Aliénor dari Aquitaine
Aliénor dari Aquitaine (bahasa Prancis: Aliénor/Éléonore; 1122 atau 1124 – 1 April 1204) merupakan salah satu wanita terkaya dan berkuasa pada masa Abad Pertengahan, ia adalah seorang anggota keluarga Wangsa Poitiers yang memerintah di Prancis barat daya. Ia menjadi adipati wanita Aquitaine dengan haknya sendiri ketika ia masih kecil, kemudian Permaisuri Prancis (1137–1152) dan Inggris (1154–1189). Ia adalah pelindung dari tokoh-tokoh sastra seperti Wace, Benoît de Sainte-Maure, dan Bernart de Ventadorn.
Aliénor dari Aquitaine | |
---|---|
Adipati Wanita Aquitaine | |
Berkuasa | 9 April 1137 – 1 April 1204 |
Pendahulu | Guillaume X |
Penerus | John |
Ratu Prancis | |
Tenure | 1 Agustus 1137 – 21 Maret 1152 |
Ratu Inggris | |
Tenure | 25 Oktober 1154 – 6 Juli 1189 |
Penobatan | 19 Desember 1154 |
Kelahiran | 1122 atau 1124 Poitiers, Bordeaux, atau Nieul-sur-l'Autise |
Kematian | 1 April 1204 (usia skt. 81/82) Poitiers |
Pemakaman | |
Pasangan | Louis VII, Raja Prancis 1137-1152 Henry II, Raja Inggris 1152-Des. 1189 |
Keturunan Detail | Marie, Comtesse Champagne Alix dari Prancis (1150-1195) Guillaume IX dari Poitiers Henry dari Inggris Matilda Richard I, Raja Inggris Geoffrey II dari Bretagne Leonor, Ratu Kastilia Joan, Ratu Sisilia John, Raja Inggris |
Wangsa | Wangsa Poitiers (oleh kelahiran) Wangsa Kapetia (oleh pernikahan) Wangsa Plantagenet (oleh pernikahan) |
Ayah | Guillaume X dari Aquitaine |
Ibu | Aenor de Châtellerault |
Agama | Katolik Roma |
Suksesi Aliénor atas kabupaten Aquitaine pada tahun 1137 membuatnya sebagai seorang pendamping ideal di Eropa. Tiga bulan setelah ia menjadi adipati, ia menikah dengan Raja Louis VII dari Prancis, putra Raja Louis VI. Sebagai Ratu Prancis, ia ikut serta di dalam Perang Salib Kedua. Tak lama kemudian, Aliénor berupaya untuk membatalkan pernikahannya,[1] namun permohonannya ditolak oleh Paus Eugenius III.[2] Namun setelah kelahiran putri keduanya Alix, Louis menyetujui pembatalan mengingat kegagalannya untuk hamil setelah lima belas tahun menikah.[3] Pernikahan itu dibatalkan pada tanggal 11 Maret 1152 dengan alasan hubungan kekerabatan di antara tingkat keempat. Putri-putri mereka disahkan dan perwalian diberikan kepada Louis dan wilayah-wilayah Aliénor dikembalikan kepadanya.
Segera setelah pembatalan diberikan, Aliénor bertunangan dengan Henry, Adipati Normandia, yang menjadi raja Henry II dari Inggris pada tahun 1154. Henry adalah sepupu ketiga (sepupu tingkat ketiga), dan sembilan tahun lebih muda. Pasangan tersebut menikah pada tanggal 18 Mei 1152 (Whit Sunday), delapan minggu setelah pembatalan pernikahan pertama Aliénor, di dalam sebuah katedral di Poitiers, Prancis. Tiga belas tahun berikutnya, ia memberikan Henry delapan orang anak: lima putra, tiga di antaranya menjadi raja; dan tiga orang putri. Namun Henry dan Aliénor akhirnya menjadi musuh. Henry memenjarakannya pada tahun 1173 karena mendukung pemberontakan putranya Henry, dan ia tidak dibebaskan sampai dengan tahun 1189 ketika Henry meninggal (pada tanggal 6 Juli), dan putra mereka naik takhta Inggris sebagai Richard I.
Sekarang Ibu Suri Aliénor bertindak sebagai wali ketika Richard pergi ke Perang Salib Ketiga di mana ia ditangkap dan ditawan. Aliénor hidup dengan baik samapi pemerintahan putra bungsunya John. Ketika ia meninggal, ia hidup lebih lama dari seluruh anak-anaknya kecuali Raja John dan Ratu Leonor dari Kastilia.
Kehidupan Awal
suntingTahun kelahiran Aliénor tidak diketahui dengan pasti: silsilah pada akhir abad ke-13 keluarganya mendaftarkannya sebagai seorang gadis yang berusia 13 tahun pada musim semi tahun 1137 yang merupakan bukti terbaik bahwa Aliénor mungkin lahir sekitar tahun 1124.[4] Di sisi lain, beberapa sejarah menyebutkan sumpah setia beberapa raja Aquitaine pada pesta ulang tahun keempat belas Aliénor tahun 1136. Hal ini dan usia yang diketahui 82 tahun pada saat ia meninggal, memungkinkan tahun 1122 adalah tahun kelahirannya.[5] Orangtuanya dipastikan menikah pada tahun 1121. Tempat kelahirannya diduga Poitiers, Bordeaux, atau Nieul-sur-l'Autise, di mana ibunda dan saudaranya meninggal ketika Aliénor berusia 6 atau 8 tahun.[6]
Aliénor merupakan putri sulung dari ketiga anak Guillaume X dari Aquitaine yang istananya terkenal pada awal abad ke-12 di Eropa, dan istrinya, Aenor de Châtellerault, putri Aimery I dari Châtellerault, dan Dangerose de l' Isle Bouchard, yang merupakan gundik Guillaume IXdan juga nenek Aliénor dari pihak ibundanya. Pernikahan orangtuanya telah diatur oleh Dangerose dengan kakek Guillaume IX dari pihak ayahandanya.
Aliénor konon dinamai seperti ibundanya Aenor dan disebut Aliénor yang berasal dari Bahasa Latin alia Aenor, yang berarti Aenor lain. Namanya menjadi Eléanor di dalam langues d'oïl Prancis Utara dan Eleanor di dalam bahasa Inggris.[3] Ada Eleanor sebelumnya: Éléonore dari Normandia, bibi William sang Penakluk, yang hidup seabad lebih awal dari Aliénor dari Aquitaine. Di Paris sebagai Ratu Prancis ia disebut Helienordis, nama kehormatannya di dalam Latin epistles.
Dengan seluruh catatan, ayahanda Aliénor memastikan bahwa ia mendapatkan pendidikan yang terbaik.[7] Meskipun bahasa ibunya adalah Poetevin, ia dididik untuk membaca dan berbicara Bahasa Latin, berpengalaman baik di dalam musik dan sastra, berkuda dan berburu.[8] Aliénor ekstrovert, bersemangat, cerdas dan berkemauan keras. Pada musim semi tahun 1130, adik laki-lakinya yang berusia empat tahun William Aigret dan ibunda mereka meninggal di kastil Talmont, di pantai atlantik Aquitaine. Aliénor menjadi ahli waris wilayah-wilayah ayahandanya. Kabupaten Aquitaine merupakan sebuah provinsi terbesar dan terkaya di Prancis; Poitou (di mana Aliénor menghabiskan masa kecilnya) dan Aquitaine hampir sepertiga ukuran Prancis modern. Aliénor hanya memiliki saudara sah lainnya, seorang adik perempuan yang bernama Aelith, yang juga dipanggil Pétronille. Saudara tirinya Joscelin diakui oleh Guillaume X sebagai putranya, tetapi bukan sebagai ahli warisnya. Bahwa ia memiliki saudara tiri lainnya, Guillaume, telah didiskreditkan.[9] Kemudian selama empat tahun pertama pemerintahan Henry II, saudara-saudaranya memasuki istana kerajaan Aliénor.
