Bhanubandhu Yugala
Mayor Jenderal Laksamana Muda Marsekal Muda Yang Amat Mulia Pangeran Bhanubandhu Yugala (bahasa Thai: พระเจ้าวรวงศ์เธอ พระองค์เจ้าภาณุพันธุ์ยุคล, lahir 27 November 1910 di Provinsi Songkhla, Thailand, meninggal 5 Februari 1995 di Bangkok)[2] merupakan seorang sutradara film, produser dan penulis skenario, penulis naskah, komposer dan pengarang Thailand.
Bhanubandhu Yugala ภาณุพันธุ์ยุคล | |||||
---|---|---|---|---|---|
Yang Amat Mulia Pangeran Bhanubandhu Yugala | |||||
Kelahiran | Phra Chao Voravongse Ther Phra Ong Chao Bhanubandhu Yugala 27 November 1910 Songkhla, Siam | ||||
Kematian | 5 Februari 1995 Bangkok, Thailand | (umur 84)||||
Pasangan |
| ||||
Keturunan |
| ||||
| |||||
Wangsa | Wangsa Yugala Dinasti Chakri | ||||
Ayah | Yugala Dighambara, Pangeran Lopburi | ||||
Ibu | Putri Chalermkhetra Mangala | ||||
Agama | Buddha Theravada | ||||
Tanda tangan | |||||
Direktur Universitas Seni Rupa Thailand | |||||
Masa jabatan 1949–1951 | |||||
Pengganti Profesor Luang Ronnasidh Bichai |
Bhanubandhu Yugala | |
---|---|
Pengabdian | Thailand |
Dinas/cabang | Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand |
Pangkat | Mayor Jenderal Laksamana Muda Marsekal Muda[1] |
Gelar bangsawan untuk Pangeran Bhanubandhu Yugala dari Thailand | |
---|---|
Gaya referensi | Yang Amat Mulia |
Gaya penyebutan | Paduka Baginda |
Gaya alternatif | Phra Ong Chao |
Ia adalah cucu Raja Chulalongkorn, kakek dari pihak ibu Putri Soamsawali Kitiyakara, dan paman dari Pangeran Chatrichalerm Yukol. Nama panggilannya adalah Sadet Phra Ong Chaiyai.
Biodata
suntingKehidupan awal dan karier
suntingPangeran Bhanubandhu adalah anak tertua dari tiga bersaudara dari Pangeran Yugala Dighambara dan Putri Chalermkhet Mangala. Ia adalah cucu Raja Chulalongkorn. Ia menempuh pendidikan di Thailand di Sekolah Thepsirin, dan kemudian di Prancis. Ia juga tinggal di luar negeri di masa mudanya di Inggris dan Amerika Serikat. Di usia 20-an, ia kembali ke Thailand dan mendaftar di divisi kavaleri Angkatan Darat Kerajaan Thailand. Saat di ketentaraan, ia belajar membuat film di waktu luangnya.
Pada tahun 1936, adik bungsu Pangeran Bhanubandhu, Pangeran Anusorn Mongkolkarn, mendirikan Lavoe Motion Pictures, dan memproduksi film pertamanya, Naam Yok Ok (Duri di Sisimu). Pangeran Bhanubandhu mendirikan perusahaannya sendiri, Thai Film Company, pada tahun 1938, pertama-tama memproduksi film, Tharn Fai Kao (Api Tua). Empat film lainnya menyusul: Wan Phen, Mae Sue Sao (Pencari Jodoh), Pid Thong Lang Phru dan Look Thung (Orang-orang). Perusahaan tersebut dibubarkan selama Perang Dunia II, dengan aset-asetnya dijual kepada Angkatan Udara Kerajaan Thailand. Sejarawan film percaya bahwa film-film tersebut dihancurkan selama perang.[2][3]
Tahun-tahun pasca perang
suntingSetelah perang berakhir, Bhanubandhu membentuk perusahaan produksi baru, Assawin Pictures. Di antara karya-karyanya adalah Phantay Norasingh (Pendayung Norasingh), yang didasarkan pada drama yang ditulisnya pada tahun 1942. Untuk versi filmnya, ia mempekerjakan seorang sinematografer pemula saat itu, Rattana Pestonji .
