Permaisuri
Permaisuri adalah gelar bagi istri dari penguasa monarki pria (raja, maharaja, sultan, atau kaisar). Dalam monarki yang menganut sistem poligami, permaisuri merujuk pada istri utama dari penguasa monarki pria. Meskipun demikian, tidak setiap istri seorang penguasa monarki langsung mendapat gelar permaisuri secara otomatis. Hal ini lantaran perbedaan hukum dan adat yang berlaku di tiap daerah.
Gelar lain yang juga memiliki makna hampir sama dengan permaisuri adalah ratu.
Etimologi
suntingKata permaisuri diturunkan dari bahasa Tamil பரமேஸ்வரி (paramēsvari), dari bahasa Sansekerta परमेश्वरी (parameśvarī) yang bermakna "wanita tertinggi."
Penggunaan
suntingMelayu
suntingDalam kebudayaan Melayu (Indonesia, Malaysia, dan sekitarnya), gelar permaisuri digunakan untuk merujuk pada istri utama penguasa monarki pria, baik raja maupun sultan. Sebagaimana kedudukan permaisuri yang lebih tinggi dari pasangan raja yang lain, anak-anak raja dan permaisuri juga memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari anak-anak dari pasangan raja yang lain. Hal ini menjadikan putra-putra permaisuri biasanya didahulukan untuk menjadi pewaris tahta.
Di Brunei Darussalam dan sebagian negara bagian di Malaysia, gelar permaisuri tidak dipergunakan lagi secara resmi dan digantikan oleh gelar lain, seperti "raja isteri" dan "raja perempuan."
Asia Timur
suntingSebagaimana di kebudayaan Melayu, monarki di Asia Timur juga memiliki kedudukan yang dapat disejajarkan dengan permaisuri. Dikarenakan kaisar lebih tinggi kedudukannya dari raja, permaisuri kaisar juga berkedudukan lebih tinggi dari permaisuri raja. Gelar untuk permaisuri raja ditulis dengan dua huruf Tiongkok 王妃 dan dibaca ōhi di Jepang dan wangbi di Korea, sedangkan gelar untuk permaisuri kaisar ditulis dengan huruf 皇后 dan dibaca huánghòu dalam bahasa Tionghoa, hwanghu dalam bahasa Korea, dan kōgō dalam bahasa Jepang. Permaisuri tidak hanya bertindak sebagai istri utama raja atau kaisar, tetapi juga sebagai Ibu Negara (國母, Guómǔ).
Hampir semua dinasti penguasa di Tiongkok mensyaratkan kedudukan permaisuri hanya diisi oleh satu orang, kecuali pada masa Dinasti Yuan dan pada masa Kaisar Xuan dari Dinasti Zhou Utara. Sebagaimana di Tiongkok, posisi permaisuri di Korea juga hanya dapat diisi satu orang dalam satu waktu. Pada awalnya, seorang selir dapat naik tingkat menjadi permaisuri saat posisi permaisuri kosong. Namun mulai tahun 1701, dikeluarkan keputusan untuk melarang para selir naik menjadi permaisuri raja. Pada tahun 1897, Raja Gojong menyatakan dirinya sebagai kaisar dan mengubah Kerajaan Joseon menjadi sebuah kekaisaran yang berumur singkat, yakni hanya sampai tahun 1910. Pada masa itu, Sunjeong merupakan satu-satunya wanita yang menjadi permaisuri kaisar secara resmi saat masih hidup. Wanita lain dianugerahi gelar permaisuri kaisar secara anumerta.
Di Jepang, seorang kaisar hanya dapat memiliki satu permaisuri sampai pada zaman Heian. Setelahnya, kaisar dapat memiliki dua permaisuri, satu permaisuri bergelar kōgō, sedangkan yang lain bergelar chūgū (中宮). Larangan berpoligami mulai diperkenalkan pada masa Restorasi Meiji, menjadikan Kaisar Meiji sebagai kaisar terakhir yang memiliki lebih dari satu istri.
Eropa
suntingDi Eropa, gelar kebangsawanan memiliki bentuk pria dan wanita, seperti gelar bahasa Inggris "prince–princess", "king–queen", dan "emperor–empress". Dalam konteks penguasa monarki, biasanya seorang permaisuri menyandang gelar yang sama sebagaimana pemimpin monarki wanita. Di Inggris Raya, gelar queen dapat digunakan untuk penguasa monarki wanita (contoh: Elizabeth II) dan permaisuri raja (contoh: Elizabeth Boweys-Lyon).
Biasanya istri seorang raja akan dimahkotai sebagai permaisuri. Namun wacana terhangat di Inggris Raya terkait pewarisan tahta adalah terkait kedudukan Camilla, istri Pangeran Charles. Beberapa pihak menyatakan bahwa saat Charles naik tahta sebagai raja, Camilla tidak akan menerima gelar queen sebagai para permaisuri sebelumnya, tetapi akan menyandang gelar princess consort atau setara dengan putri.
Timur Tengah
suntingKedudukan istri penguasa monarki pria di Timur Tengah bermacam-macam, tergantung adat dan hukum di tiap negara. Arab Saudi tidak memberikan gelar resmi yang dapat disepadankan dengan permaisuri bagi istri-istri Raja Saudi. Di Yordania, istri raja dianugerahi gelar malikah (ملكة) dan gelar ini juga dapat digunakan oleh seorang ratu dalam konteks seorang penguasa monarki. Di Maroko, permaisuri raja dianugerahi gelar amirah (أميرة), gelar yang sama dengan yang disandang oleh putri.
