Daging anjing berdasarkan surat edaran No. 9874/SE/pk.420/F/09/2018 oleh Kementrian Pertanian, tidak termasuk dalam kategori pangan, sehingga penjualannya dibatasi.[2] Perdagangan daging anjing juga sudah dilarang oleh beberapa pemerintah-pemerintah daerah seperti lewat aturan Instruksi Kepala DKPKP DKI Nomor 26 Tahun 2018 di Provinsi DKI Jakarta.[3] Tetapi anjing masih diternakkan dan disembelih sebagai sumber protein di beberapa tempat di dunia. Di negara-negara yang menyayangi anjing sebagai hewan peliharaan, memakan daging anjing merupakan tindakan tabu dan melawan kebiasaan sehingga konsumsi daging anjing biasa mendapat kecaman keras.[butuh rujukan] Daging anjing juga dapat membahayakan kesehatan, salah satunya dikarenakan oleh resiko terkena rabies pada saat memotong anjing atau kucing yang tidak mendapatkan vaksin. Selain rabies, daging anjing juga rawan bakteri dan parasit, seperti Trichinellosis, yang bisa ditemukan pada daging mentah atau yang kurang matang,[4] bisa menyebabkan peradangan pembuluh darah yang jika tidak diobati dapat berakibat fatal.[5] Beberapa patogen lain yang bisa mengkontaminasi daging anjing adalah Escherichia coli, Salmonella, Antraks, Brucella, Virus hepatitis, dan Leptospira.[6]

Masakan daging anjing dari Hanoi, Vietnam.
Warga Cowa, Balibo, Timor Leste sedang memanggang daging anjing (k. 1968-1970).
Daging anjing
Daging anjing yang sudah dipotong-potong
Nilai nutrisi per 100 g (3,5 oz)
Energi1.096 kJ (262 kcal)
0.1 g
Serat pangan0 g
20.2 g
19 g
VitaminKuantitas
%AKG
Vitamin A equiv.
0%
3.6 μg
Tiamina (B1)
10%
0.12 mg
Riboflavin (B2)
15%
0.18 mg
Niasin (B3)
13%
1.9 mg
Vitamin C
4%
3 mg
MineralKuantitas
%AKG
Kalsium
1%
8 mg
Zat besi
22%
2.8 mg
Fosfor
24%
168 mg
Potasium
6%
270 mg
Sodium
5%
72 mg
Komponen lainnyaKuantitas
Air60.1 g
Kolesterol44.4 mg
Ash0.8 g
Persen AKG berdasarkan rekomendasi Amerika Serikat untuk orang dewasa.
Sumber: Yong-Geun Ann (1999)[1]

Di beberapa daerah di Indonesia, daging anjing masih disantap sebagai sumber protein baik secara terang-terangan maupun diam-diam. Di Manado dan Minahasa, daging anjing dikenal dengan istilah RW (dibaca: erwe), singkatan dari rintek wuuk (bahasa Manado: "bulu halus"), suatu eufemisme untuk anjing.[7][8] Masakan Batak mengenal masakan daging anjing yang diberi kode B1, dari kata biang (bahasa Batak: "anjing"),[8] meskipun bukan makanan terpopuler dalam kuliner Tapanuli. Di beberapa kota di Jawa seperti Solo dan Yogyakarta, sate daging anjing disamarkan dengan sebutan "sate jamu";[9] sedangkan sebutan tongseng daging anjing adalah sengsu, singkatan dari tongseng asu (bahasa Jawa: "tongseng anjing").[10]

Komedian asal Inggris, Ricky Gervais, artis Sophia Latjuba, dan selebriti lainnya telah menjadi juru bicara Dog Meat Free Indonesia untuk menghentikan perdagangan daging anjing di Indonesia.[11] Presiden Korea Selatan, Moon Jae-In, mengajukan wacana untuk melarang konsumsi daging anjing dalam pemilihan presiden 2022.[12] Shenzhen menjadi kota pertama di Cina yang melarang konsumsi daging anjing, dan Kementrian Pertanian Cina telah menyusun kebijakan untuk melarang konsumsi daging anjing.[13]

Lihat pula

sunting

Rujukan

sunting
  1. ^ Ann Yong-Geun "Dog Meat Foods in Korea" Diarsipkan 7 October 2007 di Wikiwix, Bosintang (in 100g, raw meat), Korean Journal of Food and Nutrition 12(4) 397 – 408 (1999).
  2. ^ "Wacana larangan konsumsi daging anjing masuk dalam topik Pilpres Korsel, bagaimana dengan di Indonesia?". BBC News Indonesia. 2021-09-28. Diakses tanggal 2021-12-19. 
  3. ^ developer, mediaindonesia com (2021-09-13). "DKI Pastikan Larangan Penjualan Daging Anjing di Pasar". Media Indonesia. Diakses tanggal 2021-12-19. 
  4. ^ "Trichinellosis". CDC. 2018-05-09. Diakses tanggal 2024-01-10. 
  5. ^ "Bahaya Mengonsumsi Daging Anjing untuk Kesehatan". CNN Indonesia. Diakses tanggal 2021-12-19. 
  6. ^ Anggraini, Ariska Puspita (2019-12-05). Hardiyanto, Sari, ed. "3 Efek Samping Mengonsumsi Daging Anjing". Kompas.com. Diakses tanggal 2021-12-19. 
  7. ^ Gall, Timothy L. (2009). Worldmark encyclopedia of cultures and daily life, Gale, ISBN 1-4144-4882-1, 9781414448824. Hlm. 653.
  8. ^ a b Lonely Planet, Ryan Ver Berkmoes, Celeste Brash, Muhammad Cohen, Mark Elliott, Guyan Mitra, John Noble, Adam Skolnick, Iain Stewart, Steve Waters (2010). Lonely Planet Indonesia, Lonely Planet, ISBN 1-74220-348-5, 9781742203485. Hlm. 80.
  9. ^ 80 Ekor Anjing Terjaring Operasi Subuh[pranala nonaktif permanen], edisi Kamis, 17 Oktober 2002, ©1996 Suara Merdeka. Diakses 26 Juli 2013.
  10. ^ Apriyantono, Anton, Nurbowo (2003). Panduan Belanja dan Konsumsi Halal, Khairul Bayaan. Hlm. 126.
  11. ^ "Dog Meat Free Indonesia | Take Action Now". Dog Meat Free Indonesia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-19. 
  12. ^ "South Korea's president mulls dog meat ban as consumption dwindles". BBC News (dalam bahasa Inggris). 2021-09-27. Diakses tanggal 2021-12-19. 
  13. ^ "China signals end to dog meat consumption by humans". the Guardian (dalam bahasa Inggris). 2020-04-09. Diakses tanggal 2021-12-19. 

Bacaan lebih lanjut

sunting
  • Kim, Rakhyun E. (2008). "Dog Meat in Korea: A Socio-Legal Challenge". Animal Law. 14 (2): 201–236. SSRN 1325574 . 
  • Colting, Fredrik (2005-07-10). Magnus Andersson Gadd, ed. The Pet Cookbook: Have your best Friend for dinner. Canada: Nicotext. ISBN 91-974883-4-8. 
  • Yong-Geun Ann, Ph.D. Dog Meat (dalam bahasa Korean and English). Hyoil Book Publishing Company. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-22. Diakses tanggal 2014-03-23.  (contains some recipes)
  • Dressler, Uwe (2003-05-01). Der Kalte Hund (dalam bahasa German). Dresden: IBIS-Ed. ISBN 3-8330-0650-1. 

Pranala luar

sunting