Warisan
suntingPada tahun 1137, Adipati Guillaume X meninggalkan Poitiers ke Bordeaux dan membawa putrinya bersamanya. Setelah mencapai Bordeaux, ia meninggalkan mereka Keuskupan Agung Bordeaux, salah satu dari beberapa vasalnya yang setia. Adipati itu kemudian berziarah Yakobus ditemani oleh para peziarah lainnya. Ia meninggal pada Jumat Agung tahun itu (9 April).
Aliénor pada usia dua belas sampai lima belas tahun, kemudian menjadi Adipati Wanita Aquitaine, dan membuatnya sebagai seorang pasangan ideal di Eropa. Karena pada saat itu mendapatkan seorang ahli waris dipandang sebagai pilihan yang layak untuk mendapatkan gelar, Guillaume mendikte wasiatnya pada saat ia meninggal yang berisi penunjukkan Aliénor sebagai ahli waris atas wilayah-wilayahnya dan menunjuk Raja Louis VI dari Prancis sebagai walinya.[10] Guillaume meminta raja untuk mengurus baik wilayah-wilayahnya dan adipati wanita itu, dan juga mencarikan calon suami yang pantas untuknya.[7] Namun samapi calon suaminya ditemukan, raja memiliki hak yang sah atas wilayah-wilayah Aliénor. Adipati juga memperingatkan teman-temannya untuk merahasiakan kematiannya sampai Louis diberitahu – orang-orang yang berpejalan dari Yakobus menyeberangi Pirenia secepat mungkin sampai di Bordeaux untuk memberitahu uskup agung, kemudian secepatnya ke Paris untuk memberitahu raja.
Raja Prancis yang dikenal sebagai Louis si Gendut, yang pada saat itu sedang sakit Disentri yang parah yang sepertinya tidak akan sembuh. Meskipun ajal menjemputnya, Louis tetap berpikiran jernih. Ahli warisnya, Pangeran Louis, mulanya ditakdirkan hidup di monastik namun menjadi Dauphin ketika kakandanya, Philippe, meninggal karena kecelakaan berkendara.[11] Kematian Guillaume, salah satu pengikut raja yang paling berkuasa, menjadikan wilayah adipati tersebut wilayah yang paling diinginkan di Prancis.
Pernikahan Pertama
suntingPada tanggal 25 Juli 1137 Louis dan Aliénor menikah di Katedral Saint-André di Bordeaux oleh Uskup Agung Bordeaux.[7] Segera setelah menikah, pasangan itu dimahkotai sebagai Adipati dan Adipati Wanita Aquitaine.[7][7] Namun ada tanggapan: wilayah akan tetap independen dari Prancis sampai putra sulung Aliénor menjadi Raja Franka dan Adipati Aquitaine. Dengan demikian, kepemilikan itu tidak tergabung dengan Prancis sampai generasi berikutnya. Sebagai hadiah pernikahan ia memberi Louis sebuah vas dari batu kristal yang sekarang dipamerkan di Louvre.[7][11][12] Louis memberikan vas tersebut kepada Saint Denis Basilica. Vas itu adalah benda satu-satunya yang berhubungan dengan Aliénor yang masih ada.[13]
Masa Louis sebagai Comte Poitou dan Adipati Aquitaine dan Gascony hanya berlangsung selama beberapa hari. Meskipun ia telah diinvestasikan seperti itu pada tanggal 8 Agustus 1137, seorang utusan memberinya kabar bahwa Louis VI telah meninggal pada tanggal 1 Agustus ketika Pangeran Louis dan Aliénor berkeliling provinsi. Kemudian ia menjadi Raja Louis VII. Ia dan Aliénor diurapi dan dimahkotai sebagai Raja dan Ratu Franka pada hari raya Natal pada tahun yang sama.[7][14]
Memiliki semangat yang tinggi, Aliénor tidak populer dengan bangsa utara; menurut beberapa sumber, ibunda Louis Adélaide dari Maurienne ia tidak berakal sehat dan berpengaruh buruk. Ia tidak dibantu oleh kenangan Constance dari Arles, istri Provençal Robert II, konon berpakaian dan berbicara tidak sopan masih dibicarakan.[15] Perilaku Aliénor berulang kali dikritik oleh penatua gereja, terutama Bernard dari Clairvaux dan Kepala Biara Suger. Raja sedang tergila(gila dengan pasangannya yang cantik, dan menuruti seluruh keinginannya, meskipun perilakunya tidak menyenangkan. Memiliki banyak uang di austere Cité Palace, Paris lebih nyaman demi Aliénor.[11]
Konflik
suntingMeskipun Louis adalah seorang pria yang saleh, ia segera mengalami konflik berat dengan Paus Innosensius II. Pada tahun 1141, Keuskupan Agung Bourges menjadi kosong, dan raja mengajukan seorang calon dari salah seorang kanselirnya, Cadurc, ketika memveto seorang calon yang cocok, Pierre de la Chatre, yang segera terpilih oleh kanon Bourges dan Konsekrasi oleh paus. Louis membanting gerbang Bourges di belakang uskup yang baru. Paus mengingat upaya yang sama oleh Guillaume X untuk mengasingkan pendukung Innosensius dari Poitou dan mengganti mereka dengan pastor-pastor yang setia hanya kepadanya, dengan menyalahkan Aliénor, dan mengatakan bahwa Louis satu-satunya anak yang harus dididik bersopan santun. Dengan marah, Louis bersumpah di depan relik bahwa selama ia hidup Pierre tidak boleh menginjakkan kakinya di Bourges. Sebuah larangan kemudian diberlakukan di wilayah kerajaan dan Pierre mengungsi ke Thibaut II dari Champagne.
Louis menjadi terlibat di dalam perang dengan Comte Thibaut dengan mengizinkan Raoul I dari Vermandois dan seneschal Prancis, untuk membuang istrinya Eléonore dari Blois, saudari Thibaut, dan menikahi Pétronille dari Aquitaine, saudari Aliénor. Aliénor mendesak Louis untuk mendukung pernikahan saudarinya dengan Comte Raoul. Thibaut juga telah menghina Louis dengan berpihak denga paus di dalam pertikainnya atas Bourges. Peperangan berlangsung selama dua tahun (1142–44) dan berakhir dengan penjajahan Champagne oleh pasukan kerajaan. Louis pribadi terlibat di dalam serangan itu dan membakar kota Vitry. Lebih dari seribu orang yang mengungsi di dalam gereja tewas terbakar. Ingin mengakhiri perang, Louis berusaha untuk berdamai dengan Thibaut di dalam pertukaran dukungannya untuk mengangkat larangan atas Raoul dan Pétronille. Larangan tersebut sepatutnya diangkat cukup lama yang memungkinkan wilayah Thibaut dikembalikan; hal tersebut diberlakukan sekali lagi ketika Raoul menolak untuk membuang Pétronille, yang mendorong Louis untuk kembali ke Champagne dan menjarah wilayah itu sekali lagi.
Pada bulan Juni 1144, raja dan ratu mengunjungi gereja monastik yang baru saja dibangun di Saint-Denis. Ketika berada disana, ratu bertemu dengan Bernard dari Clairvaux, menuntut bahwa ia mengangkat ekskomunikasi Pétronille dan Raoul melalui pengaruhnya terhadap Paus, sebuah pertukaran di mana Raja Louis akan membuat konsesi di Champagne dan mengakui Pierre de la Chatre sebagai Uskup Agung Bourges. Kecewa pada sikapnya, Bernard memarahi Aliénor yang tidak ada penyesalan dan terlalu mencampuri urusan negara. Sebagai tanggapannya, Aliénor mengakui kesalahannya dan mengakui bahwa ia bersedih karena tidak dapat menghasilkan keturunan. Sebagai tanggapannya, Bernard menjadi lebih lembut dengannya dan berkata: "Anakku, carilah kedamaian. Hindarkan Raja melawan Gereja, dan membantunya bertindak dengan lebih bijak. Jika kamu berjanji akan melakukan hal ini, Saya sebagai balasannya berjanji untuk memohon belas kasihan Tuhan untuk memberikanmu keturunan." Dalam waktu beberapa minggu, kedamaian telah kembali di Prancis: Provinsi-provinsi Thibaut dikembalikan dan Pierre de la Chatre ditunjuk sebagai Uskup Agung Bourges. Pada bulan April 1145, Aliénor melahirkan seorang putri, Marie.
