Arkeologi Klasik merupakan salah satu bidang kajian dalam ilmu arkeologi di Indonesia. Kajian ini berfokus pada peninggalan-peninggalan masa Hindu-Buddha. Di Indonesia, bidang kajian ini berbeda dengan bidang kajian Arkeologi Klasik di dunia, yang lebih menitik beratkan pada peradaban Mediterania, Yunani kuno, dan Romawi Kuno.

Candi Borobudur, salah satu objek kajian Arkeologi Klasik Indonesia

Rentang waktu

sunting

Objek kajian Arkeologi Klasik dimulai sejak abad 4 Masehi dengan mengacu pada prasasti Yupa yang ditemukan di Kalimantan Timur sampai runtuhnya Kerajaan Majapahit pada abad ke-XV Masehi, atau dimulai sejak dikenalnya tulisan sampai masuknya pengaruh kebudayaan Islam di Indonesia. Pada rentang waktu itu di Nusantara sedang berkembang kebudayaan yang secara kuat dipengaruhi oleh kebudayaan India yang bernafaskan agama Hindu dan Buddha.

Pada masa ini selain kedua agama tersebut juga ditemukan agama "baru" yang merupakan sinkretisme Hindu dan Buddha. Bukti adanya sinkretisme agama pada masa pengaruh kebudayaan Hindu-Budha ini ditandai dengan ditemukannya bangunan candi dan arca-arca yang mencerminkan perpaduan antara kedua agama, misalnya Candi Jago dan Candi Jawi di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Sementara itu, pada akhir masa Klasik terdapat kemuculan kembali kebudayaan asli Indonesia seperti yang kuat tercermin pada percandian di akhir periode Jawa Timur.

Objek Kajian

sunting

Adapun yang dikaji dalam Arkeologi Klasik antara lain candi, bekas-bekas kraton, petirtaan, pura, arca, prasasti, keramik, mata uang, dan artefak-artefak lainnya yang berasal dari kurun waktu yang telah disebutkan di atas, yang juga disebut sebagai Masa Klasik Indonesia.

Tokoh penelitian bidang Arkeologi Klasik di Indonesia antara lain adalah A.J. Bernet Kempers, R. Soekmono, Satyawati Suleiman, dan Edi Sedyawati.

Rujukan

sunting
  • Poesponegoro, Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho Notosusanto (ed). 2008. Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman kuno. Edisi Pemutakhiran. Jakarta: PN. Balai Pustaka.
  • Soekmono, R. 2002. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta: Kanisius.

Lihat Juga

sunting