Rumpun bahasa Kra–Dai

rumpun bahasa di Asia Tenggara daratan
(Dialihkan dari Bahasa Tai–Kadai)


Rumpun bahasa Kra–Dai atau disebut juga Kra-Dai, Daik, atau Kadai adalah rumpun bahasa yang dituturkan di Tiongkok selatan, timur laut India, dan Asia Tenggara. Bahasa resmi negara yang termasuk kelompok ini adalah bahasa Thai dan Laos yang menjadi bahasa resmi di Thailand dan Laos. Situs Ethnologue mencatat ada 95 bahasa yang termasuk ke dalam kelompok ini, dengan 62 di antaranya merupakan bagian dari rumpun bahasa Tai.[3]

Kra–Dai
Kra–Dai, Daik, Kadai
WilayahTiongkok selatan, Hainan,
Indochina, India Timur Laut
Penutur
Bentuk awal
Kode bahasa
ISO 639-2tai
ISO 639-3
Status pemertahanan
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
ICHEL Red Book: Definitely Endangered
Kra–Dai diklasifikasikan sebagai bahasa terancam punah (DE) pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan
Referensi: [1][2]
Lokasi penuturan
Persebaran bahasa-bahasa anggota Kra–Dai.

 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Tingkat keragaman rumpun bahasa Kra–Dai yang tinggi di Tiongkok selatan menunjukkan bahwa rumpun bahasa ini berasal dari daerah selatan Tiongkok. Salah satu cabangnya, yaitu rumpun bahasa Tai, baru berpindah ke Asia Tenggara sekitar tahun 1000 M.

Berkas:Gerner Kra–Dai migration route.png
Jalur migrasi Kra–Dai menurut Matthias Gerner di bukunya berjudul Northeast to Southwest Hypothesis.[4]

James R. Chamberlain (2016) mengusulkan bahwa rumpun bahasa Kra–Dai terbentuk pada awal abad ke-12 SM di tengah lembah sungai Yangtze, bertepatan kira-kira dengan pembentukan kerajaan Chu dan awal dinasti Zhou.[5] Tingginya keragaman bahasa-bahasa Kra–Dai di Tiongkok Selatan menunjukkan asal mula rumpun bahasa Kra–Dai di. Cabang Tai kemudian bermigrasi selatan ke Asia Tenggara pada tahun 1000 M. Analisis genetika dan linguistik menunjukkan homogenitas besar antara orang-orang berbahasa Kra–Dai di Thailand.[6]

Meskipun posisi Kra–Dai dalam kaitannya dengan Austronesia masih diperdebatkan, beberapa pihak berpendapat bahwa Kra–Dai dan Austronesia terhubung secara genetika. Weera Ostapirat (2005) menetapkan serangkaian gugusan fonetik reguler di antara mereka, dengan asumsi model perpecahan utama di antara keduanya.[7] Weera Ostapirat (2013) terus mempertahankan bahwa Kra–Dai dan Austronesia adalah bahasa saudara, berdasarkan beberapa aspek fonologis.[8] Di sisi lain, Laurent Sagart (2008) mengusulkan bahwa Kra–Dai adalah bentuk perkembangan dari FATK,[a] cabang Austronesia milik sub-rumpun Puluqik yang berkembang di Taiwan, yang penuturnya bermigrasi kembali ke daratan utama, baik ke Guangdong, Hainan dan Vietnam utara sekitar paruh kedua milenium ke-3 SM.[9] Setibanya di wilayah tersebut, bahasa itu menjalani kontak linguistik dengan penduduk yang tidak diketahui, menghasilkan releksifikasi sebagian kosakata FATK.[10] Jika teori Sagart bahwa Kra–Dai sebagai cabang dari Proto-Austronesia bermigrasi keluar dari Taiwan dan kembali ke daerah pesisir Guangdong, Guangxi, Hainan, dan (kemungkinan) Vietnam itu benar, Kra–Dai tidak pernah memiliki perkembangan yang menyerupai seperti nasib perkembangan bahasa proto-Austronesia lainnya yang bermigrasi dari Taiwan ke Filipina dan pulau lainnya di Asia Tenggara.[11] Selain berbagai bukti nyata untuk keberadaan Kra–Dai di Guangdong saat ini, sisa-sisa bahasa Kra–Dai yang ditututrkan lebih jauh ke utara dapat ditemukan dalam prasasti-prasasti Dinasti Shang dan Zhou dan substrata non-Sinitik dalam bahasa Tionghoa Min dan Wu.