Louis yang masih dirundung oleh penyesalan atas pembunuhan besar-besaran di Vitry dan berniat untuk pergi ziarah ke Tanah Suci untuk menebus dosa-dosanya. Untung baginya, pada musim gugur tahun 1145, Paus Eugenius III meminta agar Louis memimpin Perang Salib ke Timur Tengah untuk menyelamatkan Negara-negara Tentara Salib disana dari bencana. Oleh karena itu, Louis mengumumkan pada hari Natal tahun 1145 di Bourges niatnya untuk pergi ke perang salib.
Perang Salib
suntingAliénor secara resmi mengambil simbolik salib dari Perang Salib Kedua pada kotbah Bernard of Clairvaux. Selain itu, ia telah berkorespondensi dengan pamandanya Raymond, Pangeran kerajaan tentara perang salib Antiokhia, yang sedang mencari banyak bantuan melawan "Saracen" dari mahkota Prancis. Aliénor merekrut beberapa wanita dayangnya untuk kampanye, serta 300 vasal Aquitaine yang berasal dari rakyat jelata. Ia bersikeras ambil bagian di dalam Perang Salib sebagai pemimpin feodal pasukannya dari kadipatennya. Kisah bahwa ia dan dayang-dayangnya berpakaian seperti Suku Amazon masih diperdebatkan oleh para sejarawan, kadang-kadang diragukan dengan catatan dayang Raja Konrad selama kampanyenya (di dalam Edward Gibbon The History of the Decline and Fall of the Roman Empire). Peluncuran testimonialnya pada Perang Salib Kedua dari Vézelay, lokasi yang diisukan adalah lokasi makam Maria Magdalene, secara dramatis menekankan peran seorang wanita di dalam kampanye.
Perang Salib itu sendiri hanya mencapai sedikit kesuksesan. Louis adalah seorang pemimpin militer yang lemah dan tidak efektif tanpa keterampilan menjaga disiplin pasukan atau moral, atau membuat keputusan taktis informasi dan logis. Di Eropa Timur, pasukan Prancis terhalang oleh Manouel I Komnenos, Kaisar Romawi Timur, yang khawatir bahwa Perang Salib akan membahayakan keselamatan kerajaannya. Meskipun demikian, selama tiga minggu mereka tinggal di Konstantinopel, Louis disambut dengan gembira dan Aliénor sangat dikagumi. Ia dibandingkan dengan Penthesilea, ratu mitos dari Suku Amazon, oleh sejarawan Yunani Niketas Akominatos. Ia menambahkan bahwa ia mendapat julukan chrysopous (kaki emas) dari kain emas yang menghiasi keliling jubahnya. Louis dan Aliénor tinggal di istana Philopation di luar tembok kota.
Pada saat tentara perang salib memasuki Anatolia, situasi mulai memburuk. Raja dan ratu masih optimis – Kaisar Romawi Timur memberitahu mereka bahwa Raja Jerman Konrad telah membawa kemenangan besar melawan tentara Turki (padahal sebenarnya tentara Jerman telah dibantai), dan rombongan masih makan dengan baik. Namun saat berkemah di dekat Nikea, sisa-sisa tentara Jerman yang termasuk Raja Konrad jatuh sakit ketika mereka melewati kubu Prancis membawa berita bencana mereka. Pasukan Prancis dengan apa yang tersisa dari Jerman kemudian mulai berbaris semakin teratur menuju Antiokhia. Mereka bersemangat tinggi pada hari raya Natal, ketika mereka memilih untuk berkemah di sebuah lembah subur Dercervian di dekat Ephesus. Disini mereka mendapat serangan mendadak oleh detasemen Turki; Prancis memutuskan untuk menyembelih detasemen ini dan menyesuaikan perkemahan mereka.
Louis kemudian memutuskan untuk melintasi pegunungan Phrygian langsung dengan harapan mencapai pamanda Aliénor Raymond di Antiokhia ebih cepat. Namun ketika mereka naik gunung, pasukan beserta raja dan ratu menemukan mayat-mayat tentara Jerman yang dibantai sebelumnya.
Pada hari yang ditetapkan di persimpangan Gunung Cadmos, Louis memilih untuk mengambil alih bagian belakang kolom, di mana para peziarah bersenjata dan kereta bagasi berbaris. Pada garda depan, di mana Ratu Aliénor berbaris, yang dipimpin oleh vasal Aquitaine Geoffrey de Rancon. Tidak terbebani oleh bagasi, mereka mencapai puncak Cadmos, di mana Rancon telah diperintahkan untuk membuat kamp. Namun Rancon memilih untuk melanjutkan dan memutuskan dengan Amedeo III dari Savoia (pamanda Louis) bahwa dataran tinggi terdekat akan membuat perkemahan yang lebih baik: ketidaktaatan yang umumnya terjadi.
Dengan demikian, pada sore hari, di bagian belakang kolom – dipercaya pawai pada hari itu segera berakhir namun jadi terulur-ulur. Hal ini mengakibatkan pasukan menjadi terpisah, dengan beberapa telah melewati puncak dan yang lainnya masih mendekati. Pada titik ini, Turki yang telah mengikuti dan melakukan gerak tipu selama beberapa hari, mengambil kesempatan mereka dan menyerang pasukan yang belum menyeberangi puncak. Pasukan Prancis (baik pasukan dan peziarah), terjebak dan mencoba untuk melarikan diri namun banyak dari mereka yang ditangkap dan dibunuh. Banyak orang, kuda dan bagasi yang dilemparkan ke dalam ngarai. Penulis sejarah William dari Tirus menyesalkan bencana ini yang terjadi dari jumlah bagasi (yang sebagian besar konon adalah milik Aliénor dan dayang-dayangnya) dan adanya kehadiran peziarah.[16]
Terjadinya bencana dibebankan pada Geoffrey de Rancon, yang membuat keputusan untuk melanjutkan dan saran untuk menngeksekusinya (saran yang dihiraukan oleh raja). Karena ia adalah vasal Aliénor, banyak yang percaya bahwa ia bertanggung jawab atas perubahan di dalam rencana, dan terjadinya pembantaian. Hal ini tidak berpengaruh atas popularitasnya di dunia Kristen – ia juga disalahkan atas ukuran kereta bagasi dan fakta bahwa pasukan Aquitaine-nya telah berbaris di depan, sehingga tidak terlibat di dalam perjuangan. Selanjutnya, pasukan menjadi terpisah dengan rakyat jelata berbaris menuju Antiokhia dan orang-orang kerajaan lewat laut. Ketika sebagian besar pasukan tiba, raja dan ratu mengalami sengketa besar. Beberapa orang seperti John dari Salisbury dari William dari Tirus, mengatakan bahwa reputasi Aliénor telah dinodai oleh rumor perselingkuhan dengan pamandanya Raymond. Namun hal ini diduga adalah sebuah tipu muslihat, karena Raymond melalui Aliénor mencoba untuk mempengaruhi Louis dengan paksa menggunakan pasukannya untuk menyerang perkemahan Muslim di dekat Aleppo, untuk merebut kembali Edessa, dengan keputusan kepausan dengan tujuan Perang Salib. Meskipun ini mungkin adalah keputusan yang baik, Louis tidak tertarik untuk bertarung di Suriah utara. Salah satu tujuan Perang Salib yang diakui Louis adalah untuk berziarah ke Yerusalem, dan ia menyatakan niatnya untuk melanjutkan. Aliénor konon diminta untuk tinggal dengan Raymond dan membahas soal hubungan soal kekerabatan – fakta bahwa ia dan suaminya Raja Louis memiliki hubungan kekerabatan yang terlalu dekat. Hal ini menjadi alasan perceraian di dalam periode abad pertengahan. Daripada membiarkannya tinggal, Louis mengambil Aliénor dari Antiokhia dengan paksa dan melanjutkan ke Yerusalem dengan pasukannya yang telah berkurang.[17]
Episode ini mempermalukan Aliénor dan ia mempertahankan profil rendahnya selama sisa perang salib. Serangan berikut Louis di Damaskus pada tahun 1148 dengan pasukannya yang tersisa, diperkuat oleh Raja Konrad dan Baudouin III dari Yerusalem yang mencapai sedikit kesuksesan. Damaskus merupakan pusat perdagangan utama yang berlimpah kekayaan dan dalam keadaan normal ancaman potensial, tetapi penguasa Yerusalem baru-baru ini menandatangani gencatan senjata dengan kota yang kemudian mereka duduki. Seperti perjudian yang tidak terlunasi, kampanye Damaskus adalah sebuah kegagalan. Keluarga kerajaan Prancis mundur ke Yerusalem dan kemudian berlayar ke Roma dan membuat jalan mereka kembali ke Paris.