Film lain karya Bhanubandhu didasarkan pada legenda Raja Naresuan yang Agung.
Pangeran Bhanubandhu mendorong inovasi dalam industri film Thailand, sering menghabiskan kekayaan keluarganya untuk membeli peralatan bagi sutradara miskin. Ia mendorong penggunaan film 35 mm daripada film 16 mm, yang merupakan standar industri di Thailand.
Ia memproduksi film Thailand pertama di CinemaScope, Ruen Phae (Raft Home), sebuah produksi bersama dengan Shaw Brothers Studio.
Pangeran Bhanubandhu juga menggubah musik untuk film-filmnya. Salah satu lagunya dari Tharn Fai Kao tahun 1938, dipilih pada tahun 1979 oleh UNESCO sebagai "Lagu Asia".[3]
"Itu semacam hobi yang profesional," kata sang pangeran tentang pekerjaannya dalam sebuah wawancara dengan majalah Di-Chan. "Saya bisa melakukannya jauh lebih baik daripada seorang profesional. Saya mengerjakan semuanya sendiri, mulai dari menyusun cerita, menulis naskah, dan merekam film, hingga mengedit semuanya. Itu pekerjaan yang melelahkan, tetapi saya adalah tipe orang yang bertekad untuk melakukan sesuatu hingga selesai dan dalam kondisi terbaik."[2]
Anak
suntingNama | Lahir | Meninggal | Ibu | Pasangan | Anak |
---|---|---|---|---|---|
(sebelumnya Yang Mulia) Putri Bandhusawali Kitiyakara (née Yugala) | 24 September 1933 | Mom Laung Soiraya Yugala (née Sanidvongs) |
Mom Rajawongse Adulakit Kitiyakara | Soamsawali, Putri Suddhanarinatha Mom Laung Saralee Kitiyakara | |
Yang Mulia Pangeran Bhuribandhu Yugala | 7 November 1934 | 20 April 2014 | Bunlom Thanavorn (née Nartraku) |
Che' Puan Nitima Yugala Na Ayudya (née Yonpeam) |
Mom Rajawongse Akkarin Yugala Mom Rajawongse Thakkin Yugala |
Yang Mulia Pangeran Thitibandhu Yugala | 11 Oktober 1935 | 27 Agustus 1995 | Mom Laung Soiraya Yugala (née Sanidvongs) |
Bhornbajara Dhammasen Wasana Tavarangkul (née Faikuea) Chotika Kwanthiti (née Rod-on) |
Mom Rajawongse Nipanopdara Yugala Mom Rajawongse Julrangsi Yugala Mom Rajawongse Sutthiphat Yugala |
(sebelumnya Yang Mulia) Putri Rangsinobhadol Yugala | 2 Oktober 1937 | 6 Juli 2017 | Mom Laung Tuang Sanidvongs Wichien Trakulsin |
Saifon Chatchakul (née Sanidvongs Na Ayudhya) Dulasit Sanidvongs Na Ayudhya Rangsidol Sanidvongs Na Ayudhya Trak Sanidvongs Na Ayudhya | |
Yang Mulia Pangeran Nawaphansa Yugala | 1 Januari 1978 | Che' Puan Chailai Yugala Na Ayudhya (née Thavorn) |
Che' Puan Anvida Yugala Na Ayudhya (née Sangasilp) |
Mom Rajawongse Parima Yugala Mom Rajawongse Napapim Yugala | |
(sebelumnya Yang Mulia) Putri Bhanuma Yugala | 20 Juni 1981 | Meth Pipitpoka | Yajai Pipitpoka Prem Pipitpoka |