Wolfgang Behr (2002, 2006, 2009, 2017)[12][13][14] menunjukkan bahwa sebagian besar kata non-Sinitik yang ditemukan dalam prasasti Chu berasal dari bahasa Kra–Dai. Sebagai contoh, simbol untuk "satu, sekali" ditulis sebagai   (? < Tionghoa Kuno: *nnəŋ) dalam perhitungan perunggu E jun qijie 鄂君啟筯 dan dalam prasasti bambu yang dibuat pada Zaman Negara-negara Berperang, yang mewakili kata-kata khas Kra–Dai; bandingkan proto-Tai *hnïŋ = *hnɯŋ (Siam: 22nɯŋ, Dai 33nɯŋ, Longzhou: nəəŋA) "satu, sekali".[15]

Pada awal dasawarsa 1980-an, Wei Qingwen (韦庆稳), ahli bahasa Zhuang, mengusulkan bahwa bahasa Yue Kuno yang tercatat dalam "Lagu Orang Yue" sebenarnya adalah bahasa induk dari Zhuang.[16] Wei menggunkanan bahasa Tionghoa Kuno yang direkonstruksi untuk karakternya dan menemukan bahwa kosakata yang dihasilkan menunjukkan kemiripan yang kuat dengan bahasa Zhuang modern.[17] Kemudian, Zhengzhang Shangfang (1991) mengikuti metode Wei tetapi menggunakan aksara Thai sebagai perbandingan, karena aksara tersebut dibuat pada abad ke-13 dan mempertahankan arkaisme yaitu viz-à-viz dalam pengucapan modern.[17][18] Zhengzhang mencatat bahwa kata "malam" atau "gelap" mengandung nada C dalam bahasa Zhuang Wuming, yaitu xamC2 dan ɣamC2, juga berarti "malam". Kata raa biasanya berarti "kita", namun di beberapa bahasa, seperti Tai Lue dan Tai Putih, kata tersebut berarti "aku".[19] Namun, Laurent Sagart mengkritik interpretasi Zhengzhang sebagai anakronistik, karena betapapun kunonya aksara Thai, bahasa Thailand hanya ditulis pertama kali 2000 tahun setelah lagu tersebut dicatat; bahkan bahasa Proto-Kam-Tai mungkin hanya muncul pada abad ke-6 M, pengucapannya akan sangat berbeda dari bahasa Thai.[20]

Penggolongan dalam

sunting
Kra–Dai 

Kadai (Geyang)

Hlai

 Kam–Tai 

LakkjaBiao

Kam–Sui

Ong Be

Tai

Penggolongan luar

sunting

Austro-Tai

sunting
 
Asal-usul rumpun Kra–Dai (Daik) dan hipotesis hubungannya dengan Austronesia (Blench, 2018)[21]

Beberapa ahli bahasa telah memberikan bukti yang menunjukkan bahwa Kra–Dai berhubungan atau bagian dari rumpun bahasa Austronesia.[22] Ada sejumlah kemungkinan kata kerabat dalam kosa kata dasar yang menampilkan gugusan bunyi. Di antara para pendukung hipotesis ini, belum ada kesepakatan apakah Kra–Dai adalah saudara dari Austronesia dalam satu rumpun yang lebih besar disebut sebagai Austro-Tai, migrasi kembali dari Taiwan ke daratan utama Asia atau migrasi belakangan dari Filipina ke Hainan selama ekspansi Austronesia.[8]

Dimasukkannya Japonik ke dalam rumpun Austro-Tai, yang diusulkan oleh Paul K. Benedict pada akhir abad ke-20,[23] tidak didukung oleh para pendukung hipotesis Austro-Tai saat ini.