Sementara di Mediterania timur, Aliénor mempelajari konversi maritim yang berkembang disana, yang adalah awal dari apa yang akan menjadi hukum kelautan. Ia memperkenalkan konversi-konversi itu ke wilayahnya sendiri di pulau Oleron pada tahun 1160 (dengan "Rolls dari Oléron") dan kemudain juga di Inggris. Ia juga berperan di dalam mengembangkan perjanjian dengan Konstantinopel dan pelabuhan-pelabuhan di Tanah Suci.
Pembatalan
suntingBahkan sebelum Perang Salib, Aliénor dan Louis telah saling memusuhi, dan perbedaan mereka jadi memburuk ketika mereka berada di luar negeri. Hubungan Aliénor dengan pamandanya Raymond,[18] penguasa Antiokhia adalah sumber utama perselisihan tersebut. Aliénor mendukung keinginan pamandanya untuk merebut kembali Provinsi Edessa, yang adalah tujuan Pernag Salib. Selain itu, mereka telah akrab sejak masa muda, ia sekarang menunjukkan apa yang dinilai sebagai "perhatian yang berlebihan" terhadap pamandanya. Raymond memiliki rencana untuk menculik Aliénor, yang ia setujui.[19] Sementara banyak sejarawan[siapa?] di zaman sekarang mengabaikan ha ini sebagai perhatian normal di antara paman dan keponakan (tercatat persahabatan awal mereka dan kemiripannya dengan ayahanda dan kakeknya), bnayak musuh Aliénor menafsirkan perhatian berlebihan itu sebagai suatu perzinahan. Barisan panjang Louis ke Yerusalem dan kembali ke utara, yang mendesak Aliénor untuk bergabung, melemahkan dan mengecilkan hati pasukannya; tentara perang salib yang dibagi tidak dapat mengatasi pasukan Muslim, dan pasangan kerajaan harus kembali ke rumah.
Namun perjalanan kembali ke rumah tidak mudah dicapai. Louis dan Aliénor di kapal-kapal yang terpisah karena perbedaan pendapat mereka, pertama kali diserang pada Mei 1149 oleh kapal-kapal Romawi Timur yang berusaha untuk menangkap keduanya atas perintah Kaisar Romawi Timur. Meskipun mereka lolos dari penangkapan tersebut, badai melanda kapal Aliénor jauh ke selatan (kearah Pantai Berber) dan membuatnya kehilangan jejak suaminya. Tidak ada kabar selama lebih dari dua bulan. Pada pertengahan Juli, kapal Aliénor akhirnya mencapai Palermo di Sisilia, di mana ia menemukan bahwa ia dan suaminya telah menyerah untuk mati. Ia diberikan suaka dan makanan oleh pelayan-pelayan Raja Ruggeru II dari Sisilia, sampai raja akhirnya mencapai Calabria, dan ia berangkat untuk menemuinya disana. Kemudian di istana Raja Ruggeru di Potenza, ia mendengar kabar kematian pamandanya Raymond, yang dihukum penggal oleh pasukan Muslim di Tanah Suci. Hal ini tampaknya telah memaksa perubahan rencana, karena bukannya kembali ke Prancis dari Marseilles, mereka pergi menemui Paus Eugenius III di Tusculum, di mana ia telah diusir lima bulan sebelum pemberontakan Komune Roma.
Eugenius tidak memberikan pembatalan seperti yang diharapkan Aliénor. Sebaliknya ia mencoba untuk mendamaikan Aliénor dan Louis, yang membenarkan legalitas pernikahan mereka. Ia menyatakan bahwa tidak ada kata yang dapat diucapkan terhadap hal itu, dan bahwa hal itu mungkin tidak dapat dibubarkan dengan dalih apapun. Akhirnya ia mengatur hal-hal sehingga Aliénor tidak punya pilihan lain selain tidur dengan Louis di tempat tidur khusus yang disiapkan oleh paus. Tak lama kemudian, Aliénor mengandung anak kedua yang merupakan anak perempuan, Alix dari Prancis.
Pernikahan itu sekarang hancur. Masih tanpa keturunan laki-laki dan terancam tidak memiliki ahli waris, Aliénor menghadapi oposisi besar dari banyak baron dan keinginannya sendiri untuk bercerai. Pada tanggal 11 Maret 1152, mereka bertemu di kastil kerajaan Beaugency untuk membubarkan pernikahan tersebut. Hugues de Toucy, Uskup Agung Sens, yang memimpin, Louis dan Aliénor keduanya hadir, seperti Uskup Agung Bordeaux dan Rouen. Uskup Agung Samson dari Reims bertindak untuk Aliénor.
Pada tanggal 21 Maret, empat uskup agung dengan persetujuan Paus Eugenius memberikan pembatalan atas dasar keekrabatan derajat keempat (Aliénor adalah sepupu ketiga Louis yang pernah dihapus, dan memiliki nenek moyang yang sama dengan Robert II dari Prancis). Namun kedua anak perempuan mereka dinyatakan sah dan hak perwalian mereka diberikan kepada Raja Louis. Uskup Agung Samson menerima jaminan dari Louis bahwa wilayah-wilayah Aliénor akan dikembalikan kepadanya.
Pernikahan Kedua
suntingKetika Aliénor beperjalanan ke Poitiers, dua penguasa – Thibaut V dari Blois, dan Geoffroy dari Anjou (saudara Henri II, Adipati Normandia) – mencoba untuk menculik dan menikahinya untuk menuntut wilayah-wilayahnya. Tak lama setelah ia tiba di Poitiers, Aliénor mengirim seorang utusan ke Henry, calon raja Inggris dan pada saat itu menjabat sebagai Adipati Normandia, memintanya untuk datang dan menikahinya. Pada tanggal 18 Mei 1152 (Whit Sunday), delapan minggu setelah pembatalannya, Aliénor menikah dengan Henry "tanpa kemegahan dan upacara yang sesuai dengan derajat mereka".[20]
Aliénor berhubungan dengan Henry lebih dekat daripada ia dengan Louis – mereka adalah sepupu derajat ketiga melalui garis keturunan yang sama, Ermengarde dari Anjou (istri Robert I dari Bourgogne dan Geoffroy, Comte Gâtinais), dan mereka juga adalah keturunan dari Raja Robert II dari Prancis. Pernikahan di antara Henry dan Aliénor dan putri Aliénor, Marie, telah ditolak sebelumnya karena status mereka sebagai sepupu dekat tingkat ketiga yang pernah dihilangkan. Diisukan bahwa Aliénor berselingkuh dengan ayahanda Henry sendiri, Geoffroy V dari Anjou, yang menyarankan putranya untuk tidak terlibat dengannya.