Pada masa Mesir Kuno, istri utama dari firaun pria bergelar ḥmt nswt wrt, yang dapat disejajarkan dengan permaisuri. Pada masa Kekaisaran Utsmani, pada umumnya para pasangan sultan memiliki kedudukan yang cenderung setara. Namun pada abad keenam belas, pasangan utama sultan dianugerahi gelar haseki sultan, gelar yang dapat disejajarkan dengan permaisuri.[1] Pemegang gelar ini memiliki tingkat superioritas yang jauh mengungguli pasangan sultan yang lain, terlihat dari perbandingan pendapatan berkala yang diperoleh. Awalnya gelar ini hanya disandang satu orang saja di tiap masa, tetapi lama-kelamaan gelar ini disandang banyak wanita dalam satu masa, dan kemudian tidak lagi digunakan pada abad kedelapan belas. Setelah tidak digunakannya kembali gelar haseki sultan, kedudukan para pasangan sultan kembali cenderung setara tanpa perbedaan status yang mencolok.
Daftar permaisuri sekarang
suntingIndonesia
suntingDi Indonesia, monarki setingkat kerajaan yang masih memiliki wilayah kekuasaan adalah Kesultanan Yogyakarta, sedangkan yang lain hanya berperan sebatas lambang kebudayaan semata.
Gambar | Nama | Lahir | Menikah | Menjadi Permaisuri | Suami |
---|---|---|---|---|---|
Hemas (Tatiek Dradjad Supriastuti) | 31 Oktober 1952 Jakarta Selatan, Indonesia |
1968 | 7 Maret 1989 | Sultan HB X |
Asia
suntingGambar | Nama | Monarki | Lahir | Menikah | Menjadi Permaisuri | Suami |
---|---|---|---|---|---|---|
Saleha | Brunei Darussalam | 7 Oktober 1946 Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam |
29 Juli 1965 | 4 Oktober 1967 | Sultan Hassanal Bolkiah | |
Rania (رانيا ) |
Kerajaan Hasyimiyah Yordania | 31 Agustus 1970, Kota Kuwait, Kuwait | 10 Juni 1993 | 7 Februari 1999 | Raja Abdullah II | |
Jetsun Pema (རྗེ་བཙུན་པདྨ་) |
Kerajaan Bhutan | 4 Juni 1990 Thimphu, Bhutan |
13 Oktober 2011 | Raja Jigme Khesar Namgyel Wangchuck | ||
Azizah Aminah Maimunah Iskandariah | Persekutuan Malaysia Pahang |
5 Agustus 1960 Johor |
6 Maret 1986 | 31 Januari 2019 | Yang di-Pertuan Agong Sultan Abdullah | |
Owada Masako (小和田雅子) |
Jepang | 9 Desember 1963 Tokyo, Jepang |
9 June 1993 | 1 Mei 2019 | Kaisar Naruhito | |
Suthida Tidjai (สุทิดา ติดใจ) |
Thailand | 3 Juni 1978 Songkhla, Thailand |
1 Mei 2019 | Raja Rama X |
Afrika
suntingGambar | Nama | Monarki | Lahir | Menikah | Menjadi Permaisuri | Suami |
---|---|---|---|---|---|---|
'Masenate Mohato Seeiso | Kerajaan Lesotho | 2 Juni 1976 Mapoteng, Lesotho |
18 Februari 2000 | Raja Letsie III | ||
Salma Bennani | Kerajaan Maroko | 10 Mei 1978 Fez, Maroko |
12 Oktober 2001 | 21 Maret 2002 | Raja Muhammad VI |
Eropa
suntingGambar | Nama | Monarki | Lahir | Menikah | Menjadi Permaisuri | Suami |
---|---|---|---|---|---|---|
Silvia Renate Sommerlath | Kerajaan Swedia | 23 Desember 1943 Heidelberg, Jerman |
19 Juni 1976 | Raja Carl XVI Gustaf | ||
Sonja Haraldsen | Kerajaan Norwegia | 4 Juli 1937 Oslo, Norwegia |
29 Agustus 1968 | 17 Januari 1991 | Raja Harald V | |
Máxima Zorreguieta Cerruti | Belanda | 17 Mei 1971 Buenos Aires, Argentina |
2 Februari 2002 | 30 April 2013 | Raja Willem-Alexander | |
Mathilde Marie Christiane Ghislaine d'Udekem d'Acoz | Belgia | 20 Januari 1973 Uccle, Belgia |
4 Desember 1999 | 21 Juli 2013 | Raja Philippe | |
Letizia Ortiz Rocasolano | Kerajaan Spanyol | 15 September 1972 Asturias, Spanyol |
22 Mei 2004 | 19 Juni 2014 | Raja Felipe VI | |
Camilla Rosemary Shand | Britania Raya dan Alam Persemakmuran lainnya | 17 Juli 1947 London |
2005 | 8 September 2022 | Raja Charles III |
Oseania
suntingGambar | Nama | Monarki | Lahir | Menikah | Menjadi Permaisuri | Suami |
---|---|---|---|---|---|---|
Nanasipauʻu Vaea | Kerajaan Tonga | 8 Maret 1954 Nukuʻalofa, Tonga |
11 Desember 1982 | 18 Maret 2012 | Raja Tupou VI |
Catatan kaki
sunting- ^ Peirce, Leslie P. (1993). The Imperial Harem: Women and Sovereignty in the Ottoman Empire. New York: Oxford University Press. ISBN 0-19-508677-5.
Pranala luar
sunting- Nussbaum, Louis-Frédéric and Käthe Roth. (2005). Japan encyclopedia. Cambridge: Harvard University Press. 10-ISBN 0-674-01753-6; 13-ISBN 978-0-674-01753-5; OCLC 58053128