Sino-Tai

sunting

Rumpun bahasa Kra–Dai sebelumnya dianggap sebagai bagian dari Sino-Tibet, sebagian karena mengandung banyak kata yang mirip dengan bahasa-bahasa Sino-Tibet. Namun, kata-kata dalam Kra–Dai jarang ditemukan di semua cabang rumpun dan tidak termasuk kosakata dasar, yang menunjukkan bahwa itu adalah kata serapan kuno.[24] Di luar Tiongkok, rumpun Kra–Dai sekarang digolongkan sebagai rumpun tersendiri. Di Tiongkok, rumpun itu disebut Zhuang–Dong dan umumnya termasuk, bersama dengan bahasa Hmong–Mien, dalam rumpun Sino-Tibet.[25] Masih menjadi bahan perdebatan di antara para ahli bahasa di Tiongkok tentang apakah bahasa-bahasa Kadai seperti Gelao, Qabiao, dan Lachi dapat dimasukkan dalam Zhuang–Dong, karena bahasa-bahasa tersebut tidak memiliki kesamaan Sino-Tibet yang digunakan untuk memasukkan bahasa Zhuang–Dong lainnya ke dalam rumpun Sino-Tibet.

Hmong-Mien

sunting

Kosaka (2002) berpendapat secara khusus untuk rumpun Miao–Dai. Dia berpendapat bahwa ada banyak bukti untuk hubungan genetik antara Hmong–Mien dan Kra–Dai. Dia lebih lanjut menunjukkan bahwa kesamaan antara Kra–Dai dan Austronesia adalah karena kontak sebelumnya di daerah pesisir Tiongkok bagian timur dan tenggara atau hubungan leluhur yang lebih tua (Proto-Asia Timur).[26]

Japonik

sunting

Vovin (2014) mengusulkan bahwa letak Urheimat (tanah air linguistik) rumpun bahasa Japonik di Tiongkok bagian selatan. Vovin berpendapat untuk bukti tipologis bahwa bahasa Proto-Japonik mungkin merupakan bahasa bersuku kata tunggal, sintaksis subjek-predikat-objek (SPO), dan bahasa isolatif, yang juga merupakan ciri khas Kra–Dai. Menurutnya, ciri-ciri umum ini bukan karena hubungan genetik, melainkan hasil dari kontak yang pernah terjadi sebelumnya.[27]

Catatan

sunting
  1. ^ suatu bahasa Formosa yang merupakan leluhur dari Kra–Dai.