Pada tanggal 25 Oktober 1154, Henry menjadi Raja Inggris. Aliénor dimahkotai sebagai Ratu Inggris oleh Uskup Agung Canterbury pada tanggal 19 Desember 1154.[14] Namun ia mungkin tidak diurapi pada upacara tersebut, karena hal tersebut telah dilakukan pada tahun 1137.[21] Lebih dari tiga belas tahun mendatang, ia memberikan Henry lima orang putra dan tiga orang putri: Guillaume IX, Henry, Richard, Geoffroy, John, Matilda, Leonor, dan Joan. John Speed di dalam karyanya pada tahun 1611 History of Great Britain, menyinggung diduga bahwa Aliénor memiliki seorang putra yang bernama Philippe, yang mati muda. Sumber-sumbernya telah musnah dan ia sendiri yang menyinggung tentang kelahiran tersebut.[22]
Pernikahan Aliénor dengan Henry terkenal kacau dan argumentatif, meskipun cukup kooperatif untuk menghasilkan setidaknya delapan orang anak. Henry tidak berarti setia kepada istrinya dan memiliki reputasi atas perselingkuhannya. Henry memiliki beberapa anak haram di luar pernikahannya. Aliénor tampaknya telah memiliki sikap ambivalen terhadap hal tersebut: contohnya, Geoffrey, anak haram Henry, diakui oleh Henry sebagai anaknya dan dibesarkan di Westminster ke dalam tangan ratu.
Selama periode aksesi Henry sampai putra bungsu Aliénor John lahir, urusan di dalam kerajaan bergolak: Aquitaine, seperti norm, yang menantang otoritas Henry sebagai suami Aliénor dan menjawab hanya untuk adipati wanita mereka. Beberapa upaya dibuat untuk menuntut Toulouse, warisan sah nenek Aliénor Philippa dari Toulouse, tetapi berakhir dengan kegagalan. Sebuah perseteruan pahil muncul di antara raja dan Thomas Becket, yang awalnya adalah Kanselir dan penasihat terdekatnya dan kemudian Uskup Agung Canterbury. Louis dari Prancis telah menikah lagi dan menduda; ia menikah untuk yang ketiga kalinya dan akhirnya menjadi ayah dari seorang putra, Philippe August (juga dikenal sebagai Dieudonne - Pemberian Tuhan). "Henry Muda," putra Henry dan Aliénor, menikahi Marguerite dari Prancis, putri Louis dari pernikahan keduanya. Tidak banyak yang diketahui tentang keterlibatan Aliénor di dalam kejadian-kejadian tersebut. Dipastikan bahwa pada akhir tahun 1166, perselingkuhan Henry dengan Rosamund Clifford terbongkar, dan pernikahan Aliénor dengan Henry tampaknya menjadi tegang.
Pada tahun 1167, putri ketiga Aliénor, Mathilde, menikah dengan Heinrich dari Sachsen. Aliénor tetap tinggal di Inggris dengan putrinya sebelum keberangkatan Mathilde untuk Normandia pada bulan September. Setelah itu, Aliénor mengumpulkan harta bergeraknya di Inggris dan membawanya ke atas beberapa kapal ke Argentan di bulan Desember. Di istana pada hari raya Natal, ia tampaknya telah sepakat untuk berpisah dari Henry. Tentu saja, ia pergi ke kotanya sendiri di Poitiers segera setelah Natal. Henry tidak mencegahnya; sebaliknya ia dan pasukan pribadinya mengawalnya kesana sebelum menyerang sebuah kastil milik keluarga Lusignan. Henry kemudian pergi untuk urusannya sendiri di luar Aquitaine, meninggalkan Earl Patrick (komandan militer regionalnya) sebagai pelindungnya. Ketika Patrick tewas terbunuh di dalam pertempuran, Aliénor (yang mengurus penebusan keponakannya yang tertangkap, William Marshal) yang masih bocah, yang ditinggalkan di bawah pengaruh kekuasaan wilayah-wilayahnya.
Pemberontakan dan penangkapan
suntingPada bulan Maret 1173, kerugian atas kurangnya kekuasaan dan ancaman dari musuh ayahandanya, Henri muda melancarkan Pemberontakan 1173–1174. Ia melarikan diri ke Paris. Dari sana, "Henri muda merancang kejahatan terhadap ayahandanya dari setiap sisi dengan saran dari Raja Prancis, yang pergi diam-diam ke Aquitaine di mana kedua adiknya berada, Richard dan Geoffroy, yang tinggal dengan ibunda mereka, dan konon diam-diam ia menghasut mereka untuk bergabung dengannya".[23] Salah satu sumber menyatakan bahwa Ratu mengirim putra-putranya yang lebih muda ke Prancis "untuk bergabung dengannya melawan ayahanda mereka sang Raja".[24] Setelah anak-anaknya berangkat ke Paris, Aliénor mungkin mendorong raja-raja selatan untuk bangkit dan mendukung mereka.[25]
Suatu pada pada akhir bulan Maret dan awal Mei, Aliénor meninggalkan Poitiers, tetapi ditangkap dan dikirim ke raja di Rouen. Raja tidak mengumumkan penangkapan tersebut; sampai tahun berikutnya, keberadaan sang Ratu tidak diketahui. Pada tanggal 8 Juli 1174, Henri dan Aliénor naik kapal ke Inggris dari Barfleur. Begitu mereka tiba di Southampton, Aliénor mungkin dibawa ke Kastil Winchester atau Kastil Sarum dan ditahan disana.
Tahun-tahun Di Penjara 1173–1189
suntingAliénor dipenjara selama enam belas tahun, kebanyakan di berbagai lokasi di Inggris. Selama penahanannya, Aliénor menjadi terasing dengan anak-anaknya, terutama dengan Richard (yang selalu menjadi anak kesayangannya). Ia tidak memiliki kesempatan untuk melihat anak-anaknya selama berada dipenjara, meskipun ia dibebaskan untuk hari-hari raya istimewa seperti Natal. Sekitar empat mil dari Shrewsbury dan dekat dengan Biara Haughmond "Tempat tinggal Ratu Aliénor", sisa-sisa benteng segitiga yang diyakini telah menjadi salah satu penjaranya.
Henri kehilangan seorang wanita yang konon adalah cinta sejatinya, Rosamund Clifford pada tahun 1176. Mereka bertemu pada tahun 1166 dan mulai berselingkuh pada tahun 1173, yang merupakan upaya bercerai dari Aliénor. Peristiwa tersohor ini menyebabkan juru monkish menuliskan nama Rosamond ke dalam bahasa Latin sebagai "Rosa Immundi", atau "Rose yang Tercela". Raja memiliki banyak gundik, tetapi meskipun ia melakukan perzinahan sebelumnya secara diam-diam, ia memamerkan Rosamond. Ia mungkin melakukan hal tersebut untuk memprovokasi Aliénor untuk membatalkan pernikahan, tetapi ratu mengecewakannya. Namun, isu tersebut tetap bertahan, yang mungkin dibantu oleh kamp Henri bahwa Aliénor telah meracuni Rosamund. Dispekulasikan bahwa Aliénor menempatkan Rosamund di dalam sebuah bak mandi dan menyuruh seorang wanita tua untuk memotong lengan Rosamund.[19] Henri mendonasikan banyak uang kepada Biara Godstow, di mana Rosamund dimakamkan.
Pada tahun 1183, Raja muda Henri mencoba sekali lagi untuk mendesak ayahandanya untuk menyerahkan beberapa warisannya. Terlibat hutang dan menolak kendali Normandia, ia mencoba untuk menyergap ayahandanya di Limoges. Ia bergabung dengan pasukan yang dikirim oleh saudaranya Geoffroy dan Philippe II dari Prancis. Pasukan Henri II mengepung kota dan memaksa anaknya untuk melarikan diri. Setelah berkeliaran tanpa tujuan melalui Aquitaine, Henri muda terjangkit penyakit Disentri. Pada hari Sabtu tanggal 11 Juni 1183, raja muda sadar bahwa ia sekarat dan menyesali dosa-dosanya. Ketika cincin ayahandanya dikirmkan kepadanya, ia memohon kepada ayahandanya untuk mengampuni ibundanya, dan seluruh rekan-rekannya akan memohon dengan Henri untuk membebaskannya. Henri II mengirim Thomas dari Earley, Wakil Uskup Wells, untuk mengabarkan Aliénor di Sarum.[26] Aliénor konon bermimpi yang meramalkan kematian anaknya Henri. Pada tahun 1193 ia memberitahu Paus Selestinus III bahwa ia diderita oleh memorinya.
