjokroaminoto ke kongresnya, yang menyebabkan kerusuhan di seluruh Kalimantan dan larangan perjalanan berikutnya oleh pemerintah Hindia Belanda. Hausman dieksekusi pada tahun 1943 setelah militer pendudukan Jepang menuduhnya bekerja sama dengan mantan penduduk Belanda.
Kehidupan awal dan pendidikan
suntingHausman Baboe lahir di desa Hampatong di Kuala Kapuas, sebuah kota yang sekarang menjadi ibu kota Kabupaten Kapuas. Ada beberapa sumber yang saling bertentangan mengenai tahun kelahirannya; kemungkinan tanggalnya adalah 1880, 1881, dan 1885.[2][5][1] Ia lahir dari keluarga Utus Gantung, kelas bangsawan dari suku Ngaju.[2][5] Desa Hampatong didirikan sebagai akibat dari pecahnya Perang Banjarmasin pada tahun 1859, yang menyebabkan eksodus massal dari desa-desa di dekat Sungai Mangkatip, anak sungai dari Sungai Barito. Hampatong sebagian besar dihuni oleh keluarga bangsawan suku Dayak Ngaju dan misionaris Kristen menjulukinya kampong adligendrof (desa bangsawan). Sebagai hasil dari kelahiran seorang bangsawan, Hausmann Baboe dan keluarganya menikmati kehidupan yang relatif istimewa dibandingkan dengan populasi umum di wilayah tersebut.[1][2]
Ayah Baboe, Yoesoea Baboe, menikah dengan Soemboel, putri seorang kepala desa. Pasangan itu memiliki sembilan orang anak, termasuk Hausman Baboe. Sebagian besar saudara kandung Hausman meninggalkan desa setelah menikah. Hausman Baboe bekerja sebagai administrator kolonial dan sering bepergian ke seluruh Kalimantan. Ia menikahi seorang wanita bernama Reginae dan memiliki delapan orang anak.[1] Namun, beberapa sumber mengatakan bahwa ia kemudian menikahi seorang wanita kedua dari suku Banjar,[1] yang kemudian ia ceraikan. Menurut sumber-sumber ini, pernikahan keduanya ini memberinya seorang anak bernama Roeslan Baboe, yang diasuh oleh Baboe dan Reginae.[2][3]
Baboe di didik oleh misionaris Kristen. Tidak jelas apakah ia pernah menempuh pendidikan tinggi karena kurangnya catatan. Ia diangkat sebagai kepala distrik Kuala Kapuas meskipun tidak jelas apakah ia memenuhi persyaratan untuk melakukannya, seperti menerima pendidikan tinggi. Kepala distrik biasanya harus lulusan OSVIA (Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren), sekolah pegawai negeri sipil pribumi.[2] Sejarawan Indonesia berspekulasi Baboe diangkat karena status aristokratnya dan karena kakeknya Nikodemus Ambo juga merupakan kepala distrik.[2][6][1] Pada tahun 1905, Baboe mulai bekerja sebagai jurnalis untuk surat kabar Sinar Borneo dan Soeara Borneo; ia juga bekerja sebagai kepala distrik antara tahun 1919 dan 1922.[5]
Karier politik
suntingKehidupan selanjutnya dan kematian
suntingWarisan
suntingCatatan dan referensi
sunting- ^ Perpecahan sayap kiri dari partai Sarekat Islam yang menjadi gerakan politik bagi Partai Komunis Hindia (PKI), kemudian Partai Komunis Indonesia (PKI).[4]
- ^ a b c d e f g h i van Klinken, Gerry (2004). "Dayak Ethnogenesis and Conservative Politics in Indonesia's Outer Islands". Indonesia in Transition: Rethinking Civil Society, Region, and Crisis (dalam bahasa Inggris). hlm. 107–128. OCLC 58045788. SSRN 1030241 .
- ^ a b c d e f g Nurcahyani, Lisyawati (2019). Gagasan persatuan etnis Dayak: masa pergerakan nasional dan pembentukan Provinsi Kalimantan Tengah, 1905-1960. Pontianak: CV Media Jaya Abadi.
- ^ a b van Klinken, Gerry (2006-04-01). "Colonizing Borneo: State-Building and Ethnicity in Central Kalimantan". Indonesia (dalam bahasa Inggris). 81: 23–49. SSRN 1876543 .
- ^ "Sarekat Islām | political party, Indonesia | Britannica". www.britannica.com (dalam bahasa Inggris).
- ^ a b c M.A, R. Masri Sareb Putra. 101 Tokoh Dayak: Yang Mengukir Sejarah: 1. An1mage. ISBN 978-602-6510-33-4.
- ^ Marko, Mahin. Hausmann Baboe : tokoh pergerakan rakyat Dayak yang terlupakan. OCLC 893851451.