Tepus bener

sejenis jahe-jahean berbatang dan berdaun besar
(Dialihkan dari Etlingera coccinea)

Tepus, tepus bener (Etlingera coccinea) adalah sejenis tumbuhan yang termasuk kerabat jahe-jahean (Zingiberaceae). Memiliki bunga yang merah menyala dan indah, terna besar ini menyebar luas di Asia Tenggara hingga Kepulauan Sunda Besar. Di Jawa Barat bunganya dikenal sebagai mancirian[3]:53 atau mancirang, dan buahnya disebut rongod.[4]:587

Tepus bener
Tepus bener (Etlingera coccinea)
dari Sei Pinang, Mandau Talawang, Kapuas, Kalteng
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Kerajaan: Plantae
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Monokotil
Klad: Komelinid
Ordo: Zingiberales
Famili: Zingiberaceae
Genus: Etlingera
Spesies:
E. coccinea
Nama binomial
Etlingera coccinea
(Blume) S.Sakai & Nagam.[2]:190-192
Sinonim
  • Elettaria coccinea Blume in Enum. Pl. Javae: 53 (1827)[3] (basionym)
  • Achasma macrocheilos Griff. in Not. Pl. Asiat. 3: 429 (1851)
  • Amomum gomphocheilos Baker in J.D.Hooker, Fl. Brit. India 6: 236 (1892)
  • Geanthus coccineus Reinw. ex Blume in Catalogus: 29 (1823), [nom. nud.]
  • Hornstedtia winkleri Ridl. in Bot. Jahrb. Syst. 44: 530 (1910)

Pengenalan

sunting
 
Habitus berupa terna dengan batang semu yang tinggi dan banyak berdaun.

Terna berukuran besar, dengan rimpang (rhizome, akar tinggal) yang menjalar panjang dalam tanah, berdiameter 2–3,5 cm, tertutupi sisik-sisik sepanjang 3,5–5 cm, liat seperti kulit, cokelat kehijauan hingga kekuningan, lebih gelap di tepi-tepinya. Batang semu tumbuh tinggi hingga 5 m, dengan daun-daun besar hingga 32 helai, yang tersusun berseling dalam dua baris berhadapan, bagian yang tak berdaun lk. sepanjang 0,5–0,8 m terbawah, pangkalnya yang menggembung dengan garis tengah 5–7 cm, cokelat kekuningan; muncul dari tanah dengan jarak antara lk. 10–20 cm dengan batang semu lainnya yang terdekat.[5]:150

 
Bunga muncul di tanah, di sela-sela batang semu.

Daun-daun berukuran besar. Pelepah daun (upih) bergaris-garis, hijau kekuningan, gundul, dengan tepi yang juga gundul; lidah-lidah (ligula) 1,4 × 1,2 cm, cokelat, menyegitiga, bertepi rata, seperti kertas, berambut balig; tangkai daun tak ada. Helaian daun bentuk bundar telur terbalik yang memanjang sempit, duduk, 71–73 × 14–14,5 cm, tepinya berambut halus, ujungnya meluncip.[5]:150

Perbungaan 13–14 cm panjangnya, dengan 14–17 kuntum bunga yang tersembunyi dalam tanah, setiap kalinya 1-5 kuntumnya mekar tepat di atas permukaan tanah, bertangkai sepanjang 5–5,5 cm di bawah tanah, menopang tongkol bunga majemuk bentuk bulat telur, panjang 8–9 cm. Bunga sepanjang 5–8 cm; dengan kelopak merah pucat, lebih gelap di ujungnya, 5–5,2 cm; tabung bunga 3,5–4 cm, merah jambu pucat; taju mahkota lanset, merah, ujungnya membundar; bibir (labellum)[6] bertaju-3, kuning dengan tepi merah, 3,7–4 × 1,3–1,6 cm.[5]:150

Buah majemuk setengah tertimbun oleh tanah, bentuk bongkol serupa bola kasar berukuran lk. 4–5 × 5–5,5 cm, berisi hingga 10 butir buah; buah muda 1,5–1,7 × 1,5 cm, agak membulat, berambut balig rapat.[5]:151

Ekologi dan agihan

sunting
 
Di bawah tajuk hutan sekunder.

Tepus bener merupakan terna terestrial, yang tumbuh di hutan-hutan primer maupun sekunder baik di bawah keteduhan tajuk maupun pada tempat terbuka penuh sinar matahari, terutama di sepanjang tepi aliran sungai pada tanah-tanah yang lembap hingga basah, 300 - 1,400 m dpl. Tepus tercatat berbunga dan berbuah antara bulan April – Agustus.[7]:110

Tumbuhan ini menyebar luas di Asia Tenggara (Thailand, Vietnam, Semenanjung Malaya), Kepulauan Sunda (Jawa, Sumatera, Kalimantan), dan Filipina.[8]

Kegunaan

sunting
 
Bunga majemuk.

Hati (ares) di tengah batang semu digunakan sebagai bumbu masakan di Kalimantan dan Jawa, dan juga dimakan sebagai sayuran.[7]:110 Batangnya yang muda juga digunakan sebagai obat batuk dan obat luka luar.[9] Buahnya yang dinamakan rongod (Sd.) dapat dimakan dan rasanya manis.[4]:587

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Poulsen, A.D., S.B. Olander, & R.V.A. Docot. (2019). Etlingera coccinea. The IUCN Red List of Threatened Species 2019: e.T117318042A124282047. https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2019-2.RLTS.T117318042A124282047.en. Diakses tgl 22/vi/2024.
  2. ^ Sakai, S. & H. Nagamasu. (2003). "Systematic studies of Bornean Zingiberaceae: IV. Alpinioideae of Lambir Hills, Sarawak". Edinburgh Journal of Botany, 60: 181-216. DOI: https://doi.org/10.1017/S0960428603000143 (laman pada ResearchGate, diakses tgl 22/vi/2024
  3. ^ a b Blume, CL. (1827). Enumeratio plantarum Javae et insularum adjacentium : minus cognitarum ..., Fasc. 1: 53. Lugduni Batavorum: Apud J.W. van Leeuwen (1827-1830).
  4. ^ a b Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia I: 587. Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta. (versi berbahasa Belanda -1922- I:539, sebagai Achasma coccineum Val.)
  5. ^ a b c d Poulsen, AD. (2007). "Etlingera Giseke of Java". Gardens’ Bulletin Singapore, Vol. 59(1&2): 145-172. 2007.
  6. ^ yakni staminodia yang membesar, melebar, dan berwarna-warni
  7. ^ a b Naive, MAK, RO Pabillaran, & IG Escrupulo. (2018). "Etlingera coccinea (Blume) S. Sakai and Nagam. (Zingibearaceae – Alpinieae): an addition to the Flora of the Philippines, with notes on its distribution, phenology and ecology". Bioscience Discovery, 9(1): 107-110, Jan - 2018.
  8. ^ POWO: Etlingera coccinea (Blume) S.Sakai & Nagam., diakses tgl 22/vi/2024
  9. ^ Handayani, A. (2015). "Pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat oleh masyarakat sekitar Cagar Alam Gunung Simpang, Jawa Barat". Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, vol 1(6): 1425-1432, September 2015. DOI: https://dx.doi.org/10.13057/psnmbi/m010628

Pranala luar

sunting