Raja Philippe II dari Prancis menyatakan bahwa beberapa properti tertentu di Normadia adalah milik saudari tirinya Marguerite, janda Henri muda, tetapi Henri bersikeras bahwa properti-properti tersebut adalah milik Aliénor dan akan mengembalikannya setelah kematian putranya. Atas alasan ini Aliénor ke Normandia pada akhir musim panas tahun 1183. Ia tinggal di Normandia selama enam bulan. Ini merupakan awal dari sebuah periode kebebasan yang lebih besar untuk tetap diawasi Aliénor. Aliénor kembali ke Inggris kemungkinan pada awal tahun 1184.[25] Selama beberapa tahun ke depan Aliénor sering bepergian dengan suaminya dan kadang-kadang dikaitkan dengannya di dalam pemerintahan kerajaan, tetapi masih memiliki kustodian sehingga ia tidak bebas.
Menjanda
suntingSetelah kematian suaminya Henri II pada tanggal 6 Juli 1189, Richard I adalah ahli waris tunggal. Salah satu tindakan pertamanya sebagai raja adalah mengirim William Marshal ke Inggris dengan perintah untuk membebaskan Aliénor dari penjara; setibanya disana ia menemukan bahwa kustodiannya telah membebaskannya.[27] Aliénor berkendara ke Westminster dan menerima sumpah kesetiaan dari banyak bangsawan dan pejabat gereja atas nama raja. Ia memerintah Inggris atas nama Richard, menyebut dirinya sendiri "Aliénor, dengan karunia Tuhan, Ratu Inggris". Pada tanggal 13 Agustus 1189, Richard berlayar dari Barfleur ke Portsmouth dan diterima dengan antusias. Aliénor memerintah Inggris sebagai wali ketika Richard pergi ke Perang Salib Ketiga. Kemudian, ketika Richard ditangkap, ia secara pribadi menegosiasikan tebusannya dengan pergi ke Jerman.
Aliénor hidup lebih lama daripada Richard dan hidup dengan baik di dalam pemerintahan putra bungsunya, Raja John. Pada tahun 1199, di dalam kondisi sebuah perjanjian di antara Raja Philippe II dan Raja John, disepakati bahwa ahli waris Philippe yang berusia dua belas tahun Louis akan menikah dengan salah satu keponakan perempuan John, putri-putri saudarinya Leonor dari Kastilia. John memerintahkan ibundanya untuk melakukan perjalanan ke Kastilia untuk memilih salah satu dari putri-putri tersebut. Aliénor yang sekarang berusia 77 tahun pergi dari Poitiers. Di luar kota Poitiers ia dicegat dan ditawan oleh Hugues IX dari Lusignan, yang hartanya telah dijual oleh nenek moyangnya dahulu kala sebelum ke Henri II. Aliénor menjamin kebebasannya dengan menyetujui tuntutannya. Ia melanjutkan perjalanannya ke selatan, menyeberangi Pirenia, dan melalui Kerajaan Navarra dan Kastilia, dan tiba di Kastilia sebelum akhir Januari 1200.
Raja Alfonso VIII dan putri Aliénor, Ratu Leonor dari Kastilia, memiliki dua orang putri yang masih belum menikah, Urraca dan Blanca. Aliénor memilih putri yang lebih muda, Blanca. Ia tinggal selama dua bulan di istana Kastilia, kemudian pada akhir Maret melakukan perjalanan dengan cucu perempuannya Blanca menyeberangi Pirenia. Ia merayakan hari raya Paskah di Bordeaux, di mana seorang pejuang terkenal bernama Mercadier datang ke istananya. Diputuskan bahwa ia akan mengiringi Ratu dan Putri ke utara. "Pada hari kedua di minggu Paskah, ia tewas terbunuh di dalam kota oleh seorang tentara di dalam pelayanan Brandin",[24] seorang kapten tentara bayaran saingan. Ratu yang telah berusia senja merasa terpukul akan tragedi itu dan tidak dapat melanjutkan ke Normandia. Ia dan Blanca berkendara di jalan yang mudah ke lembah Loire, dan ia mempercayakan Blanca kepada Uskup Agung Bordeaux yang mengambil alih sebagai pendampingnya. Aliénor kemudian pergi ke Fontevraud, di mana ia menetap. Pada awal musim panas, Aliénor jatuh sakit dan John mengunjunginya di Fontevraud.
Aliénor kembali jatuh sakit pada awal tahun 1201. Ketika perang terjadi di antara John dan Philippe, Aliénor mengumumkan dukungannya untuk John dan pergi dari Fontevraud ke ibu kotanya Poitiers untuk mencegah cucunya Arthur I dari Bretagne, putra almarhum putra Aliénor, Geoffroy dan saingan John atas takhta Inggris dari pengambil alihan kekuasaan. Arthur mengetahui keberadaannya dan mencegatnya di dalam Kastil Mirabeau. Ketika John mendengar kabar tersebut, ia berbaris ke selatan, mengalahkan para pengepungnya dan menangkap Arthur yang berusia lima belas tahun. Aliénor kemudian kembali ke Fontevraud di mana ia menjadi seorang biarawati.
Eleanor meninggal pada tahun 1204 dan dimakamkan di Biara Fontevraud disamping suaminya Henri dan putranya Richard. Patungnya menunjukkannya sedang membaca sebuah alkitab yang didekorasikan dengan perhiasan megah. Pada saat kematiannya ia telah hidup lebih lama daripada anak-anaknya kecuali Raja John dari Inggris dan Ratu Leonor dari Kastilia.
Penampilan
suntingSumber-sumber kontemporer memuji kecantikan Aliénor.[7] Meskipun di dalam era di mana para wanita bangsawan dipuji berlebihan, pujian mereka tidak diragukan ketulusannya. Ketika ia masih muda, ia digambarkan sebagai perpulchra – sangat cantik. Ketika ia berusia sekitar 30 tahun, Bernard dari Ventadour, troubadour yang terkenal menyebutnya "ramah, jelita mempersona," memujinya "bermata indah dan berhati mulia" dan menyatakan bahwa ia adalah seorang wanita yang "pantas untuk mahkota kerajaan manapun."[10][28][29] William dari Newburgh menekankan pesona dirinya, dan bahkan di usia senjanya, Richard dari Devizes menggambarkannya sebagai seorang wanita yang cantik, dan Matthew Paris, yang menulis pada abad ke-13 menyebutnya seorang wanita dengan "kecantikan luar biasa."
Akan tetapi, tidak ada sisa penjelasan yang lebih rinci mengenai Aliénor; warna rambut dan matanya contohnya tidak diketahui. Effigi di atas makamnya menunjukkan sebuah kerangka wanita yang tinggi dengan tulang besar dan berkulit coklat, meskipun hal ini mungkin tidak menjadi representasi yang akurat. Segelnya pada tahun 1152 menunjukkan seorang wanita dengan figur yang ramping, tetapi mungkin gambar itu impersonal.[7]
Kebudayaan Populer
suntingBuku dan Drama
suntingAliénor dan Henry merupakan pemeran utama di dalam permainan James Goldman The Lion in Winter, yang adalah yang dibuat ke dalam film yang dibintangi oleh Peter O'Toole dan Katharine Hepburn tahun 1968 (yang membuat Hepburn memenangkan Aktris Terbaik (Oscar) dan Aktris Terbaik (Golden Globe) - Drama dan dinominasikan untuk Golden Globe Award for Best Actress - Motion Picture Drama). Film itu dibuat kembali untuk televisi tahun 2003 dengan Patrick Stewart dan Glenn Close (di mana Close memenangkan Golden Globe Award for Best Performance by an Actress In A Mini-series or Motion Picture Made for Television dan dinominasikan untuk Primetime Emmy Award for Outstanding Lead Actress - Miniseries or a Movie).
