Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren

Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) (bahasa Indonesia: Sekolah Pendidikan Pribumi untuk Pegawai Negeri Sipil) adalah sekolah pendidikan bagi calon pegawai-pegawai bumiputra pada zaman Hindia Belanda. Setelah lulus mereka dipekerjakan dalam pemerintahan kolonial sebagai pamong praja atau ambtenaar. Sekolah ini dimasukkan ke dalam sekolah ketrampilan tingkat menengah dan mempelajari soal-soal administrasi pemerintahan. Masa belajarnya lima tahun, tetapi tahun 1908 masa belajar ditambah menjadi tujuh tahun. Pada umumnya murid yang diterima di sekolah ini berusia 12-16 tahun. Sebelumnya sekolah OSVIA bernama Hoofden School (sekolah para pemimpin).[1] Sekarang OSVIA bertransformasi menjadi Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).

OSVIA Serang
Siswa OSVIA Probolinggo (tahun 1916)

Sekolah priyayi

sunting

Soal keturunan merupakan faktor penting dalam penerimaan siswa di OSVIA. Hal ini ditetapkan dalam suatu peraturan yang dikeluarkan tahun 1919 oleh pemerintah Belanda. Meskipun uang pembayaran sekolah disesuaikan dengan penghasilan orang tua, bagi keluarga berpenghasilan rendah yang menyekolahkan anaknya di OSVIA biaya itu tetap dirasakan mahal. Penerimaan siswa sering harus disertai surat rekomendasi pribadi pejabat Binnenlands Bestuur dan para bupati. Bupati-bupati itu dapat menggunakan haknya untuk mengajukan sanak saudaranya dan orang-orang yang disukainya. Oleh karena itu hanya golongan priyayi saja yang mampu menyekolahkan anak-anak mereka di OSVIA. Hal ini menyebabkan OSVIA juga disebut sebagai Sekolah Raja.

Sejarah

sunting

Hoofden School tersebar di Jawa, masing-masing di Bandung, Magelang, dan Probolinggo. Pada tahun 1900 sekolah-sekolah ini mengalami reorganisasi dan diberi nama baru, yakni OSVIA. Di Bandung, sebagian muridnya berasal dari Jawa Barat. OSVIA Magelang, menarik siswa-siswa dari Jawa Tengah, sedangkan OSVIA Probolinggo bagi siswa dari Jawa Timur.

Pada tahun 1900, OSVIA membuka cabang lagi di tiga tempat, yakni Serang, Madiun, dan Blitar. Pembukaan cabang itu dilakukan karena jumlah murid OSVIA meningkat dua kali lipat. Pada tahun 1918, OSVIA membuka cabang di Bukittinggi, Sumatera Barat.[2]

Pada tahun 1927 seluruh cabang OSVIA digabungkan menjadi MOSVIA (Middelbare Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren) yang berpusat di Magelang. Kini bangunan bekas MOSVIA beralih fungsi menjadi Markas Komando Kepolisian Resor Kota Magelang, sedangkan kampus OSVIA Magelang beralih fungsi menjadi kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Magelang. Pada bulan Oktober 1969 para lulusan OSVIA dan lembaga pendidikan lainnya, seperti Bestuur school menyelenggarakan reuni. Dalam reuni ini mereka membicarakan Rencana Pembangunan Lima Tahun Orde Baru. Beberapa di antara mereka masih mengenakan bintang tanda jasa dari zaman kolonial Belanda, yakni Orde van Oranje Nassau.

Para lulusan siswa OSVIA sebagian mempunyai peranan sebagai pemimpin dalam gerakan-gerakan untuk memperbarui korps pegawai pada masa pemerintahan kolonial. Di samping itu, di antara mereka ada yang terjun dalam pergerakan Nasional, seperti H. O. S. Tjokroaminoto sebagai tokoh Sarekat Islam (SI) dan Soetardjo Arthohadikoesoemo yang bergabung dalam organisasi Budi Utomo. Pada masa Kebangkitan Nasional, KH Ahmad Dahlan menjadi guru agama Islam di OSVIA Magelang.

Referensi

sunting
  1. ^ OSVIA Diarsipkan 2011-07-09 di Wayback Machine., Ensiklopedi Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta
  2. ^ Azizah Etek, Mursyid A. M., Arfan B. R., (2008), Kelah sang demang Jahja Datoek Kajo: pidato otokritik di Volkstraad, 1927-1939, PT LKiS Pelangi Aksara, ISBN 978-979-1283-58-8.