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011. 
  2. ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022. 
  3. ^ Ethnologue Kra–Dai family tree
  4. ^ Gerner, Matthias (2014). "Project Discussion: The Austro-Tai Hypothesis. The 14th International Symposium on Chinese Languages and Linguistics (IsCLL-14)" (PDF): 158. 
  5. ^ Chamberlain, James R. (2016). "Kra-Dai and the Proto-History of South China and Vietnam", pp. 27–77. In Journal of the Siam Society, Vol. 104, 2016.
  6. ^ Srithawong, Suparat; Srikummool, Metawee; Pittayaporn, Pittayawat; Ghirotto, Silvia; Chantawannakul, Panuwan; Sun, Jie; Eisenberg, Arthur; Chakraborty, Ranajit; Kutanan, Wibhu (July 2015). "Genetic and linguistic correlation of the Kra-Dai-speaking groups in Thailand". Journal of Human Genetics. 60 (7): 371–380. doi:10.1038/jhg.2015.32. ISSN 1435-232X. PMID 25833471. 
  7. ^ Blench 2017, hlm. 11.
  8. ^ a b Ostapirat 2013, hlm. 1-10.
  9. ^ Sagart 2008, hlm. 146-152.
  10. ^ Sagart 2008, hlm. 151.
  11. ^ Brindley 2015, hlm. 51.
  12. ^ Behr 2002.
  13. ^ Behr 2006.
  14. ^ Behr 2009.
  15. ^ Behr 2017, hlm. 12.
  16. ^ Holm 2013, hlm. 785.
  17. ^ a b Edmondson 2007, hlm. 16.
  18. ^ Zhengzhang 1991, hlm. 159–168.
  19. ^ Edmondson 2007, hlm. 17.
  20. ^ Sagart 2008, hlm. 143.
  21. ^ Blench, Roger (2018). Kra–Dai and Austronesian are Related at Multiple Levels and their Archaeological Interpretation (draft). The volume of cognates between Austronesian and Daic, notably in fundamental vocabulary, is such that they must be related. Borrowing can be excluded as an explanation 
  22. ^ Sagart, Laurent (2004). "The higher phylogeny of Austronesian and the position of Kra–Dai" (PDF). Oceanic Linguistics. 43 (2): 411–440. doi:10.1353/ol.2005.0012. 
  23. ^ Benedict, Paul K. (1990). Japanese/Austro-Tai. Karoma. ISBN 978-0-89720-078-3. 
  24. ^ Ostapirat, Weera. (2005). "Kra–Dai and Austronesian: Notes on phonological correspondences and vocabulary distribution", pp. 107–131 in Sagart, Laurent, Blench, Roger & Sanchez-Mazas, Alicia (eds.), The Peopling of East Asia: Putting Together Archaeology, Linguistics and Genetics. London/New York: Routledge-Curzon.
  25. ^ Luo, Yongxian. 2008. Sino-Tai and Kra–Dai: Another look. In Anthony V. N. Diller and Jerold A. Edmondson and Yongxian Luo (eds.), The Kra–Dai Languages, 9-28. London & New York: Routledge.
  26. ^ Kosaka, Ryuichi. 2002. "On the affiliation of Miao-Yao and Kadai: Can we posit the Miao-Dai family." Mon-Khmer Studies 32:71-100.
  27. ^ Vovin, Alexander (2014). Out Of Southern China? --some linguistic and philological musings on the possible Urheimat of the Japonic language family-- XXVIIes Journées de Linguistique d'Asie Orientale 26-27 juin 2014.

Daftar pustaka

sunting

Pustaka lanjutan

sunting
  • Chamberlain, James R. (2016). Kra-Dai and the Proto-History of South China and Vietnam. Journal of the Siam Society, 104, 27-76.
  • Diller, A., J. Edmondson, & Yongxian Luo, ed., (2005). The Tai–Kadai languages. London [etc.]: Routledge. ISBN 0-7007-1457-X
  • Edmondson, J. A. (1986). Kam tone splits and the variation of breathiness.
  • Edmondson, J. A., & Solnit, D. B. (eds.) (1988). Comparative Kadai: linguistic studies beyond Tai. Summer Institute of Linguistics publications in linguistics, no. 86. Arlington, TX: Summer Institute of Linguistics. ISBN 0-88312-066-6
  • Mann, Noel, Wendy Smith and Eva Ujlakyova. 2009. Linguistic clusters of Mainland Southeast Asia: an overview of the language families. Diarsipkan 2019-03-24 di Wayback Machine. Chiang Mai: Payap University.
  • Norquest, Peter (2021). "Classification of (Tai-)Kadai/Kra-Dai languages". The Languages and Linguistics of Mainland Southeast Asia. De Gruyter. hlm. 225–246. doi:10.1515/9783110558142-013. ISBN 9783110558142. 
  • Ostapirat, Weera. (2000). "Proto-Kra." Linguistics of the Tibeto-Burman Area 23 (1): 1-251.
  • Somsonge Burusphat, & Sinnott, M. (1998). Kam–Tai oral literatures: collaborative research project between. Salaya Nakhon Pathom, Thailand: Institute of Language and Culture for Rural Development, Mahidol University. ISBN 974-661-450-9