Peran Aliénor di dalam permainan Becket, yang difilmkan pada tahun 1964 dengan Pamela Brown sebagai Aliénor, mengandung sejarah fiktif, yang diakui oleh penulis Jean Anouilh.
Pad tahun 2004, permainan seorang wanita Catherine Muschamp, Mother of the Pride, mengelilingi Inggris dengan Eileen Page di dalam peran judul. Tahun 2005, Chapelle Jaffe memainkan bagian yang sama di Toronto.
Karakter "Ratu Aliénor" muncul di dalam William Shakespeare King John, bersama dengan anggota-anggota keluarga. Di televisi, ia digambarkan di dalam permainan ini oleh Una Venning di dalam serial BBC Sunday Night Theatre (1952) dan oleh Mary Morris di dalam versi BBC Shakespeare (1984).
Ia menonjol di dalam novel-novel Sharon Kay Penman, When Christ And His Saints Slept, Time and Chance, dan Devil's Brood. Ia secara singkat muncul di Here Be Dragons. Penman juga menulis sebuah serial sejarah misteri di mana Aliénor, diusia senjanya mengirimkan seorang hamba tepercaya untuk mengungkapkan berbagai teka-teki. Judul-judulnya adalah The Queen's Man, Cruel as the Grave, Dragon's Lair, dan Prince of Darkness.
Eleanor berkaitan dengan Nicole des Jardins di dalam serial Arthur C. Clarke Rendezvous with Rama. Ia kerap dicatat sebagai peranan ideal untuk Nicole bersama dengan Joan of Arc.
Biografi Amy Ruth Kelly "Eleanor of Aquitaine and the Four Kings," dipublikasikan oleh Harvard Paperbacks memiliki reputasi yang cukup lama.
Jean Plaidy menulis tentangnya di beberapa novel. Courts of Love ditulis dari pandangan orang pertama di dalam Plaidy Queens of England series, dan di dalam The Plantagenet Saga, Aliénor dari Aquitaine diperankan di dalam The Plantagenet Prelude, Revolt of the Eaglets, The Heart of the Lion, dan Prince of Darkness.
Aliénor dari Aquitaine muncul di dalam sebuah buku di dalam serial The Royal Diaries, Eleanor: Crown Jewel of Aquitaine (2002) oleh Kristiana Gregory. Buku-buku di dalam serial itu ditulis sebagai diari fiktif seorang wanita bangsawan pada masa remaja mereka; Buku Aliénor dibuat di dalam tahun 1136.
Novel Cecelia Holland tahun 2010 The Secret Eleanor: A Novel of Eleanor of Aquitaine, diatur pada tahun 1151–1152, memusatkan hubungan Aliénor dengan saudarinya Pétronille; yang menceritakan pertemuan Aliénor dan Henry Plantagenet, pada awal percintaan mereka, Pembatalan pernikahan Aliénor kepada Louis VII, dan peranan penting Pétronille membantu saudarinya di dalam kejadian-kejadian tersebut, di dalam fiktif secret history sesuai dengan fakta hidup mereka yang diketahui.
Pada tahun 2013, Elizabeth Chadwick mempublikasikan pertama dan tiga buku yang diterbitkan mengenai kehidupan Aliénor, yang disebut The Summer Queen.
Aliénor merupakan satu dari empat wanita yang disebutkan di dalam buku Helen Castor "She-Wolves: The Women Who Ruled England Before Elizabeth" (Faber & Faber), dan dokumenter BBC "She-Wolves: England's Early Queens", yang dipersembahkan oleh Castor.
Film, radio dan televisi
suntingAliénor berperan di dalam sejumlah versi layar Ivanhoe dan kisah Robin Hood. Diperankan oleh Martita Hunt di dalam The Story of Robin Hood and His Merrie Men (1952), Jill Esmond di dalam serial petualangan TV Inggris The Adventures of Robin Hood (1955–1960), Phyllis Neilson-Terry di dalam serial petualangan TV Inggris Ivanhoe (1958), Yvonne Mitchell di dalam serial petualangan TV Inggris The Legend of Robin Hood (1975), Siân Phillips di dalam serial TV Ivanhoe (1997), dan Tusse Silberg di dalam serial TV The New Adventures of Robin Hood (1997). Ia digambarkan oleh Lynda Bellingham di dalam serial BBC Robin Hood. Baru-baru ini, ia digambarkan oleh Eileen Atkins di dalam Robin Hood (2010).
Di dalam sebuah film tahun 1964,"Becket" (1964), Aliénor dengan singkat diperankan oleh Pamela Brown dengan penampilan perdana Peter O'Toole sebagai Henry II muda.
Pada film tahun 1968 The Lion in Winter, Aliénor diperankan oleh Katharine Hepburn, dan Henry diperankan oleh Peter O'Toole. Film tersebut mengisahkan tentnag masalah hubungan mereka dan pertikaian ketiga putra mereka Richard, Geoffrey, dan John atas suksesi. Sebuah TV film tahun 2003 remake yang dibintangi oleh Glenn Close sebagai Aliénor dan Patrick Stewart sebagai Henry.
Ia juga diperankan oleh Mary Clare di dalam sebuah film bisu Becket (1923), yang berdasarkan sebuah permainan oleh Alfred Lord Tennyson, Prudence Hyman di dalam sebuah TV film serial anak-anak Richard the Lionheart (1962), dan Jane Lapotairedi dalam sebuah drama serial BBC The Devil's Crown (1978), yang mendramatisir pemerintahan Henry II, Richard I dan John.
Aliénor juga diperankan oleh Jane Lapotaire di dalam Mike Walker BBC Radio 4 serial Plantagenet (2010).
Di dalam sebuah film tahun 2010 `Robin Hood` yang dibintangi oleh Russell Crowe, Aliénor diperankan oleh Eileen Atkins.
Musik
suntingAliénor dan Rosamund Clifford, dan juga Henry II dan ayahanda Rosamund muncul di dalam opera Gaetano Donizetti Rosmonda d'Inghilterra dengan libretto olehFelice Romani, yang pertama kali muncul di Firenze, Teatro Pergola pada tanggal 27 Februari 1834. Sebuah rekaman yang dibuat oleh Opera Rara (1994), fitur Nelly Miricioiu sebagai Eleanor dan Renée Fleming sebagai Rosamund.
Silsilah
sunting
|
Leluhur
suntingKeturunan
suntingNama | Lahir | Wafat | Menikah |
---|---|---|---|
Dgn Louis VII dari Prancis (menikah 12 Juli 1137, dibatalkan 21 Maret 1152) | |||
Marie, Comtesse Champagne | 1145 | 11 Maret 1198 | menikah Henri I dari Champagne; memiliki keturunan |
Alix, Comtesse Blois | 1151 | 1198 | menikah Thibaut V dari Blois; memiliki keturunan |
Dgn Henry II dari Inggris (menikah 18 Mei 1152, menjanda 6 Juli 1189) | |||
Guillaume IX dari Poitiers | 17 Agustus 1153 | April 1156 | mati muda |
Henry dari Inggris | 28 Februari 1155 | 11 Juni 1183 | menikah Marguerite dari Prancis; tanpa keturunan. |
Matilda dari Inggris | Juni 1156 | 13 Juli 1189 | menikah Heinrich III dari Sachsen, Adipati Sachsen; memiliki keturunan |
Richard I dari Inggris | 8 September 1157 | 6 April 1199 | menikah Berenguela dari Navarra; tanpa keturunan |
Geoffroy II dari Bretagne | 23 September 1158 | 19 Agustus 1186 | menikah Konstanza dari Bretagne; tanpa keturunan |
Leonor, Ratu Kastilia | 13 Oktober 1162 | 31 Oktober 1214 | menikah Alfonso VIII dari Kastilia; memiliki keturunan |
Joan, Ratu Sisilia | Oktober 1165 | 4 September 1199 | menikah 1) Guglielmo II dari Sisilia 2) Raymond VI dari Toulouse; memiliki keturunan |
John dari Inggris | 27 Desember 1166 | 19 Oktober 1216 | menikah 1) Isabella, Comtesse Gloucester 2) Isabelle, Comtesse Angoulême; memiliki keturunan |
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ Meade, Marion. “Eleanor of Aquitaine: A Biography”. Penguin Books, 1977, p. 106
- ^ Meade, Marion. “Eleanor of Aquitaine: A Biography”. Penguin Books, 1977, p. 122
- ^ a b Marion Meade, Eleanor of Aquitaine: a biography, Penguin Books, 1977 Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "Meade" didefinisikan berulang dengan isi berbeda - ^ citation, Ralph Turner: Eleanor of Aquitaine p.28
- ^ citation Weir, Alison: Eleanor Of Aquitaine: A Life p.13
- ^ (Prancis) Biographie d'Aliénor d'Aquitaine
- ^ a b c d e f g h i Alison Weir, Eleanor of Aquitaine: A Life, Ballantine Books, 2001
- ^ Ros Horton, Sally Simmons; Women Who Changed the World; Quercus, 2007
- ^ Elizabeth Chadwick, [1], Eleanor of Aquitaine and the Brother Who Never Was
- ^ a b Alison Weir, Eleanor of Aquitaine: by the wrath of God, Queen of England, Jonathan Cape, 1999
- ^ a b c Fiona Swabey, Eleanor of Aquitaine, Courtly Love, and the Troubadours, Greenwood Publishing Group, 2004
- ^ Amy Ruth Kelly, Eleanor of Aquitaine and the four kings, Harvard University Press, 1978
- ^ citation Weir, Alison: Eleanor of Aquitaine: A Life p. 25
- ^ a b c Bonnie Wheeler, John Carmi Parsons; Eleanor of Aquitaine: Lord and Lady; Palgrave Macmillan, 2003
- ^ Meade, Marion (2002). Eleanor of Aquitaine. Phoenix Press. hlm. 51.
...[Adelaide] perhaps [based] her preconceptions on another southerner, Constance of Provence...tales of her allegedly immodest dress and language still continued to circulate amongst the sober Franks.
- ^ Meade, Marion: Eleanor of Aquitaine: A Biography, page 100, Hawthorn Books, 1977
- ^ Natasha Hodgson, Women, Crusading and the Holy Land in Historical Narrative (Boydell, 2007) 131–134 on Eleanor's 'adultery
- ^ Revisiting Monarchy: Women and the Prospects for Power
- ^ a b Some Legends Concerning Eleanor of Aquitaine
- ^ Chronique de Touraine
- ^ Martin Aurell, The Plantagenet empire, 1154–1224, Pearson Education, 2007
- ^ Weir, Alison, Eleanor of Aquitaine: A Life, pages 154–155, Ballantine Books, 1999
- ^ William of Newburgh, Book II, Chapter 7
- ^ a b Roger of Hoveden
- ^ a b Eleanor of Aquitaine. Alison Weir 1999
- ^ Ms. S. Berry, Senior Archivist at the Somerset Archive and Record Service, identified this "archdeacon of Wells" as Thomas of Earley, noting his family ties to Henry II and the Earleys' philanthropies (Power of a Woman, ch. 33, and endnote 40).
- ^ Eleanor of Aquitaine. Alison Weir 1999.
- ^ Nancy Plain, Eleanor of Aquitaine and the High Middle Ages, Marshall Cavendish, 2005
- ^ Mark Turnham Elvins, Mark of Whitstable, Mark of Whistable Staff; Gospel Chivalry: Franciscan Romanticism; Marshall Cavendish, 2005
- Eleanor of Aquitaine: Queen of France, Queen of England, Ralph V. Turner (2009)
- Eleanor of Aquitaine: Lord and Lady, John Carmi Parsons & Bonnie Wheeler (2002)
- Queen Eleanor: Independent Spirit of the Medieval World, Polly Schover Brooks (1983) (for young readers)
- Eleanor of Aquitaine: A Biography, Marion Meade (1977)
- Eleanor of Aquitaine and the Four Kings, Amy Kelly (1950)
- Eleanor of Aquitaine: The Mother Queen, Desmond Seward (1978)
- Eleanor of Aquitaine: A Life, Alison Weir (1999)
- (Prancis) Le lit d'Aliénor, Mireille Calmel (2001)
- The Royal Diaries, Eleanor Crown Jewel of Aquitaine, Kristiana Gregory (2002)
- Women of the Twelfth Century, Volume 1: Eleanor of Aquitaine and Six Others, Georges Duby
- A Proud Taste For Scarlet and Miniver, E. L. Konigsburg (1973)
- The Book of Eleanor: A Novel of Eleanor of Aquitaine, Pamela Kaufman (2002)
- The Young Lion, Blanche d'Alpuget (2013)
- The Courts of Love, Jean Plaidy (1987)
- Power of a Woman. Memoirs of a turbulent life: Eleanor of Aquitaine, Robert Fripp (2006)
- The Origin and Meaning of Courtly Love: A Critical Study of European Scholarship, Roger Boase (1977), Manchester University Press
- Duchess of Aquitaine, Margaret Ball (2006), St. Martin's Press
- The Queen's Pawn, Christy English (2010), New American Library
- Eleanor of Aquitaine - The Young Life: Alienor, Mark Richard Beaulieu (2012)
- Eleanor of Aquitaine - The Journey East: Helienordis", Mark Richard Beaulieu (2012)
- Eleanor of Aquitaine, Curtis Howe Walker (1950)
- Eleanor of Aquitaine, Regine Pernoud, Collins; 1st ed. edition (1967)
- Eleonore van Aquitanië 1122-1204, een bijzondere vrouw in het zomertij der middeleeuwen, Guus Pikkemaat, Aspekt BV (2011) (in Dutch)
- "Revisiting Monarchy: Women and the Prospects for Power," Katherine Crawford (2012)
- "Some Legends Concerning Eleanor of Aquitaine," Frank McMinn Chambers (1941)
Pranala luar
sunting- The Eleanor Vase preserved at the Louvre
- RoyaList Online interactive family tree Diarsipkan 2009-01-05 di Wayback Machine. (en)
Aliénor dari Aquitaine Lahir: 1124 Meninggal: 1 April 1204
| ||
Bangsawan Prancis | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Guillaume X/VIII |
Adipati Wanita Aquitaine 9 April 1137 – 1 April 1204 bersama dengan Louis Muda (1137–1152) Henry Curtmantle (1152–1189) Richard I dari Inggris (1189–1199) John Lackland (1199–1204) |
Diteruskan oleh: John Lackland |
Comtesse Poitiers 9 April 1137 – skt. 1153 bersama dengan Louis Muda (1137–1152) Henry Curtmantle (1152–1153) |
Diteruskan oleh: Guillaume IX | |
Prancis | ||
Didahului oleh: Adelaide dari Maurienne |
Ratu Franka 12 Juli 1137 – Maret 1152 Menjabat bersama dengan: Adelaide dari Maurienne (25 Juli – 1 Agustus 1137) |
Lowong Selanjutnya dijabat oleh Constanza dari Kastilia
|
Inggris | ||
Lowong Terakhir dijabat oleh Maud dari Boulogne
|
Ratu Inggris 25 Oktober 1154 – 6 Juli 1189 Menjabat bersama dengan: Marguerite dari Prancis (1172–1183) |
Lowong Selanjutnya dijabat oleh Berenguela dari Navarra
|
Templat:Daftar Permaisuri Prancis Templat:Daftar Permaisuri Inggris